Happy reading!
♪
♪
♪Bel istirahat berbunyi dan Thalita pergi ke kantin yang disediakan oleh sekolah secara gratis para murid disini bisa memakannya. Thalita sesekali meneguk ludahnya sendiri melihat stand makanan yang belum pernah ia temui. Dia menghampiri stand Bakso karena ia memang menyukai makanan itu.
Semangkuk bakso sudah berada di nampannya namun ia kesusahan mencari tempat untuk duduk karena ramai sekali. Setelah mencari-cari ia menemukan salah satu meja panjang yang kosong, ia duduk disana dan entah kenapa tatapan beberapa murid mengarah kepadannya.
Segerombolan murid laki-laki yang ditaksir adalah kakak kelas mendekat ke tempatnya. Sekitar ada lima orang laki-laki yang mengernyitkan kening ke arah Thalita yang sedang asyik menyantap semangkuk bakso.
"Siapa ini?" Tanya salah satu dari mereka yang memakai kacamata.
Mereka duduk di tempatnya, semua orang disini saling berbisik sesekali melirik ke arah meja yang dia tempati.
"Lo anak baru ya?" Tanya si murid berdasi dengan seragam yang setengah keluar.
"Iya, baru pindah kemarin," jawab Thalita jujur.
"Jadi, lo gak tau tempat yang lo pakai ini milik kita?" Tanya si berponi.
Thalita mengedikan bahu tak acuh melanjutkan makannya.
"Sakya! Dari mana lo baru muncul?"
Thalita yang sedang asyik mengunyah bakso seketika terhenti ketika perhatiannya terarah pada laki-laki berseragam rapih namun terlihat keren, iris mata berwarna biru laut dengan rambut pirang kecoklatan tertata rapi. Dia juga menatap ke arah Thalita datar dan memutusnya dengan cepat. Dia duduk di depannya.
"Gue dari ruang guru, abis rapat untuk lomba memperingati hari Kartini," balasnya.
"Sama si Figo dari kelas reguler?" Tanya yang si murid berambut cepak.
Sakya mengangguk kemudian ia meminum jus mangga yang ia bawa sendiri.
"Eh Sak, look at this, a girl sitting on our places. So, lady what is your name?" Ucap si mata sipit.
"Thalita," ucapnya singkat kemudian beranjak pergi membawa mangkuk kosong itu.
Laki-laki berponi yang bernama Denar itu bersiul menggoda ketika Thalita beranjak pergi. Mereka ada teman-teman Sakya di sekolah bahkan di luar juga.
"Cewek tadi menarik juga," ucap si berkacamata bernama Keyno itu menopang dagunya menatap gerak-gerik Thalita yang keluar dari kantin.
"Wow, seorang Keyno berkata seperti gitu untuk seorang perempuan yang baru dia kenal itu langka," timpal laki-laki bermata sipit bernama Leiyu itu mendramatisir.
"Dia memang menarik, disaat murid lain gak berani duduk disini dia dengan beraninya disini tanpa pindah," sahut Awzil yang berpenampilan setengah berantakan karena bajunya keluar semua.
Si berambut cepak bernama Made hanya tertawa menanggapi mereka sedangkan Sakya menatap mereka datar.
***
Thalita memasuki rumah selepas kegiatan belajarnya di sekolah samar-samar ia mendengar keributan di ruang tengah, ia bergegas ke ruang tengah dan melihat Taksa yang dipukuli oleh Papa.
"Papa! Berhenti Pa!" Panggil Thalita menghampiri mereka dan mendekat pada Taksa.
Thalita mencoba memisahkan mereka, lututnya serasa bergetar karena baru pertama kali melihat perkelahian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Le Mariage!
Fiction généraleTentang Thalita dan kehidupannya. Lebih enak dibaca pas rebahan:)