Section Ten: Ruin

149 55 7
                                    

Apparently, ruining a relationship
can be as easy as this🧩

▫ ▫ ▫

Seperti hari-hari biasanya, kini Flora dan Rayn berada di sekolah. Ya, Rayn sudah sembuh dari demamnya dan sudah bisa bersekolah. Namun hari ini mereka berdua tidak berangkat menggunakan kendaraan yang sama, tetapi berangkat pada waktu yang sama. Awalnya Rayn menawari Flora untuk berangkat bersamanya. Namun Flora menolak, entah mengapa. 

Misi Rayn sudah mulai terlaksana, tinggal sedikit lagi ia akan bisa merubah Flora. Ia yakin akan hal tersebut. Akhir-akhir ini keduanya memang sering bersama. Flora juga sudah sering tersenyum, meski hanya senyuman tipis. Selain itu, ia juga sudah tidak terlalu irit berbicara. Namun sampai saat ini Flora masih tak pernah bercerita apapun kepada Rayn. Tapi Rayn yakin bahwa selalu ada hal yang mengganggu Flora, yang menyita seluruh pemikirannya. Karena di waktu-waktu tertentu, Rayn melihat Flora merenung dengan tatapan kosong.

Pasti ada banyak hal yang bisa Flora ceritakan kepada Rayn, namun Flora hanya bungkam dan memendamnya sendirian. Padahal, Rayn selalu ingin mendengar cerita Flora. Bukannya apa-apa, ia hanya ingin sekedar membantu dan menemani Flora, menjadi sosok yang bisa meringankan bebannya meskipun sedikit.

Meski begitu, Rayn tetap menghargai Flora. Ia tak akan menuntut Flora untuk bercerita. Karena bersama dengan Flora, dan melihat Flora tersenyum, sudah bisa membuat ia merasa senang. Dan kini Rayn menyadari bahwa sepertinya ada sebuah perasaan yang menyelinap ke dalam diri Rayn. Ia tak tahu perasaan apa itu. Yang jelas ketika bersama Flora, ia seperti merasakan sebuah euforia yang belum pernah ia rasakan. Entahlah, Rayn benar-benar tak tau perasaan macam apa itu. 

Jam kini menunjuk angka 10, menandakan waktu istirahat bagi seluruh siswa-siswi dari SMA Antariksa. Kantin yang awalnya sepi mendadak ramai diserbu oleh mereka yang sudah kelaparan karena efek dari belajar. Meski begitu tidak berlaku untuk Flora, ia yang notabene seorang penyendiri tak akan menyukai tempat ramai seperti kantin. Namun terkadang ia akan pergi ke sana jika ia ingin, atau jika ia dipaksa oleh Oliv dan Saras. Tetapi sepertinya ia tak akan ke kantin lagi dengan alasan yang kedua. Karena ia harus menjauhi mereka.

Tetapi baru saja memikirkan kedua orang itu, kini mereka sudah berada di kelas Flora, sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum cerah.  Mendadak, Flora merasa tak ingin menjauhi mereka. Tetapi, perkataan ayahnya membuat ia harus melakukannya. 

"Jauhi mereka, atau Papa pindahkan kamu ke sekolah yang lainnya"

Egois. Satu kata yang benar-benar mencerminkan ayahnya itu. 

"Flo, ngantin yuk" Oliv mengajaknya. 

Flora tak menanggapi, atensinya tertuju pada novel yang kini tengah ia baca. 

"Asik banget sih bacanya. Yuk ah, laper nih" Kata Saras yang lalu mencoba mengambil novel di tangan Flora. Namun Flora menariknya, menjauhkan buku itu dari tangan Saras. Ia yang sedang duduk lalu mendongak melihat Saras dan Oliv yang menatapnya bingung. 

"Lo kenapa?" Oliv bertanya. 

"Lo lagi badmood ya, dari kemaren lo rada aneh, Flo" Sambung Saras. 

"Pergi kalian" Lirih Flora sambil memandang tajam ke arah keduanya.

"Hah?"

"Pergi, gue bilang pergi"

"Lo kenapa sih?" Tanya Saras yang sudah tidak tahan dengan Flora. 

"Gue mau kalian pergi dan ga usah temuin gue lagi!" Setelah mengucapkan itu, Flora beranjak dari duduknya, lalu pergi keluar kelas dengan terburu-buru. Hingga tanpa sadar ia menabrak Rayn yang baru kembali dari kantin. 

Flora [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang