twelefth note

304 84 105
                                    

"can"
"opo"
"kok salma iku gelem yo karo kowe? opo kowe yo nganggo pelet can?"
"eta congor maneh di jaga yeuu, gini gini aing banyak fans nya~"
"HyLlyhHh!"
"lek kowe iri ki yo nembung!"

perdebatan Ecan dan jia─

─perdebatan Ecan dan jia─

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"mom"

"kenapa?"

"aku ingin bertanya"

Jessi menghentikan pergerakan jarinya di atas keyboard laptop, wanita cantik itu menoleh dan mendongakkan kepalanya, menatap netra gelap milik si sulung yang mirip dengan ayahnya dari balik kacamata bening yang bertengger. "mau tanya apa?"

"tentang─lentera"

"lentera kenapa?"

"─apa aku punya saudara lain? selain lentera?"

Jessi melepas kacamata nya dan sontak berdiri, masih menatap tepat pada manik milik tama, wanita itu mengambil tangan kanan anak sulungnya yang terasa sangat halus, di genggamnya tangan tersebut dengan amat erat.

"mom sama dad cuman punya dua keturunan. Aditya Pratama Alexandre dan lentera adreas Alexandre, saudaramu hanya lentera seorang. Jadi─siapapun yang mengatakan bahwa kamu memiliki adik selain lentera, itu─bohong."

Jessi menjeda kalimatnya sejenak sebelum wanita itu melepas genggaman tangannya pada Tama dan mengambil tas miliknya di ruangan khusus koleksi tas yang ada di dalam kamarnya. "mom mau keluar dulu sebentar, ada urusan, kalau ada apa apa telfon Mr.han, kalau nggak bisa, telfon dad. right?"

Satu hal yang sangat Tama sukai dari diri ibunya, yaitu sebuah perhatian yang lebih, dia merasa masih seperti anak kecil saat ibunya mulai berbicara seperti itu. Tama mengangguk dan tersenyum, menampakkan deretan gigi putihnya yang tampak rapi.

Sebenarnya sebelum ada yang mengatakan jika ia mempunyai saudara lagi selain lentera, Tama sudah menerka hal itu sebelumnya. Dulu cowok itu tidak terlalu memperdulikan ruangan kosong yang terletak di lantai empat, di depan kamar miliknya dan lentera yang dulu. Tapi karena sekarang kamar mereka sudah pindah di lantai tiga, jadi kamar yang kosong dan selalu terkunci rapat itu sendirian di lantai empat bersama ruangan koleksi penghargaan milik orang tuanya.

Sekarang Tama jadi penasaran sendiri dengan ruangan itu. Ada apa di dalamnya sehingga seluruh orang rumah tidak ada yang boleh membukanya? Termasuk anak nya sendiri pun.

Waku rasa penasaran nya masih sangat tinggi, Tama pernah mengambil kunci kamar tersebut yang di letakkan di kamar orang tuanya, namun untuk membuka pintu nya saja Tama merasa ragu. Ia takut─tidak bisa menerima kenyataan yang terlalu pahit baginya nanti.

SWEET DREAM ᶠᵗ ᵐᵃʳᵏ ˡᵉᵉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang