Aku tidak mengerti hal apa yang bisa membuat ku senang, kupikir saat aku melihat kau tersenyum.
Bel pulang sekolah telah berbunyi 5 menit yang lalu, kelas pun sudah mulai kosong tinggal Sandara beserta keempat sahabat nya yang sedang mengerubungi gadis itu.
"Jadi lo dipilih buat ikut lomba jurnal kali ini?"tanya Adela
Sandara mengangguk"iya kak Dito yang milih aku, katanya disuruh Bu Risma"jawabnya
"Artinya lo bakal ikut ke Bandung dong san"ucap Oliv
"Iya liv kan lombanya dibandung, gimana si kamu"jawab Sandara sambil terkekeh memperlihatkan gigi rapih nya.
"Hehe iya juga si"jawab Oliv polos
"Otak lo liv kagak pernah bener"ledek Feby
"Yee kek otak lo bener aja,nilai ulangan matematika aja kek nomer absen"jawab Oliv tidak mau kalah
"Sialan lo"
"Lo apalagi liv nilai ulangan matematika dapet enam aja nyontek gue"ucap Michel
"Iya deh yang jago matematika mah beda,udah sana lo urusin rumus rumus yang bikin gue pengen mutah liatnya"kata Oliv
"Terus artinya lo juga bakal lihat kak Bima tanding basket dong san"tanya Adela
"Memangnya kenapa Del?"tanya Sandara
"Ya ampun San lo enggak pernah lihat kak Bima main basket apa?"
Sandara mengangguk polos. Karena memang benar Sandara sama sekali tidak pernah melihat seniornya yang tukang gombal itu bermain basket.
"Ck. Lo kebanyakan diperpus jadinya enggak tau gimana kak Bima kalo lagi main basket, sumpah demi kepalanya pak Subyo yang botak bisa tumbuh lagi,keren banget san kak Bima kalo lagi main basket"ucap Oliv bersemangat
"Ya bagus dong kalo mainnya jago biar bisa menang lomba"
"Lo enggak pengen lihat apa?"tanya Feby
"Aku enggak suka basket,aku lebih milih buat bikin puisi dari pada nonton basket"ucapnya
"Iya enggak suka basket tapi sukanya pemainnya"ledek Michel
"Siapa yang suka kak Bima si"sergah Sandara
"Gue enggak nyebutin kak Bima ya san,pemain basket kan enggak cuma kak Bima"jawab Michel yang membuat Sandara mati kutu karena tidak bisa menjawab lagi
"Hayoloh lagi mikirin kak Bima ya"ledek Adela dengan menaik turunkan alis matanya persis seperti Bima waktu menggoda nya
"Enggak, ya ampun Del jangan ngaco deh"
"Mikirin gue juga enggak apa-apa kok"ucap seorang cowok dari arah pintu kelas Sandara
Mendengar suara cowok otomatis kelima cewek yang sedang berbincang itu menengok ke arah dimana suara itu berasal. Ternyata Bima seniornya yang kini berdiri di tengah tengah pintu sambil menyenderkan tubuhnya dan tas ransel yang di letakkan sebelah pada bagian bahunya.
Keempat sahabat Sandara saling tatap menatap sambil tersenyum geli melihat Sandara yang mulai gugup karena keberadaan Bima.
"San udah disamperin tuh"goda Adela
Sandara terdiam dia bingung harus bagaimana agar keempat sahabat nya tidak mencurigai dirinya karena terlihat gugup.
Saat Bima mendekat keringat dingin mulai membasahi telapak tangan nya. Kakinya seolah tak menapak. Padahal Bima hanya mendekat.
"Ehemm,boleh gue pinjem Sandara nya?"ucap Bima sambil tersenyum kearah Sandara
"Boleh banget kak,bawa aja nih tapi jangan lupa dipulangin nanti"jawab Oliv sambil terkekeh
Sandara menatap Oliv seolah memberi isyarat 'apa si Oliv diem deh'
"Apa san tinggal bilang aja pake kode kode"tambah Feby
"Mau kita keluar ya san"kata Adel
"Udah yuk keluar enggak mau ganggu orang lagi pdkt"tambah Michel
Sandara malu karena keempat sahabat nya terus menggoda dirinya. Ia bahkan tak bisa menjawab ucapan sahabat-sahabatnya. Bego san bego ucapnya dalam hati
"Kak kita pergi dulu,jangan lupa nanti Sandara dipulangin dalam keadaan utuh ya kak"ucap Adela sambil melirik ke arah Sandara
"Bye san, have fun ya"ucap keempat sahabat nya dan langsung keluar dari kelas meninggalkan Sandara yang kini semakin dibuat gugup karena hanya mereka berdua dikelas yang sepi ini.
"Pinter enggak kabur lagi kayak tadi siang"ucap Bima memecahkan keheningan
"Siapa yang kabur?"
"Lo, jalan aja pake cepet-cepet"
"Aku mau ngerjain pr jadinya jalanya agak cepet"
"Berarti sekarang enggak pake cepet-cepet segala dong"
"Maksudnya"
"Jalan yuk"tawarnya
"Enggak bisa"tolak Sandara cepat
"Kenapa"
"Nanti ibu marah kalo aku pulang terlambat"
"Ya udah lain kali aja,tapi boleh dong gue nganterin lo pulang, sekalian kenalan sama ibu lo"ajak Bima
"Ta.. ucapan Sandara terpotong karena Bima sudah menggandeng tangan nya keluar kelas dan menuju ke parkiran
"Kalo enggak gue gandeng lo enggak bakal mau"ucap Bima
Sandara menatap tangannya yang kini dipegang oleh senior yang merupakan most wanted disekolah nya. Sandara memegang jantung nya yang kini terasa lebih cepat berdetak cepet banget detaknya , perasaan aku enggak punya riwayat jantung ucap nya didalam hati. Polos itu lah kata yang menggambarkan bagaimana cewek itu. Sandara yakin bahwa ada yang aneh dalam hatinya,seperti ada kupu-kupu terbang yang membuat gadis itu menyunggingkan senyum yang jarang ia perlihatkan.
Tanpa sadar hatinya berucap
Aku suka kak Bima.**
Jangan lupa vote and comment 😉

KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR
Teen Fiction[ follow dulu sebelum baca ] Kisah tentang Bima Dirgantara, most wanted disekolah nya dengan masa lalu yang belum sepenuhnya ia lupakan. Dan, Sandara Geoffani, cewek polos yang tidak sengaja ditaksir oleh Bima yang juga menjadi senior disekolahnya...