20-Sesal.

82 9 4
                                    

“Penyesalan terbesarku adalah mencintai orang yang salah sepertimu.”

Bel istirahat bergumandang, membuat para pelajar begitu antusias meresponnya. Apalagi Jordi, saat ini ia tengah sibuk menggebrak-gebrak mejanya.

"WOIII ISTIRAHAT YUHUUU!" soraknya ricuh sendiri. Defit yang melihatnya dengan tatapan jijik itu menahan segala sumpah serapah yang membelenggu di dadanya.

"Lu apa banget si njing?!" hardik Samuel tak kalah jijik dari Defit. Jika saja Jordi bukan sahabatnya, sudah dipastikan ia akan menjadikan Jordi sebagai samsak pribadinya.

"Tu orang siapa si? Ilfeell gua liatnya sumpah." Reyzan sebagai salah satu sahabat Jordi pun enggan untuk menganggapnya sebagai sahabat. Jujur saja.

"Dia mah bawang dikelas ini Rey."

Bughh!

Satu ransel mendarat kepangkuan Bombom yang baru saja telah membully-nya.

"Sekate-kate lu gembrot!" sembur Jordi kelewat kesal.

"Ohh nak lawan ye? Mehh mehh." kelakar Bombom dengan logat malaysia.

Jujur saja, saat ini Bombom sudah terlihat seperti Ehsan. Sudah dipastikan jika kalian bisa menebak kartunnya.

"Veell. Cepetan beresin bukunya, gue gak tahan diem dikelas." celoteh Defit.

Dalam batin Defit, ia bersyukur telah putus dengan Jordi. Ia sudah muak dengan segala tingkah laku mantannya yang sedikit tak berakhlak.

"Iya sabar ngapa Fit, bukannya bantuin. Katanya pengen cepet." Veelly mengemas buku kedalam tas ranselnya sembari menggerutu.

"Helehh. Si Defit mana sabaran Veell. Dia aja dulu pas mau dibeliin coklat, gak sabaran." celetuk Jordi membuat Defit ingin memutilasinya saat ini juga.

"Veell. Lo denger suara tokek gak?" tanya Defit sarkastis.

"Sialan lo!" umpat Jordi kesal. Reyzan yang hanya diam menyimak, mencoba untuk tetap bungkam.

"Rey. Ayok ngantin, lu nungguin siapa?" ujar Samuel yang saat ini tengah duduk dimeja Indy.

"Gua nunggu_"

"Nungguin aku kan?" tukas Bianka yang tiba-tiba saja datang menghampiri Reyzan.

Reyzan terkejut saat ucapannya terpotong oleh Bianka. Pikirnya, Bianka tidak pernah seperti ini. Kecuali saat dulu ia masih mengejar-ngejar Reyzan waktu itu.

Bianka dengan sengaja meraih lengan Reyzan tanpa aba-aba, membuat siempunya terbelalak tak percaya.

"Bi, lepasin tangannya." bisik Reyzan. Ia merasa tidak nyaman atas perlakuan Bianka terhadapnya. Mungkin karena Reyzan belum terbiasa.

"Ngantin yuk Rey." alih Bianka. Ia tak ingin menggubris ucapan Reyzan yang menyuruhnya untuk melepasakan pelukan dilengannya.

"Iya ayok, tapi ini lepasin dulu, Bi." nihil, Bianka tak kunjung melepaskan pelukannya.

"Heh! Lo ganjen banget sih." Defit yang melihatnya ogah-ogahan akhirnya angkat bicara.

"Sirik aja lo." tandas Bianka memutar bola matanya. Veelly yang melihatnya penuh rasa cemburu hanya bisa terdiam menahan kesakitan dihatinya.

Veelly menghela nafas, menetralkan segala rasa sakit yang berkecamuk di dadanya. Mungkin jika ia sudah rentan, ia akan mengidap penyakit hati. Syukurlah ia tegar.

"Veell, ngantin yuk." ajak Indy. Ia mencoba untuk membuyarkan segala suasana dingin di dalam kelas.

"Iya ayok. Jordi ama Sam, mau gabung?" ujar Veelly menawarkan. Jordi dan Samuel menerima tawaran Veelly hanya dengan dua kali anggukan dikepalanya.

FriendzonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang