Rose keluar dari dalam lift.
" Huffttt."
Membuang pelan keraguan agar menenangkan hati Rose.
Sepanjang perjalanan menuju kamar inap Irene, Rose selalu berfikir tenang. Anggap aja dia lagi jenguk temennya tanpa memikirkan yang namanya status mantan pacar!
Ingat Jennie!!! Always!!!
" Rose!?" Kejut seseorang di ujung sana. Berdiri di depan kamar Irene.
Gadis ini datang mendekat. Wajah kesalnya sangat enggan menerima kehadiran Rose.
" Ngapain lo ke sini!?" Cetusnya tidak mengguncang lemah hati Rose. Sudah biasa di perlakukan seperti itu, Rose kebal akan makian.
" Gimana keadaan Irene?"
" Buat apa lo nanya Unnie!?"
Kepala menoleh cepat ke samping. Menatap emosi Seulgi yang tidak menghargai kedatangannya.
" Lo pergi aja deh!"
" Gue mau ketemu Irene bukan lo."
" Tapi gue adeknya!"
" Nggak ada urusan sama gue. Mau lo kakaknya, adeknya, pacarnya, bodo amat! Gue ke sini cuman mau ketemu Irene!"
" Nggak ada! Dia nggak mau ketemu sama lo! Mending lo pergi sebelum gue panggil satpam."
Tangan kanan Rose getar. Tanda jika kemarahan hampir mencapai ubun-ubun. Bisa aja Rose langsung angkat kepalan terus tonjok muka Seulgi sampai puas.
" Gue nggak mau ribut sama lo ya."
" Kalau gue cari ribut gimana?" Rose berbalik menghadap Seulgi. Tangan ingin mengangkat pukul.
" Dek, kenapa ribut di luar?" Suara lembut Irene terdengar. Seulgi menoleh cepat ke dalam kamar inap lalu mendorong Rose untuk menjauh dari jalannya masuk.
" Ada siapa?"
" Temen Unnie."
" Siapa?"
Rose dengar percakapan mereka dari luar pintu.
" Rose." Jujur Seulgi di hadapan Irene.
" Rose?"
Berat hati Seulgi mengangguk. Senyum Irene merekah simpul saat harus mendengar nama gadis dingin itu.
" Mana dia? Kenapa nggak di suruh masuk?"
" Di luar. Seulgi panggil dulu."
Rose melihat kedatangan Seulgi. Membuka lebar pintu kamar, menyuruh Rose masuk dengan lirikan tajam tanpa sopan.
Memang benar umur keduanya sama. Tapi cara menghargai orang harusnya melekat pada diri. Tidak seperti Seulgi yang acuhnya pengen banget Rose mukul hantam.
" Denger, kalau gue lihat lo macam-macam lagi sama Unnie, gue nggak segan-segan hajar lo!" Bisik Seulgi di sanding Rose. Lalu ia pergi dari sana, membiarkan Rose berdua sama Irene. Si doja bodo amat. Omongan Seulgi mantul keluar telinga.
Melangkah masuk ke dalam dan berhenti tidak jauh dari ranjang Irene. Wanita itu menoleh ke arah Rose, memberikan senyuman dan Rose segera sadar kalau dia kemari hanya untuk Jennie.
" Cuman singgah terus pulang."
***
" Bosen." Gumam Jennie yang kolar-kilir di kamar.
" Hubby." Mengingat Rose, Jennie cepat menyaut hp. Tapi dia ingat kalau Rose pasti sibuk ngurusin Irene.
Senyum yang tadi manis terlihat, sekarang pudar perlahan tanda dia harus bisa sabar menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect | Chaennie [Completed]
Fanfiction" Paan coba! Gitu doang di sukain!!" " Ihhh!!! Awas lo temakan omongan sendiri. Ntar lo suka sama Rose gimana!?" " Nggak bakal!!!"