Section Fourteen: Big Mistake

133 52 0
                                    

My biggest mistake is
when I leaving you, alone🐾

▫ ▫ ▫

Ia berlari dan langsung menjatuhkan dirinya ke dalam laut, mengikuti sosok Flora yang sudah hampir tak terlihat lagi. Ia terus berenang berusaha mencapai tubuh Flora. Gelombang air laut sedikit menyusahkannya, namun ia tak menyerah. Sampai akhirnya ia berhasil meraih tubuh Flora. Mendekapnya seerat mungkin, tak akan membiarkan Flora terlepas lagi.

Perlahan, ia berenang membawa Flora dan kembali keatas dermaga kayu tersebut. Membaringkan tubuh Flora di sana, lalu mencoba menemukan denyut nadinya. Setelah memastikan bahwa Flora masih bernafas, ia segera melakukan CPR dengan menekan dada Flora berulang kali. Berusaha untuk menyadarkannya.

"Uhuk" Flora akhirnya tersadar dengan mengeluarkan air dari mulutnya.

"Lo ga papa?"

Flora tak menjawab. Ia mencoba bangkit dari tidurnya, berusaha untuk duduk dengan di bantu oleh orang tersebut. Spontan membuat Flora menatap lelaki dihadapanya itu.

"Flo, lo ga papa? Kok lo luka-luka gini sih? Kita ke rumah sakit sekarang ya" Tanyanya lagi. Wajahnya terlihat panik, berbeda dengan Flora yang tak berekspresi. Tetap datar seperti biasanya.

"Kenapa lo nyelametin gue?" Flora akhirnya membuka suara.

"Hah? Kenapa?" Tanyanya balik tak percaya.

"Kenapa lo nyelametin gue?!" Suara Flora menaik, menuntut jawaban.

"Lo gila, ya?!!"

"Gue nyelametin lo dan lo malah nanya kenapa?! Lo egois Flo!" Ia melanjutkan.

"Kalo gue gila, kalo gue egois, apa itu jadi urusan lo?!" Balas Flora sama kerasnya.

"Itu emang bukan urusan gue, tapi apa salahnya kalo gue nyelametin lo atas dasar kemanusiaan. Mana bisa gue liat lo bunuh diri Flo?"

"Kenapa ga bisa Ray? Kenapa lo ga bisa biarin manusia yang haus perhatian, dan ga tau diri kayak gue ini mati?" Ujar Flora seraya menatap Rayn dengan mata yang berkaca-kaca. Ya, Rayn, si pemuda yang lagi-lagi berhasil menggagalkan upaya bunuh dirinya.

"Flora"

"Lo benci kan sama gue? Trus kenapa lo ga biarin gue mati!"

"Lo emang bener-bener egois ya!" Rayn melepaskan tangan Flora yang tadi digenggamnya. Ia kembali emosi.

"Lo ga pernah mikirin orang yang ada di sekitar lo"

"Buat apa gue mikirin mereka?! Mereka sama egoisnya kayak gue. Mereka jahat!" Sahut Flora masih dengan suara kerasnya, membuat Rayn memegang kedua bahu Flora, mengarahkan tubuh Flora untuk menghadap pada dirinya "Dengerin gue!!"

"Yang jahat itu bukan cuma mereka, tapi juga lo. Lo jahat, lo egois! Lo selalu mikir kalo lo sendirian, lo pikir ga ada yang peduli sama lo, ga ada yang bisa ngertiin lo, padahal banyak orang disekitar lo yang berusaha ngelakuin semua itu buat lo, Flora!"

"Lo bilang sama gue lo takut buat percaya sama orang lain. Dan sekarang gue tanya, apa lo percaya sama diri lo sendiri?"

Flora diam tak membalas pertanyaan Rayn.

"Jawabannya enggak. Kalo lo percaya sama diri lo sendiri lo ga akan ngelakuin semua percobaan bunuh diri selama ini. Dan kalo lo aja ga percaya sama diri sendiri gimana lo mau percaya sama Orang lain Flora?"

"Tapi disisi lain, saat ada orang yang berusaha ngertiin lo, lo malah menghindar, lo juga selalu nutup mata ketika ada orang yang mau peduli sama lo! Mau lo apa coba?"

Flora [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang