Section Eight: Rain

162 56 0
                                    

"Sekalipun ga ada orang lain yang cinta sama lo, lo harus tetep cinta sama diri lo sendiri"

-Rayn Delvino

▫ ▫ ▫

Rayn dan Flora kini tengah berada di salah satu Bus yang akan membawa mereka menuju komplek perumahan yang mereka tinggali. Setelah sebelumnya mereka pergi dengan Saras dan Oliv ke salah satu mall dan memutarinya. Mereka berempat cukup bersenang-senang tadi.
Meski sering berdebat dengan Saras ataupun Oliv, pada akhirnya Rayn dapat akrab dengan mereka berdua.

Beberapa menit kemudian mereka pun turun dari bus yang berhenti pada salah satu halte yang terdekat dengan komplek rumah mereka. Namun saat hendak berjalan, tiba-tiba hujan turun cukup deras membuat mereka terpaksa berteduh di halte tersebut.

"Lah kok malah hujan sih" Rayn mengeluh seraya menyandarkan bahunya pada tiang halte tersebut.

Dilihat dari derasnya hujan saat ini pasti butuh waktu lama untuk reda. Tapi jika mereka nekat untuk menerobos hujan, maka bisa dipastikan mereka akan basah kuyup dan bisa menyebabkan mereka sakit. Jadi mau tak mau mereka harus menunggu hujan reda.

Beberapa saat berlalu hujan masih tak kunjung reda, membuat keduanya terlihat bosan untuk menunggu. Rayn memilih memainkan ponselnya. Sedangkan Flora terlihat menikmati hujan tersebut. Dilihat dari tangannya yang menengadah dibawah tetesan air hujan. Mencoba merasakan dinginnya air melalui tangannya tersebut.

Sesaat kemudian, Rayn berhenti menatap ponselnya dan beralih pada Flora.

"Hoodie lo awas basah Flo.. Lo dari tadi pagi ga lepas tuh hoodie, kenapa?"

"Ga papa" Sahut Flora, lalu menarik lengan hoodie miliknya. Membuat pergelangan tangannya sedikit terlihat.

Rayn masih tetap mengamati Flora. Kini keningnya terlihat mengkerut.
Secara tiba-tiba, ditariknya tangan Flora yang tengah menengadah, membuat sang pemiliknya terkejut. Flora meringis, tangannya sedikit sakit.

"Ini apa Flo?!" Tanya Rayn, dengan nada yang menuntut.

Flora membulatkan matanya. Dalam batinnya ia merutuki kebodohannya. Sia-sia sudah usahanya hari ini. Ia rela menahan gerah dengan tetap menggunakan hoodienya, demi ini. Dan sekarang di waktu yang tinggal sebentar lagi, ia malah menghancurkannya.

Rayn masih tetap memegang tangan Flora. Mengamati bekas sayatan yang masih terlihat dengan jelas.

"Flora" Lirihnya, menuntut jawaban dari gadis itu. Wajahnya menampilkan ekspresi yang tidak dapat Flora artikan.

"Bukan apa-apa" Jawab Flora datar sambil menarik tangannya kasar. Ia lalu memalingkan wajahnya mencoba menghindari tatapan Rayn.

"Bukan apa-apa kata lo? Jangan bilang kalo sengaja nyayat tangan lo dan ... lo niat mau bunuh diri?"

Tepat sekali. Perkataan Rayn sangatlah tepat. Sampai membuat Flora hampir tidak bisa membantah.

"Jadi ini alasannya lo yang ga pernah make hoodie, tiba-tiba seharian ini make hoodie"

"Buat nutupin bekas sayatan itu? Iya?" Nada bicaranya terdengar marah.

Ah, Flora benar-benar bungkam sekarang. Semua perkataan Rayn tersebut tidak dapat ia sangkal. Bagaimana bisa ia membantah jika semua yang dikatakannya memanglah benar.

Mata Flora memanas, entah mengapa. Ia akui bahwa ia memanglah cengeng. Tapi ia bukanlah seseorang yang jika dibentak maka akan langsung menangis, ia tidak secengeng itu.

Flora [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang