Bagian 20

768 37 10
                                    

"Mau aku bantuin, San?" suara itu milik Bima yang saat ini berdiri di sebelah Sandara yang tengah membersihkan buku-buku di perpustakaan.

Karena kecerobohan nya tadi Pagi ia lupa membawa buku PR Bahasa Indonesia yang seharusnya dikumpulkan tadi pagi, dan karena itu sekarang ia harus membersihkan perpustakaan di jam pertama ini.

Sandara tidak menggubris ucapan Bima, ia malah pergi ke rak buku Biologi, membersihkan debu-debu dengan kemoceng yang ada di tangan nya.

Melihat itu Bima mengembuskan napas pelan, tidak mudah juga mendapatkan maaf dari Sandara. Tapi tetep saja ia tidak boleh menyerah begitu saja, Sandara harus tahu bahwa saat ini ia dengan Clara tidak ada hubungan apapun lagi, semua masa lalu dengan cewek itu sudah ia lupakan.

"San, kasih aku waktu buat ngomong sama kamu. Sebentar aja nggak ada lima menit."

Karena Sandara juga tidak ingin berlama-lama seperti ini ia akhirnya menatap Bima yang berada di samping nya saat itu.

"Oke, mau ngomong apa?" memang sudah sifat Sandara, ia tidak bisa berbicara ketus kepada orang lain. Ucapan nya selalu lembut.

Bima tersenyum kecil mendengar nada bicara kekasih nya itu. Lalu tangan kanan nya memegang pipi Sandara gemas.

"Kalo ga bisa ngomong ketus gausah di ketus-ketusin, bikin tambah gemes tau nggak?"

Sandara mengigiti bibir bawah nya, malu.

"Kenapa bibir nya mau aku cium?"

Kedua bola matanya hampir keluar karena ucapan Bima itu.

"Enggak, apaan coba Kak Bima."

Bima terkekeh suara tawa nya terdengar saat ini."Becanda kali, San. Eh tapi kalo beneran juga nggak papa."

"Kak Bima!" panggilan Sandara terdengar memperingatkan.

"Eh ya, sori-sori. San."

"Kak Bima serius nggak sih mau ngomong sama aku nya?" tanya Sandara yang terlihat semakin kesal itu.

"Serius, aku selalu serius sama kamu, San."

Sandara diam. Matanya kini tidak lagi menatap Bima melainkan ke arah tumpukan buku-buku tebal itu.

"Aku mau jelasin tenang Clara sama kamu. Aku nggak mau kamu salah paham tentang aku sama Clara."

"Apa yang mau Kak Bima jelasin, hm?"

"Semua yang pingin kamu tahu."

"Aku bakal jelasin tapi nggak disini oke? Pulang sekolah aku tunggu di parkiran ya, San." ucap Bima lagi.

Sandara menghela napas pelan kemudian mengangguk sebagai jawaban.

Bima tersenyum senang, satu tangan laki-laki itu mengusap rambut Sandara."Semangat buat bersih-bersih perpustakaan, cantik."

Setelah mengucap kan itu Bima pergi dari sana untuk kembali ke kelas nya. Sementara Sandara kembali meneruskan pekerjaan nya yang tadi sempat terhenti karena senior nya itu.

***
Setelah selesai deng check up kondisi penyakit nya, Clara berjalan keluar dari ruangan yang sebenarnya sangat ia benci dan ia butuhkan dalam waktu bersamaan. Bagaimana tidak, Clara sangat membenci karena dirinya harus mengidap penyakit yang hampir merenggut nyawanya itu. Ia juga sudah muak dengan pengobatan yang selama ini ia jalani, disatu sisi juga ia masih membutuhkan pengobatan itu, karena Clara masih ingin hidup lebih lama. Untuk orang-orang yang ia sayangi—Bima salah satu nya.

"Iya, Tante. Ini baru selesai. Iya nggak apa-apa kok, Clara bisa pulang sendiri. Oke, see you Tan!"

Lalu sambungan telepon dengan Tante nya ia matikan. Berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Clara juga sangat membenci bau rumah sakit. Dulu waktu masih tinggal di Paris, Clara hampir kehilangan nyawanya dan berakhir koma selama sebulan.

Clara tidak pernah meminta lebih, ia hanya ingin sembuh, dan hidup normal seperti orang lain. Tapi Clara sadar semua keinginan nya hanya bisa ia bayangkan tidak bisa ia wujudkan. Seberapa besar pun usaha yang Clara lakukan untuk sembuh dari penyakit nya, nyatanya sampai sekarang Clara masih merasa sakit tiap kali ia kelelahan. Itu sebab nya kemarin ia pingsan di tengah jalan, dan Bima yang melihat itu.

Mengingat Bima, ia lupa kalau harus mengembalikan jaket yang kemarin ia pakai—sudah ia cuci juga. Clara juga membawa nya. Memang sengaja, setelah dari rumah sakit Clara langsung pergi ke rumah Bima. Untuk mengembalikan jaket milik lelaki itu.

***
"Mau makan dulu?" tanya Bima yang tengah menyetir.

Sandara tidak menjawab, masih fokus membalas pesan dari grub yang diisi teman-teman nya.

"Sandara?" panggil Bima.

Sandara menoleh,"Iya, kenapa Kak?"

"Mau makan dulu nggak?"

"Terserah Kak Bima aja."

"Makan dulu ya, aku laper soalnya."

Sandara mengangguk. Jari nya masih lincah mengetikkan pesan kepada teman-teman nya yang menggoda dirinya.

Setelah sampai di McDonald's. Mereka berdua turun dari mobil berjalan masuk ke dalam. Bima menggandeng tangan mungil Sandara. Seolah memberi tahu bahwa perempuan di samping nya adalah milik nya.

"Kenapa harus gandengan sih, Kak?" tanya Sandara polos.

Bima tersenyum,"Biar orang-orang tau, kalo kamu milik aku."

"Gombal banget!"

"Tapi seneng kan. Tuh liat pipi nya sampe marah gitu."

Sandara langsung memegang pipi nya, malu."Enggak kok! Ini karena panas."

"Iyain aja deh, biar tuan putri seneng."

Setelah selesai makan, Bima langsung mengajak Sandara ke taman dekat rumah nya. Kali ini Bima akan menjelaskan semua nya tentang Clara kepada Sandara. Sebenarnya Bima juga tidak ingin mengatakan kepada Sandara, karena jika Bima menceritakan semua nya, rasa sakit di hati nya pasti akan muncul kembali. Bima belum siap jika harus merasakan nya lagi. Tapi demi Sandara, ia akan melakukan apapun, walaupun menyakitkan untuk nya.

"Duduk sini, San." ajak Bima begitu melihat bangku yang ada di sana.

"Mau aku beliin minum?" tawar Bima.

Sandara menggeleng,"Nggak usah, Kak. Aku nggak haus juga."

Bima mengangguk—mengiyakan ucapan kekasih nya itu. Diraih nya tangan mungil Sandara untuk ia genggam erat-erat.

"Maafin aku ya, kalo waktu itu kedatangan Clara di rumah nyakitin kamu." ucap nya kemudian.

Sandara diam. Mengamati wajah Bima yang seperti nya sangat merasa bersalah. Sandara juga tidak sepenuhnya menyalahkan Bima. Hanya saja, Sandara masih belum terima jika masa lalu cowok itu ternyata belum sepenuhnya selesai.

"Nggak papa. Aku ngerti kok."

"San, Clara itu—"

Belum selesai dengan ucapan nya, dering telepon milik nya berbunyi. Nama Bunda tersayang tertera di layar ponsel nya. Langsung saja Bima mengangkat. Suara Bunda nya langsung terdengar.

"Kamu dimana, Bim? Ini Clara nyariin kamu. Katanya mau ngembaliin jaket yang waktu itu."

Oh, shit!!

***

Ho ho ho😁😁

Maaf banget kalo lama update huhu😭

Masih nungguin Senior nggak nihh?☝️

Jangan lupa vote and comment yaa😉

SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang