OS 3

1K 90 9
                                    

EKHEM!!

Hai masih dengan Irene Kim

aku terpaksa harus merekam ini di balik pintu gudang, karena tiga Ahjussi menyebalkan menyadap kamar ku dan bermain game di dalam

oke-oke aku tau hanya aku yang Playstation dan Komputer di rumah ini, tapi tidak bisakah mereka beli untuk diri mereka sendiri daripada harus memakai punya ku

aku tidak pelit, hanya saja mereka di kamar ku dan membuatnya berantakan tapi tak di bereskan kembali. sungguh Ahjussi yang merepotkan

anyway, kali ini aku akan kembali menceritakan tentang appa dan eomma ku

Peringatan, siapkan mata dan telinga kalian karena ini akan sangat panjang

*

*

*

Rabokki, itu adalah hal terbaik dunia apalagi di makan di malam musim dingin yang menusuk hingga ke tulang, itulah pemikiran Irene sekarang. setidaknya pemikiran itu hanya bertahan sampai dia sadar bahwa makananan itu akan membuat berat badannya bertambah

disinilah irene sekarang, di mini market, yang jauh dari gedung agensinya. dia ingin menenangkan diri beberapa saat, setelah tadi bertengkar dengan salah satu staf agensinya

biasalah, masalah perempuan, ini hanya masalah pribadi. staf tersebut menyukai Suho tapi sayangnya pria itu lebih dekat dengan Irene, sampai banyak yang mengira Irene tengah berkencan dengan Suho. cih! yang benar saja, Irene tak menyukai Suho, mereka hanya dekat sebagai Sunbae dan Hoobie. lagipula Irene juga tengah menyukai seseorang

mengingat masalah ini membuat nafsu makan Irene semakin besar. wanita itu memakan mie di cup dengan sangat lahap, tak peduli dengan dirinya sedang berada di tempat umum

"lahap sekali," sebuah suara tiba-tiba terdengar

Irene menoleh ke samping kirinya dan mendapati pria berbahu lebar sedang mengaduk ramyeonnya di cup plastik dengan sumpit.

"annyeonghaseyo Sunbae!!" Irene segera menundukkan kepalanya

"tidak perlu terlalu formal, ini di tempat umum," ucap Jin tanpa mengalihkan pandangannya dari ramyeonnya

Wanita kecil itu kembali melahap makanannya sambil menatap keluar kaca toko. bintang-bintang berkilauan sangat cantik di langit tapi sayangnya bulan kini tertutupi oleh awan.

"Kau sedang kesal?" tanya Jin

"ya, sangat! apalagi dengan wanita tak malu itu! bagaimana bisa dia menjambak rambut ku hanya karena seorang pria!!" jawab Irene mengeluarkan semua kekesalannya

Jin hanya mengangguk mengerti, sedangkan Irene berbalik ke arah pria itu setelah sadar dengan siapa dia mengungkapkan isi hatinya.

"mianhe."

"tidak apa-apa, aku mengerti, ceritakan saja semuanya, aku akan dengar," tatapan lembut Jin membuat Irene terhipnotis sesaat

kembali Irene meluruskan pandangannya kedepan memutuskan tatapannya dengan Jin. jantungnya kembali berdetak cepat, sama seperti waktu Jin menangkap tubuhnya yang akan terjatuh di backstage acara The Show beberapa bulan yang lalu.

"tapi kalau tidak mau, tidak apa-apa," lanjut Jin lalu menyeruput mie panjang dari cup

Wanita itu berfikir sejenak, apakah dia akan menceritakan masalah ini pada Jin? atau tak usah? tapi hatinya sudah tak tahan, dia ingin mengeluarkan semua kekesalannya.

Setelah hati dan pikirannya bergulat hanya untuk berbicara akhirnya dia memutuskan untuk menceritakan saja, toh Jin tak akan ikut campur dalam masalah ini.

"Aku baru saja bertengkar dengan staf agensi ku, hanya karena dia mengira aku berkencan dengan Suho Sunbae" jelas Irene dengan nada sedikit emosi. hatinya sedikit lega setelah itu

"Kau tidak berkencan dengan Suho Sunbae?. baguslah" Jin mengecilkan suaranya di kalimat terakhir

"itu tidak akan pernah terjadi, lagi pula aku sedang menyukai seseo--"

"siapa?"

Irene kembali menoleh kearah Jin saat ucapannya terpotong dengan pertanyaan pria itu yang tiba-tiba. ternyata Jin tengah menatapnya.

"K-kenapa kau ingin tau?"

Jin diam sejenak menatap mata Irene, tatapan yang awalnya biasa saja, kini berubah menjadi sangat tajam seakan ada kemarahan terselubung. itu membuat suasana canggung.

"tidak, tidak apa-apa" segera Jin memutuskan tatapan mereka, dia kembali menatap cup ramyeon di depannya

Irene tak bodoh, dia tau jika Jin sedang kesal, itu sangat kentara saat Jin menatapnya tajam tadi. seandainya Jin tau siapa yang Irene maksud mungkin tatapan akan berbeda.

rabokki Irene telah habis, dan sudah beberapa kali juga handphone nya bergetar, tak ada lagi alasannya untuk tinggal. iapun bangkit berdiri untuk pamit.

"terimakasih sudah mau dengar masalah ku, aku harus pulang, selamat malam," Pamit Irene sambi membungkuk hormat.

"aku akan menemani mu pulang."

"ne?"

"ini sudah malam, tidak aman untuk perempuan seperti mu jalan sendirian."

"aku akan---"

"ayo."

Jin berjalan mendahului Irene bahkan sebelum wanita itu berjalan. Irene terdiam beberapa saat sebelum akhirnya memutuskan untuk mengikuti Jin.

"Hei! apa kau benar-benar menemani ku pulang?" tanya irene sambil berjalan di samping Jin

"memangnya kenapa?" Jin masih saja terus berjalan

"asrama ku jauh dari sini."

mendengar itu Jin langsung berhenti dan kembali menatap Irene "kalau begitu aku akan menemani mu menunggu bus"

"ne?"

"haltenya di sana," Jin kembali berjalan

Irene diam sejenak, menatap bahu lebar Jin yang berjalan menuju Halte yang jaraknya yang jauh dari tempatnya berdiri. dia bingung kenapa pria itu mau repot-repot menemaninya?

Tak lama Irenepun mengikuti pria itu, duduk di sampingnya dengan jarak beberapa senti saja

"Irene-ssi," panggil Jin

"N-ne?"

"Apa..," Jin terdiam sejenak "Apa boleh aku memanggil mu Noona jika bertemu seperti ini?"

Mood yang awalnya buruk kini langsung membaik ketika mendengar permintaan itu. Irene tersenyum tipis

"bisa," balas Irene

"Noona!!" Panggil Jin lagi

Irene tak dapat menyembunyikan senyumannya, dia terlalu senang untuk berekspresi datar

"Noona, kau cantik ketika tersenyum."

blush... wajah Irene merona seketika, hingga dia harus menutupinya dengan tangannya agar wajahnya tak kelihatan. astaga kenapa orang ini sangat pintar menggodanya?.

"Noona!"

"Seokjin-ssi, bisa kau berhenti? aku malu."

"Kau malu? kalau begitu. Noona! Noona! Noona!"

Irene memukul lengan Jin tapi tidak keras, bahkan itu membuat Jin tertawa. mendengar suara tertawa khas Jin membuat Irene juga tertawa

Setelah--

*

*

*

*brak!*

Pintu gudang tiba-tiba terbuka, menyenggol tangan ku hingga membuat alat perekamnya terlempar dan hancur

"Yak! Appa!"

OUR STORY (Me With My Parents) (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang