Twenty-three

30 7 7
                                    

Ben mengunyah makanannya,sesekali ia menoleh kearah Rizka yang tepat berada di depannya. Perasaan nya tak kunjung senang,Mama nya yang terus bertanya kapan Ben akan mengenalkan Aca kepada nya,hari itu memang Ben ingin mengenalkan Aca kepada Rizka dan Darsa namun Aca pun punya kesibukan lain akhir nya harus menunggu Aca lagi.

Geram dengan kondisi seharian Rizka yang tak ingin mengobrol dengan nya,Ben pun memulai obrolan di meja makan bernuansa coklat muda itu.

"Mama marah? gara-gara Ben ga menepati janji?" Ben berkata pelan,tau mood Mamanya sedang tidak baik.

Seketika Darsa menatap putra sulung nya dengan tatapan yang menunjukkan bahwa ia tak perlu membicarakan itu. Ben tak peduli,Ia mengangguk pelan tanda Ia yakin pasti bisa.

"Mama jawab pertanyaan Ben,Ben bisa jelasin kok" ucap Ben masih berusaha untuk membuat Mamanya berbicara.

"Ma.." Bukan ucapan Ben,namun Papa nya,merasa Ia juga harus ikut serta dalam masalah ini, Ia akhirnya ikut berbicara.

Tak perlu berlama-lama Rizka  menoleh kearah suaminya.
"Ya?" Tanya nya.

"Ben nanya ke Mama,di jawab dong.." Seperti anaknya suara Darsa terdengar lembut.

"Ga ada yang perlu di jawab,lagian mama ga mau mengobrol dengan anak yang ga nurut dan ingkar janji"
ucap Rizka,suara nya tegas dan tajam

"Ma..kalau Mama mau dengerin ben ya pasti Mama ngerti" tak mau kalah Ben langsung membalas ucapan Rizka sedikit tegas.

"Apa! apa yang harus di jelasin?!kebohongan!?" layakanya harimau yang di ganggu,suara Rizka langsung terdengar marah,mukanya kini juga berubah.

Ben mengerutkan keningnya,wajah nya kini juga berubah,Ia sudah panas.Tak tahan dengan kondisinya.
"Banyak,tapi Mama yang selalu tutup telinga buat dengerin" suara Ben Masih belum terlalu keras namun tegas.

"Udah udah ayo makan lagi,jangan ribut kaya gini" di sisi lain Darsa mulai melerai istri dan anaknya, tapi nihil, Ia di hiraukan.

"Ga apa apa ribut,daripada diem ga jelas kemana selesainya" suara Ben dingin,matanya masih tertuju tajam kearah Rizka.

"Ben..udah lah" Darsa masih berusaha melerai tetapi Ben menggeleng cepat.

"Kurang jelas Mama ngomong,Mama jelasin,kalau perempuan yang Mama pilih itu yang paling baik?!?" Rizka menatap tajam kearah Ben.

"Ga semua orang,jahat mah,semuanya baik, tergantung gimana kita menerima aja" Ben masih membela dirinya.

"kenapa kamu ga nerima Laura hah?! Jadinya gini kan,ribet" Rizka sudah tak bisa menahan emosi nya hal itu membuat perdebatan itu semakin menjadi-jadi.

"Udah Ben bilang,hati ga bisa di paksa kan? kenapa sih Mama harus paksa Ben sama pilihan Mama,padahal itu bukan Ben yang mau?" bukan nada yang tinggi,bukan nada yang marah,melainkan nada suara Ben yang dingin dan sedu.

"Inget! Mamah ga pernah maksa kamu ya!" Rizka mulai marah,jari telunjuk nya menunjuk kearah anak tunggal nya itu.

"Ga maksa? Tapi Mama bawa keluarga Laura kesini seakan akan jodohin Ben sama dia? Itu yang namanya ga maksa!?"

Succes Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang