Tidak berhenti menatap, Rose bersandar di kursi besi ini. Memandangi Jennie tanpa letih.
" Kenapa?" Tanya Jennie dengan mulut yang penuh donat.
" Nggak boleh ya natap pacar?"
Jennie memutar bola matanya dan ia kembali melanjutkan kunyahan. Rose tersenyum kecil. Tangannya meraih minumannya sambil menyeruput memandangi Jennie di hadapannya.
" Besok beli donat lagi ya by.."
" Mhh. Sore yaa...aku mau temenin Wendy ngerjain tugas dulu."
" Hubby sekelompok sama Wendy?" Rose mengangguk. Jennie melirik sinis kekasihnya penuh kecurigaan.
" Pasti kamu yang maksa Wendy! Iya kan?"
" Aku malas buatnya. Lagian Wendy mau kok."
" Tuh kan! Ihh...dasar pemalas!" Ejek Jennie dan Rose tidak banyak bicara tapi ia tersenyum senang.
" Gimana perasaan kamu deket samaku selama ini?"
" Bingung." Jawab Rose dan Jennie melirik wanita ini sambil memotong cake nya.
" Bingung?"
" Mhh.... bingung gimana caranya biar aku nggak kangen tiap detik samamu. Nggak bisa berhenti mikirin Jennie Kim..." Jawab Rose dan Jennie terdiam, berhenti menguyah dan ia langsung merunduk menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Rose tertawa. Ia mengelus rambut Jennie, merapikannya sambil menarik-narik tangan Jennie agar berhenti menutupi wajahnya.
" Jangan di tutup dong."
" Nggak mau!"
" Loh kok gitu?"
" Malu by!!!"
" Kenapa? Hahaha."
" Udah ah! Ngambek!"
" Ya ampun Jennie... yaudah. Nggak usah gombal lagi deh aku."
***
" Rose, makan malam nak!!" Panggil Mommy nya.
Rose keluar dari kamar. Ia berlari kecil turun dari tangga tanpa memakai sandalnya.
" Mana sandalmu?" Tanya Dad Park.
" Malas makai." Jawab Rose terduduk di kursinya, disiapkan piring dan susu oleh bibi.
Sambil menguyah, mata Rose melirik kedua orang tuanya.
" Mom, Dad, Rose mau ngomong."
" Mh?" Dehem tanya Dad Park. Sang Mommy menatap hangat anak kesayangannya.
" Gimana kalau misalnya habis lulus SMA, Rose nikah?"
Uhukk!!!!! Terbatuk-batuk Tuan Park mendengar pertanyaan itu dari anaknya. Rose melihat bingung Mommy yang bergegas memberikan minuman pada suami.
" Ngomong apa sih nak!?" Tanya Mom.
" Kan nanya....."
" Ada bedanya nanya sama ngomong!" Jawab Mommy nya. Rose berfikir sejenak dan dia baru ngeh dengan kesalahannya.
" Oh! Sorry Mom and i'm so sorry Dad..." Ucap Rose pada Daddy-nya yang mengusap bibir, tidak mood untuk melanjutkan kunyahan.
" Yaa....itu....emm....gimana kalau Rose nikah sama Jennie?"
" Apa!? Nikah sama Jennie!!?" Tanya kejut kedua orang tuanya. Rose mengangguk kaku.
" Hah~~! Bagaimana bisa nikahi Jennie?"
" Bi-bisa aja..." Jawab kaku Rose. Wajahnya sedikit cemberut.
" Pokoknya Rose mau!!! Gimana caranya biar Rose sama Jennie!! Nggak mau sama yang lain!!" Lanjut Rose. Suaranya meninggi dan terdengar manja.
Orang tuanya tidak bisa berbuat apa-apa. Badan tuan Park lemas melihat anaknya merengek meminta apapun yang ia inginkan terwujud.
" Nanti yaa kita pikirkan..."
" Janji ya Mom?"
" Iyaya."
" Awas nggak janji!! Rose ngambek!"
" Aduhh... anak Dad nggak mau kompromi."
" Nggak mau!!! Rose maunya Jennie!!"
" Iyaya. Nanti Dad pikirkan lagi."
Rose mengangguk sigap. Ia merundukkan kepalanya lagi untuk melanjutkan kunyahan seraya dengan orang tuanya yang kembali beraktifitas dengan makanan mereka.
" Rose minta black card Dad. Besok mau jalan sama Jennie." Ucap Rose hingga Mom Park tidak jadi melayangkan suapannya.
" Besok Daddy kasih."
" Rose maunya sekarang. Nanti Daddy lupa!"
" Kartunya tinggal di kantor sayang. Sabar yaa, besok pasti di kasih."
" Nggak mau Dad~~!!!" Rose menghentakkan kakinya di lantai hingga tuan Park langsung memanggil keras asistennya.
" Pergi ke kantor, ambil dompetku yang tertinggal di lemari."
" Baik tuan besar." Ucap asistennya yang berlalu keluar dari rumah.
Rose tersenyum senang. Ia cengir pada Daddy nya yang kesal sendiri melihat anak terlalu di manja olehnya.
" Aku sayang Dad dan Mom..."
" Mhh!!!"
***
" Maaf lama sayang. Tadi nunggu mobil dulu." Kata Rose, membujuk Jennie yang ngambek padanya karena dia lama jemput.
" Jennie? Maaf..." Rose meraih tangan Jennie untuk ia genggam. Matanya masih bisa fokus pada jalan raya. Namun Jennie langsung menghempas sentuhan Rose dengan wajah yang ia buang lagi ke luar kaca samping.
Jennie benar-benar marah. Dia sudah dandan cantik, tapi malah rose yang lama jemput hingga setengah jam lamanya. Sampai Jennie bosan dan ingin sekali masuk kamar, banting badan di kasur, tarik selimut terus bobo.
" Hah~~" Rose membuang kasar nafasnya. Ia menarik rem tangan saat mereka berhenti di lampu merah.
" Aku kesal dengan jarak
Yang sering memisahkan kita
Hingga aku kena marah
Karena terlambat di ja-lan."🎶🎵Rose bernyanyi sambil melirik ke spion mobil luar untuk menatap kendaraan lain di belakang mobilnya. Jennie melirik gadisnya disebelah. Dia masih kesal tapi Rose tidak berhenti bernyanyi bahkan ia mengubah liriknya.
" I love you, baby
And if it's quite all right
I need you, baby
To warm these lonely nights
I love you, baby
Trust in me when I say." 🎶🎵 Senyum Jennie perlahan muncul." Hubby~~!!" Jennie akhirnya luluh. Ia memeluk Rose yang sibuk menyetir dan sok cuek.
" Katanya ngambek. Yaudah lanjutin aja.." kata Rose. Jennie memberi gelengan. Ia melingkarkan tangan di leher Rose sambil bersandar di bahu empunya.
Akhirnya Rose mengangguk tangan kanannya. Ia mengelus rambut Jennie sambil tersenyum kecil dan ia cium keningnya.
" Kalau nggak bisa ngambek, nggak usah ngambek. Susah ngambekan samaku."
" Mhh~~!!" Dehem manja Jennie tanpa melepas pelukan pada Rose yang sibuk fokus menyetir mobilnya lagi.
Sepertinya part kali ini nggak terlalu pendek amat kayak upil😂
Besok nggk tau update apa nggak...tapi sepertinya bakal update 🤐
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect | Chaennie [Completed]
Fiksi Penggemar" Paan coba! Gitu doang di sukain!!" " Ihhh!!! Awas lo temakan omongan sendiri. Ntar lo suka sama Rose gimana!?" " Nggak bakal!!!"