↭ Chapter XLI

2K 296 64
                                    

Chanyeol menatap Luhan dengan lekat. Sementara Luhan hanya diam diluar kurungan besinya. Memeluk kakinya dan bersandar pada kurungan besi yang mengurung Chanyeol.

Chanyeol benar-benar diperlakukan seperti binatang dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam. Tubuhnya sudah dipenuhi luka sana sini. Lantai tempatnya duduk penuh bersimbah darah. Tangan dan kakinya diikatkan besi dengan rantai yang tersambung pada bola berukurang bola basket yang terbuat dari besi. Tangannya pun terikat jadi satu dengan tambang yang sangat kasar. Jangankan mencoba melepaskan ikatannya, menggerakkannya sedikit saja rasanya sudah sangat perih.

"Han ge, ayo makan dulu"

Luhan mengangguk dan menerima uluran tangan Tao. Ia lalu berlalu pergi meninggalkan Chanyeol yang menatap keduanya dalam diam.

Matanya menatap nanar pada sisi kanan kurungannya. Ia memnag diberi makan, tapi makanan itu diletakkan dengan kasar hingga semua isinya tumpah. Chanyeol tidak sudi memakan makanan itu seperti binatang.

Ia menatap langit-langit tempat seperti gudang ditengah hutan itu. Begitu gelap, dan dingin. Lelah, membuatnya memilih untuk meringkuk menghadap dinding. Menatap lurus pada dinding seolah ia tengah menatap Tuan Wu.

"Semoga kau baik-baik saja Tuan Wu..." ucapnya dalam hati. Lalu matanya terpejam. Mengingat hal manis yang terjadi antara dirinya; sang pelayan dan Kris Wu; sang tuan.









Chanyeol terbangun dengan terkejut. Kepalanya pening, sungguh ia baru memejamkan matanya sebentar lalu dikejutkan dengan sakit seperti digigit semut pada tengkuknya.

"Siapa yang mengizinkanmu tidur huh"

Suara Ten terdengar ketus. Chanyeol tidak menyahuti, hanya menatap Ten yang tersenyum miring padanya.

"Lima, empat, tiga-

Chanyeol menatapnya dengan aneh sementara Ten terus menyeringai puas.

"Dua, satu-

Deg'

Chanyeol meringis pelan dan mencengkram dada kirinya. Tiba-tiba saja berdetak dengan cepat, peluh sebesar biji jagung tampak pada kening Chanyeol. Tubuhnya terasa panas, serba salah bahkan ketika duduk. Bagian selatan tubuhnya mengeras dan menegang; rasanya sangat sakit.

"Hai"

Chanyeol menengadah. Matanya menatap namja asing yang kini tersenyum tipis padanya. Ten tertawa kecil melihat ekspressi tegang Chanyeol. Lalu ia berdiri dan menepuk bahu lelaki tinggi dengan wajah datar itu.

"Kau bisa lakukan apapun padanya Sunghoon hyung"

Chanyeol menatap Ten dengan tak percaya, sementara Ten seperti orang sakit ia tertawa riang dan berlalu keluar jeruji besi. Menarik kursi dan menuang Wine merah mahalnya.

"Cepat lakukan.. aku sudah memberinya Aprhosidiac"

Pria bertinggi lebih dari 185 senti meter itu tersenyum menyeringai. Ia membuka kemeja hitamnya, menampilkan perutnya yang keras dan terlihat sangat menggirukan. Ia lalu menghampiri Chanyeol. Memegang rahangnya kuat dan menekannya seolah ingin menghancurkannya.

"Uh!"




Sret'


Bunyi sobekkan kemeja Chanyeol terdengar keras, Chanyeol memejamkan matanya. mengingit bibirnya hingga berdarah, menahan dirinya sendiri agar tidak mendesah atau menjerit atas perlakuan Sunghoon padanya.

"ACK!!"

Chanyeol menengadahkan kepalanya dan menatap Luhan yang hanya berdiri dalam diam menatapnya. Air matanya jatuh, perih dirasakannya pada holenya yang baru saja dimasukki tanpa disadarinya.

Krisyeol; My Master, Wu Yifan 🔞 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang