BAGIAN 14

111 6 0
                                    

Perubahan terjadi karena konsep sebab-akibat.—Ms. NarSa



Thalita ke luar kamarnya mencari keberadaan Sakya. Ia ingin membangunkannya untuk sholat subuh pasti laki-laki itu berada di kamar laki-laki. Mata sembab karena menangis semalaman akan membuat yang lain curiga, mungkin ia akan berdalih dengan tidak bisa tidur. Ia juga akan bersikap sedikit menghindar dari Sakya.

Tok ... Tok ... Tok

Thalita mengetuk pintu kamar para lelaki dan yang membukanya adalah Keyno dengan wajah khas bangun tidurnya tanpa kacamata.

"Tha, ada apa?" tanya Keyno dengan suara khas orang bangun tidur.

"Bisa bangunin Sakya buat sholat gak, Key?" pinta Thalita.

Keyno membangunkan Sakya yang tidak kunjung bangun juga, Thalita yang melihatnya di ambang pintu menjadi jengkel lalu ia masuk ke kamar para lelaki itu.

"Sakya ayo bangun! Nanti waktunya keburu habis," ucap Thalita menepuk punggung Sakya yang tengkurap.

Sakya menggeliat kemudian mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya di kamar. Ia bangun dari posisinya.

"Aneh banget lo dibangunin Thalita langsung bangun," cibir Keyno.

"Ayo di kamar aku aja! Aku udah siapin baju kamu." Thalita menarik kedua lengan Sakya hingga berdiri menuntunnya ke kamar Thalita.

Keyno yang melihat mereka menjadi iri, dia juga bergegas ke kamar mandi untuk menunaikan kewajibannya.

***

Hari ini mereka memiliki agenda pergi ke tempat  wisata. Sebelum itu, Sakya dan Keyno yang memasak sarapan. Semua masakan sudah tersaji di meja makan panjang.

Thalita dengan sigap mengambilkan makanan untuk Sakya, mata semua orang tertuju pada mereka berdua. Gisha yang melihatnya merasa terbakar, tapi dia mencoba berpikir baik mungkin itu perhatian saudara Sakya.

Sakya juga mengambilkan ayam goreng untuk Thalita dan menaruhnya di piring.
"Makan yang banyak, aku yang masak."

Thalita mengangguk, ia tidak akan termakan perhatian Sakya yang hanya akan menyakiti hatinya saja.

"Keberangkatan lo ke Prancis kapan Gish?" tanya teman perempuannya yang memiliki rambut pendek.

Gisha tersenyum, "Seminggu lagi, gue dan Sakya akan kuliah bareng disana. Ya 'kan dear?" jawabnya.

Teman-teman Sakya mengalihkan atensinya pada Thalita yang menikmati makanannya, ia mencoba tidak menggubris hal itu.

"Ini bukan waktunya mengobrol soal hal itu," ucap Sakya datar.

"Duh, aku kenyang." Thalita meneguk segelas air, piringnya masih bersisa tetapi nafsu makannya sudah meluap.

Thalita beranjak membawa piringnya ke wastafel dan mencucinya. Kemudian ia ke ruang tengah, ia melihat pecahan gelas bekas semalam yang belum dibersihkan. Perempuan bernama Gisha itu tidak memiliki tanggung jawab, bagaimana jika ada yang terluka.

Ia mulai membersihkan serpihan gelas itu dengan hati-hati, dia takut terkena serpihan tajam itu. Dari kejauhan Sakya melihatnya, percuma melarang Thalita gadis itu tidak akan mendengarkannya.

"Dapat dari mana bidadari kayak dia?" tanya Leiyu berdiri di sebelahnya.

Sakya tersenyum miring, "Dia mantan calon istri Taksa, tapi si bajingan itu nikah sama pacarnya. Gue harus nikahin dia karena Mama dan juga nyelametin keluarganya," jawabnya mengingat  alasan kenapa dia menikahinya.

Hi, Le Mariage!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang