“Kamu tak akan mengerti, sebab bukan kamu yang patah hati“
★★★
Malam ini Indy dan Defit menginap dirumah Veelly. Seperti biasa, Veelly akan mengajak kedua sahabatnya untuk maraton drakor.
"Veell, kok load terus sih videonya?" protes Indy.
Veelly menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa malam ini kuota streaming-nya habis.
"Yahh kuotanya abis Ndy." keluh Veelly.
Veelly melirik kearah Defit dan Indy. Seperti memberi isyarat bahwa ia membutuhkan bantuan sahabatnya.
"Apa lo liat-liat gue?" ketus Defit. Ia sudah memiliki pirasat buruk terhadap tatapan Veelly.
"Beliin kuota dong, tolong." Veelly nyengir, memperlihatkan deretan gigi rapihnya.
Benar saja, apa yang terbesit dalam pirasat Defit menjadi kenyataan. Veelly memang sedikit menjengkelkan jika urusan pendramaan. Berlebihan.
"Gue gak ikutan ya." celetuk Indy. Indy beringsut dari ranjang. Ia berniat menghindari Veelly. Yang mungkin sepertinya sepuluh detik kemudian akan dimintai tolong olehnya.
"Eitss! Mau kemana lo hah?!" tandas Veelly seraya menarik kerah belakang baju Indy.
"Ih lo mah nyusahin!"
"Lagian beli sendiri kek!" celoteh Indy.
Veelly melepaskan genggaman kerah Indy. Kemudian ia merebahkan dirinya kembali sembari memeluk guling.
"Kalian jahat banget sih sama gue, padahal mood gue lagi gak baik. Kalian gak lupa kan?" lirih Veelly. Patut dijuluki ratu drama!
"Lo tuh mentang-mentang penggila drama, sampe lo tiruin akal busuknya antagonis!" cerca Indy.
"Heh! Lo kira minta tolong beliin kuota, akal busuk?!" hardik Veelly.
Saat ini entah kenapa Veelly merasa jika dirinya mudah marah. Seperti saat ini misalnya.
"Yaudah iya, gue sama Indy mau ke counter." ujar Defit memutuskan.
Saat ini Defit tahu bahwa suasana hati Veelly sedang tidak baik. Sebenarnya Indy pun mengerti, namun ia hanya ingin membuat Veelly memiliki tekanan darah tinggi.
Akhirnya Indy dan Defit pergi membeli kuota. Saat ini Veelly hanya bersantai di atas ranjang. Merebahkan tubuhnya yang terasa seperti sudah tak berjiwa.
Semenjak Rey sudah tidak di sisinya lagi, ia merasa hampa. Tidak ada yang membuatnya bergairah menjalani aktifitas seperti biasanya.
Kedua manik Veelly menangkap tiga gelang coklat diatas nakas. Gelang yang saat itu ia beli di pameran malam.
Niat untuk memberikan satu gelangnya pada Reyzan sudah hilang. Ia tidak mungkin memberikan sesuatu kepada orang yang sudah memiliki kekasih.
"Veell."
Lamunan Veelly buyar seketika mendengar suara semar yang memanggil namanya.
Veelly beranjak dari tempat tidurnya. Ia melenggang kearah pintu utama.
"Iya, tunggu." seru Veelly.
Veelly membuka pintu utama, terlihat Al yang memakai kaos putih dilapisi jaket jeans berwarna hitam.
"Al? Ngapain kesini?" tanya Veelly.
"Loh emang kenapa? Kan aku pacar kamu, wajar dong aku maen kerumah pacar sendiri." jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzones
Teen Fiction[Update setiap hari sabtu] WTF: Welcome To Friendzone Entah sejak kapan Veelly menyimpan perasaan kepada Reyzan sahabatnya. Sudah terlalu lelah Veelly memberi isyarat bahwa ia mencintai Reyzan. Namun, Reyzan tidak pernah mengerti. Veelly tak perna...