OS 19

469 76 8
                                    

Aku sudah kenyang, oke kita lanjutkan yang tadi

*

*

*

Jin lelah? Tentu saja, Jin marah? Itu tidak perlu di tanyakan lagi, Jin frustasi? Sangat!, namun itu semua hilang saat dia menenukan Irene secara tidak sengaja di rumah orangtuanya

Walau dia harus ugal-ugalan di jalan untuk mengejar taksi, tapi pada akhirnya Irene menyerah dan kini duduk di sampingnya tanpa bicara sepata katapun

Setelah beberapa menit mengendarai mobil akhirnya mereka berhenti di satu gang yang sepi dan hanya di terangi cahaya remang-remang

Jin dan Irene saling menatap tanpa senyuman. Itu berlangsung selama 3 detik dan di detik ke empat setetes air mata jatuh di Pipi Jin

"Aku lelah, Noona" Lirih Jin

Entah kenapa tangan Irene bergerak dengan sendirinya menyapu air mata Jin yang menetes, ia tak tau, tangannya seperti memiliki insting sendiri.

"Istirahatlah dulu, nanti saja kita pulang," Ucap Irene sambil menyentuh rahang Jin

Jin menyandarkan dirinya, di sandaran kursi yang sedikit dia turunkan sambil salah satu tangannya menggenggam tangan Irene. Sekarang dia tidak peduli, mau dia sudah putus dengan wanita cantik itu, atau ada seorang wartawan yang menangkap basah mereka dan memotret mereka sebanyak mungkin, dia tak peduli! Dia sangat lelah dan hanya ingin menikmati kebersamaannya dengan Irene sekarang

Sedangkan Irene hanya diam membiarkan Jin menggenggam tangannya selama mungkin.dia juga lelah dan yang memang dia inginkan ya seperti ini, berdua bersama Jin

Selama itu mereka hanya saling berdiam, hanya suara kendaraan dari jalan besar saja yang menengahi mereka. Sangat canggung sama seperti sebelum mereka menjadi sepasang kekasih

"aku masih mencintai mu, tapi noona sudah memutuskan ku" jin membuka pembicaraan. Ia menoleh kesamping, kearah Irene

"Hanya itu cara agar kita melindungi karir masing-masing" Balas Irene

"Aku tau karir penting, tapi aku sangat mencintai mu, noona, dan kau tau itu!"

"Aku tau, tapi kita tidak bisa lama-lama dalam hubungan seperti ini, lebih baik kita akhiri saja,"

"Baiklah jika itu menurut mu baik, bagaimana kalau kita jadi teman"

"Tentu saja."

"Baiklah teman, ayo kita pulang!!" Kini mood Jin membaik

Menjadi teman bukanlah hal yang buruk, tidak masalah jika Irene berteman dengan Jin yang adalah mantan pacarnya sendiri. Mobil Jin kembali melaju untuk mengantar Irene pulang ke asrama yang dia tinggalkan beberapa hari ini

****

(Seminggu kemudian)

Setelah hubungan Irene dan Jin berubah menjadi 'teman' saat itulah mereka tak lagi saling menyapa, baik secara langsung atau lewat telfon seperti sebelumnya.

Jika mereka ada acara yang sama mereka hanya saling melempar senyuman tanpa ada niatan untuk saling bicara. Ya itu sedikit aneh bagi Irene yang sudah terbiasa dengan perlakuan Jin padanya semasa pendekatan dan pacaran dulu.

Tak mau ambil pusing, Irene menyibukkan dirinya dengan perbanyak latihan untuk mengembangkan bakatnya.

Irene melempar tubuhnya ke tempat tidur empuknya setelah selesai yoga tadi, memang dia akhir-akhir ini suka melakukan Yoga untuk menenangkan dirinya.

Rasanya sangat sepi, di asrama hanya ada di dan haetnim anjing Joy yang pemiliknya tinggalkan untuk bekerja. Dari tadi haetnim yang menemani Irene dari sarapan, nonton sampai dia rebahan dan anjing berbulu putih itu masih setia menemaninya.

"Haetnim-ah apa kau juga kesepian? Sama seperti ku?"

Irene sudah seperti orang gila rasanya, mengajar seekor anjing berbicara padahal dia tau jika Haetnim tidak mengerti maksudnya.

Haetnim naik keperut rata Irene dan berbaring di situ. seakan perut Irene adalah bantalnya. Irene mengelus bulu-buku halus Haetnim dengan penuh kasing sayang.

Ternyata lama hidup seperti ini hampa juga rasanya. Oh ya hubungannya dengan kelapa staf itu, tidak membaik dan Irene juga tidak ingin hubungannya dengan wanita itu membaik, biarkan mereka seperti ini, setidaknya itu membuat Irene tak perlu repot-repot menahan emosi setiap berbicara dengan orang yang seperti itu.

Tiba-tiba handphone Irene berdering, membuat kasur ikut bergetar, sontak saja ia menoleh kearah hpnya yang ada di sampingnya, Irene menarihnya melihat siapa yang menelfon nya.

itu ayahnya, segera dia menerima panggilan tersebut.

"Ne appa!"

"Joohyun, seseorang datang kerumah, dia mengaku pacar mu."

"Hah? Mungkin dia salah satu fans ku, yang mengaku, bukannya itu memang sering terjadi?"

"Ya memang, tapi dia berbeda, dia tinggi, sangat tampan dan manis, appa juga pernah melihatnya di TV tapi, tidak mungkin fans mu seperti itu,"

Irene berfikir sejenak, hal yang pertama muncul di otaknya setelah appanya menyebut ciri-ciri pria itu adalah Jin, tapi tidak mungkin, selama berpacaran dengan pria itu Irene tak pernah sedikitpun memberitahu tentang orang tuannya kepada Jin, jadi tak mungkin Jin bisa sampai kerumahnya

"Appa jangan bercanda, aku memang punya mantan pacar seorang idol, tapi aku tidak pernah beritahu alamat ku padanya"

"Jika kau tidak percaya, tanya saja pada eomma mu, ini!"

Telfon kini bermain ke Ibu Irene.

"Joohyun-ah"

"Eomma, apa itu benar?"

"Hm, awalnya ku kira dia juga fans mu, tapi appa mu bilang dia pernah melihatnya di TV. dia juga membawa tas untuk eomma dan jam tangan untuk appa mu, merek paris pula."

"Tidak mungkin.. " Batin Irene

"Oh ya... Karena dia baik, jadi kami mengundangnya makan malam besok tak apakan."

Irene panik, tanpa basa-basi ia memutuskan sambungan telfon dari orang tuannya dan menefon nomor yang sudah lama dia tidak hubungi

Suara sambungan telfon terdengar dan tak berapa lama di jawab

"Yeoboseyo, waeyo noona?"

"Jin kau dimana sekarang?" Tanya Irene dengan nada panik

"Aku..." Jawab jin menggantung

"Jin! Jawab!"

"Noona... Bagaimana jika kita menjadi teman hidup saja."

*

*

*

Double? Triple donk

OUR STORY (Me With My Parents) (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang