fourteenth note

301 83 113
                                    

Sederhana dan menenangkan
Layaknya air hujan
Dia, saudara kandung ku
Entah harus ku sebut apa mimpi ini. Mimpi buruk atau mimpi Indah.

Lentera Adreas A.

Pagi hari lentera baru di mulai saat ia merasakan seseorang memegang kepalanya, tepatnya pada area rambut yang menutupi dahinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari lentera baru di mulai saat ia merasakan seseorang memegang kepalanya, tepatnya pada area rambut yang menutupi dahinya. Lentera menepis tangan tersebut dan merubah posisi tidurnya jadi menghadap pada pintu balkon. Tapi itu tidak berhasil, orang itu malah menjepit hidungnya, membuat dirinya tak bisa bernapas dan terpaksa membuka matanya.

Hanya untuk melihat ibunya yang sudah berpakaian rapi dan cantik duduk di tengah ranjangnya, bukan di tepi, karena terlalu jauh untuk menjangkau anaknya yang ada di tengah ranjang. Kalian tau sendiri, sebesar apa ranjang milik anak itu.

"sudah jam enam sayangku..."

Lentera menyatukan alisnya, dan sedikit menjauhkan wajahnya sangat sang ibu berusaha mencium pipinya. Kadang lentera suka kesal dengan ibunya sendiri karena selalu menganggap ia anak kecil hanya karena dia anak bungsu, dan memperlakukan dirinya layaknya anak balita. Lentera suka aja sih, tapi kalau di depan teman teman nya ya—malu lah bray.

"lentera kelas nya jam satu siang, mau tidur—"

"eits! kalo udah bangun, nggak boleh tidur lagi... temenin kakak mu ke pasar sana"

Lentera kaget setengah mati mendengarnya, kurang percaya dengan apa yang barusan di katakan oleh ibunya.

"HAH?! NGGAK MAU! APA SIH AH!"

"lentera—"

"kotor! bau! becek! lagian kak Tama tuh ngapain sihh! ke pasar aja sendiri!! aku mau tidur"

Jessi menahan tubuh anaknya yang ingin kembali merebahkan dirinya di atas ranjang.

"mom... lentera nggak mau.."

"harus mau, soalnya ada 2 pelayan yang libur hari ini, jadi—"

"kenap nggak suruh yang lain aja??"

"kamu harus belajar dan mengerti kehidupan mereka juga."

"kami harus tau bagaimana dulu mam hidup, sebelum ada ayahmu" Jessi membatin, sementara lentera masih memasang wajah super jengkel nya sambil menghentakkan kakinya keras keras keluar dari kamar. Ciri khas anak bungsunya kalau ngambek macam anak gadis.

Ya sudah bisa di tebak bagaimana eskpresi cowok itu ketika dalam perjalanan menuju pasar.

Cemberut. Kalo kata ecan, wajah cemberut lentera itu mirip mirip sama orang yang lagi kebelet buang air besar alias jelek dan kelihatan menyedihkan banget, padahal semua orang menganggap wajah cemberutnya menggemaskan, mata ecan memang rada rada kalo kata jia. Bukan cuman kelakuannya ada yang rada rada.

SWEET DREAM ᶠᵗ ᵐᵃʳᵏ ˡᵉᵉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang