Section Thirteen: Give Up

150 52 7
                                    

I can't hold on anymore.
I give up🥀

▫ ▫ ▫

"Rayn" Rayn menengok tanpa menjawab. Balas menatap mata gadis itu yang terlihat amat sayu.

"Gue pergi ya" Ucap gadis itu lagi. Kali ini dengan senyuman yang membuat Rayn seperti ikut merasakan apa yang gadis itu rasakan. Rayn masih terdiam, belum mengerti tentang maksud sebenarnya dari ucapan gadis itu.

Gadis itu kemudian berbalik. Mulai berjalan menjauh dari Rayn. Rayn masih memperhatikan, melihat dengan perasaan yang sedikit membingungkan.

"Flora!!" Teriak Rayn setelah sadar kemana tujuan gadis itu -Flora- untuk pergi. Rayn pun langsung berusaha untuk mengejar Flora. Tapi entah mengapa kakinya tak bisa di gerakkan sama sekali.

"Flo!!" Teriaknya lagi. Flora tak menengok. Membuat Rayn semakin panik. Hingga akhirnya Rayn berhasil menggerakkan kakinya. Ia langsung berlari menyusul Flora yang semakin menjauh.

"Flora! Jangan pergi!!" Rayn terus mengejar Flora. Tapi sayangnya, Rayn gagal. Flora menghilang. Dan Rayn hanya bisa menatap kepergian gadis itu. Flora lenyap dihadapannya. Flora benar-benar pergi.

"Floraaa!!"

Rayn membuka matanya secara terkejut. Sadar bahwa yang tadi dialaminya ternyata hanya mimpi semata. Sungguh, Rayn benar-benar tak mengira bahwa ia bisa tertidur di kelas seperti ini. Untung saja kelasnya mendapat jam kosong, jadi tak akan ada guru yang akan menghukumnya.

"Perut lo masih sakit Ray" Yofan bertanya saat melihat Rayn yang baru saja sadar.

"Udah engga"

Ah iya, karena pertanyaan Yofan barusan, Rayn jadi ingat bahwa tadi Aaro sempat memukul perutnya cukup keras. Di saat itulah juga Aaro sempat mengatakan sesuatu yang lain sebelum ia pergi.

"Semua orang pasti pernah ngerasain penyesalan terbesar dalam hidupnya. Dan gue yakin sebentar lagi giliran lo yang bakal ngerasain itu!"

Rayn benar-benar merasa gusar. Pikirannya berkecamuk, perasaannya campur aduk. Sakit, marah, kecewa juga rasa bersalah terus memenuhi pikirannya.
Apa ia berhak merasakan semua ini. Benar kata Aaro saat itu, Ia bukan siapa-siapa. Ia hanya tetangga, dan teman sebangku Flora. Ya, hanya itu. Ia sadar diri. Tapi mengapa ia malah bersikap seperti itu kepada Flora?

Rayn mencoba untuk mengabaikan semua ini, tetapi pikirannya malah teringat tentang perdebatan antara Oliv dan Saras tentang Flora. Perdebatan yang terjadi ketika ia pergi ke UKS untuk mengambil paracetamol tadi. Disana, Oliv mengatakan yang sebenarnya tentang Flora.

Tentang Flora yang harus menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya berpisah saat ia masih berada di kelas 4 SD. Yang setelah itu ayahnya selalu mengekang Flora. Flora dipaksa untuk selalu menurut, ayahnya juga tak mengizinkan Flora menemui ibunya. Rasanya jahat sekali. Hal itu juga membuat Rayn ingat akan sesuatu. Sesuatu yang menambah rasa sakit Flora, yang saat itu ia lihat sendiri dengan mata kepalanya ketika bersama Flora di restoran saat itu. Bahwa Flora juga diabaikan oleh ibunya. Flora dianggap tak ada. Entah ia lupa, atau memang sengaja untuk lupa. Tapi tetap saja, bagaimana bisa seorang ibu melupakan anaknya.

Sebegitu peliknya hidup Flora, sudah banyak sekali rasa sakit yang ia tanggung selama ini, dan dengan bodohnya Rayn yang dulu mengatakan akan membantunya kini malah menambahkan luka pada Flora. Membuat ia semakin tersakiti.

Jadi kini apakah benar ucapan Aaro yang mengatakan bahwa ia akan segera merasakan penyesalan terbesarnya?

Tidak, ia tak mau. Ia harus bisa menghindari rasa sesal itu. Dengan segera Rayn pergi menuju kelas Saras dan Oliv. Ingin menanyakan tentang dimana Flora saat ini. Tapi sayangnya Rayn tak bisa masuk ke kelas mereka. Ada guru yang tengah mengajar disana.

Flora [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang