Twenty-Nine

21 3 6
                                    

Mata Aca membulat seketika,ia melihat dengan jelas sebuah pesan dari nomor yang dulu pernah ia blokir lalu ia buka kembali. Nomor itu membuat Aca kaku,tangan yang sedang membereskan buku berhenti seketika, suara bising murid-murid yang berlari keluar kelas hampir tak terdengar lagi karena Aca terlalu terkejut dengan hal ini.

Aca membuka layar handphone nya untuk memastikan bahwa dugaannya benar,ia membuka foto profil kontak itu dan benar saja dugaannya benar,Ari mengirimi nya pesan sore ini.

Perasaan Aca tak karuan saat ini ada apa Ari mengirimi nya pesan dan apakah ada saut paut dengan Ali yang hilang kabar dari hari-hari kemarin? ditambah lagi saat malam itu ketika ia bersama Ben berjalan di trotoar kota ia melihat Ari seperti habis ada keperluan di gedung tempat pembikinan visa.

Aca menatap Ara, teman nya yang sudah tau hubungan dan masalah ia dengan Ari. Mantan Aca satu itu membuat Aca hampir tak percaya dengan pria lagi atau lebih tepat nya membuat Aca membenci masa lalu.

"Ra" panggil Aca pelan.

Mendengar nama nya di panggil Ara langsung menoleh kearah Aca seraya menggendong ransel, "Kenapa?".

Aca hanya diam,ia tak ingin menyebut nama pria itu lagi. Aca hanya menunjukkan layar handphone yang menampilkan isi pesan dari Ari. Nomor Ari memang tak Aca hapus,saat itu hanya di blokir saja lalu Aca buka kembali,namun sepertinya membuka blokir kontak mantan bukan hal yang baik jika akhirnya seperti ini.

Fachri Aldaizi

-Fachri Aldaizi
Hai Ca? Apa kabar? Boleh sore nanti aku ketemu kamu? Ada yang pengen di lurusin.

Ya pesan itu dari Fachri Aldaizi mantan Aca sekaligus kakak dari Ali.

Ara membulatkan mata nya sebentar namun sepertinya itu bukan hal yang menakutkan bagi Ara karena perempuan itu malah tersenyum.

"Bilang mau aja Ca,siapa tau dia mau kasih tau Ali kemana,ya kan? dia emang orang yang lo benci tapi coba lo fikir yang positif. Dia masih kakak Ali dan mungkin dia mau ngelurusin suatu hal,kalau lo tolak jangan nyesel nantinya"

Seperti biasa Ara selalu melihat segala hal dari sisi positif, Ara hampir tak pernah melihat sesuatu dengan keburukannya. Itulah yang membuat Aca nyaman berteman dengan Ara.

"Tapi sore ini kan gua mau anter Ben beli buku,gimana dong? Gua harus bohong?" Aca memasang muka lesu,mengapa semuanya begitu kebetulan dan mendadak?

"Ini saat nya lo terbuka sama Ben,Ca." Ara memasukkan buku-buku Aca kepada ransel milik Aca agar segara pergi dari kelas.

"Ben aja udah berani terbuka hubungan nya sama Laura,kenapa lo engga? Bukannya untuk saling percaya butuh keterbukaan?" imbuh Ara lalu menarik tangab Aca menuju keluar kelas.

"Gua cuman takut,Ben mikir yang aneh kalau gua cerita tentang ini" Aca menundukan kepala nya seraya berjalan. Ia takut Ben akan mengira bahwa diri nya masih punya hubungan spesial dengan Ari dan apa jadi nya jika Ben tahu bahwa Ari adalah kakak Ali? karena Aca yang Aca tahu Ben tak menyukai sifat Ali.

"Kalau dia marah karena fikiran nya kemana-mana,artinya dia belum percaya sama lo. Inget,hubungan yang baik adalah saling percaya dan saling menjaga hati" Ara merangkul Aca sampai mereka tepat di depan parkiran motor sekolah.

"Lebih baik lo cerita semuanya sekarang meski pahit daripada dihari esok kesalah pahaman datang menghampiri lo" Ara menepuk pundak Aca sebentar diiringi dengan senyuman Ara yang berhasil menampilkan gigi rapih nya.

Succes Dream [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang