18-Memperbaiki.

108 8 3
                                    

”Kalo aku bilang kemana aja. berarti aku kangen”

★★★

Pagi-pagi buta seperti ini suara mesin mobil membangunkan tidur Veelly. Bahkan sepertinya ayam pun marah jika ia dilangkahi oleh bisingnya mesin mobil.

Veelly yang terusik pun akhirnya terpaksa beranjak dari tidurnya, untuk melihat siapa yang mengganggu tidurnya pada pagi buta seperti ini.

"Tidur lagi aja Veell, masih gelap." terdengar suara sumbang khas bangun tidur yang keluar dari mulut Indy. Ya, sepertinya ia pun merasa terganggu.

"Gue liat keluar dulu." sahut Veelly. Veelly melenggang keluar menuju asal suara. Sementara, Indy kembali melanjutkan sesi tidurnya yang baru saja terjeda.

Dengan keadaan Veelly yang belum sadar sepenuhnya, ia berjalan lunglai dengan sesekali ia menguap.

Matanya masih sedikit kabur untuk melihat Ayahnya yang sedang memanasi mesin mobil di garasi.

Veelly mendekat ke arah Sang Ayah. "Ayah, mau pergi lagi?" lirih Veelly. Ayahnya hanya tersenyum masam sebagai balasannya.

Veelly menatap Sang Ayah dengan tatapan nanar. Belum sempat melepas rindu yang membelenggu, sekarang sudah bersiap lagi untuk menabung rasa rindu.

Surya meronggoh saku jeansnya, kemudian ia mengeluarkan dompet kulit berwarna coklat. Veelly hafal betul, apa yang akan Surya lakukan padanya.

"Ayah ada urusan dulu, ini uang jajan buat kamu." ujar Surya. Veelly tersenyum getir. Perih dirasa hati Veelly.

"Veelly gak butuh uang, Yah." lirih Veelly. Ia sama sekali tidak menerima uang pemberian Ayahnya.

"Veelly butuh ayah sama mama." tanpa sadar, air mata Veelly terjun dipipinya. Tak kuasa menahan segala kesedihannya. Veelly ingin meluapkan isi hatinya saat ini juga.

"Kenapa harus ada Veelly, kalo akhirnya Veelly dibuang kaya gini?"

"Mama kemana Yah? Ayah sekarang mau kemana?" Veelly semakin terisak. Saat ini untuk berbicarapun sudah tidak kuat.

Disaat Veelly akan meluapkan isi hatinya, lidahnya tiba-tiba kelu. Mungkin semua saraf pada organ tubuhnya pun tak mampu menahan rasa sakit dihatinya.

Surya menatap Veelly sendu. Ia pun sebenarnya tak tega jika harus meninggalkan anak semata wayangnya.

Namun, situasi dan kondisinya tidak memungkinkan untuk ia terus berada disisi gadisnya. "Veelly, Ayah ada urus_"

"Veelly, juga urusan Ayah. Yah." sela Veelly, membuat Surya diam seribu bahasa. Ayahnya dengan segera meninggalkan Veelly seorang diri di garasi mobilnya.

"Ayahh!!!" jerit Veelly.

***

"Rey. Ayo bangun, udah siang." Widia mengetuk pintu kamar Reyzan berkali-kali. Namun siempunya tetap enggan untuk membuka matanya.

Tidak tahan dengan Reyzan yang bersi keras untuk tetap tidur, membuat Widia geram dan membuka paksa pintunya.

"Astaga, Reyzan!"

"Bangun!" teriak Widia nyaring.

Pantas saja Reyzan tidak bangun, ternyata telinganya terpasang headseat. Widia melepas headseat yang terpasang dikepalanya.

"Reyzan Langga Widiatmoko!" seru Widia. Teriakan itu mampu membuat Reyzan terbangun dengan perasaan terkejutnya.

"Astaga Bun, gak usah teriak-teriak. Reyzan juga punya kuping." pungkas Reyzan setengah sadar.

FriendzonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang