BAGIAN 16

138 8 0
                                        

Yang namanya takdir hanya Tuhan yang tahu. —Ms. NarSa



Sudah enam bulan berlalu Sakya pergi mengejar pendidikan dan cintanya. Thalita meradang sendiri karena semenjak pergi laki-laki itu tidak mengabarinya sama sekali. Tidak apa, dia harus mengabaikan rasa resah itu.

Thalita juga mendapat kabar dari Keyno bahwa dirinya sudah memulai perkuliahannya. Leiyu juga berada di Cina mengejar pendidikannya di bidang bisnis, katanya dia akan sesekali datang ke Indonesia untuk mengajak Thalita berlibur. Thalita hanya tahu keberadaan mereka berdua, karena hanya mereka yang benar-benar dekat dengannya.

"Lo udah tugas makalah tentang karya sastra?" tanya gadis berambut sebahu duduk di samping Thalita yang sedari tadi melamun bernama Kiwi.

Kiwi, namanya memang manis tapi dia gadis tomboy yang pernah Thalita temui. Dia adalah teman pertamanya di kelas.

"Udah, kan kemarin gue kumpulin bareng Anan. Lo belum?" tanya Thalita pada temannya yang terlihat santai.

Kiwi mengedikan bahu tak acuh, Thalita menggelengkan kepalanya. Dia sudah paham betul bagaimana sifat temannya itu.

"Tha, lo gak risih pakai hijab? Motivasi lo apa sih?" tanya Kiwi menatap serius Thalita.

Ya, dimulai saat kepergian Sakya ia memutuskan untuk berhijab itu karena gerakan dalam hatinya dan tentu saja saat masuk sekolah banyak yang memandang aneh padanya. Kebanyakan sekolah murid disini campuran dan khusus hari jum'at saja diwajibkan memakai pakaian muslim untuk yang muslim.

"Sama sekali enggak, ini bisikan dari hati gue." Thalita menjawab singkat kemudian kembali membaca novel yang ia beli minggu kemarin.

Kiwi hanya mangut-mangut saja nampak berpikir yang entah apa yang dia pikirkan itu.

***

Sepulang sekolah Thalita mampir ke kedai milik Sakya, ia memang selalu menyempatkan diri untuk melihat keadaan disini.

"Selamat sore, Kak Thalita," sapa salah satu Pelayan wanita.

Thalita menyunggingkan senyum membalasnya kemudian melangkah ke ruang kerja yang selalu Sakya gunakan tiap ia pulang sekolah dulu. Sangat singkat kebersamaannya bersama laki-laki itu.

"Permisi kak," ucap Pelayan tadi memasuki ruangan membawa segelas es teh seperti biasa ia meletakannya di meja.

"Makasih ya. Oh iya, Sakya ngabarin kalian gak?" tanya Thalita.

"Kemarin Mas Jeje baru laporan sama Kak Sakya disana, tapi hari ini Mas Jeje gak masuk istrinya lahiran," jawab Pelayan itu.

Thalita terdiam dan Pelayan itu izin meneruskan pekerjaannya. Sakya benar-benar melupakannya, walaupun uang bulanan selalu mengalir di rekeningnya tetap saja ia merasa menjadi simpanan.

Sambil menyesap es teh, ia memainkan aplikasi media sosial.

Uhuk!

Thalita tersedak ketika membaca notifikasi di layar handphone-nya.

Sakyalewis_A followed you

Kenapa laki-laki itu mengetahui akun media sosialnya? Thalita menekan profil akun Sakya yang ternyata tidak dikunci, followers nya banyak sekali membuat ia meringis tapi Sakya hanya memposting bisnis dan ya, sesekali dirinya yang Thalita tidak tahu dimana tempatnya.

Thalita beralih ke slide tags yang menampilkan foto teman-temannya dan yang terbaru Gisha dengan Sakya dihadapannya sedang menikmati makan malam disana. Ini sungguh menyesakkan dada ditambah para netizen mengomentari kalau mereka pasangan muda yang serasi.

Thalita dengan sedikit terpaksa mengikuti balik Sakya dan yang terjadi laki-laki itu me-like semua postingan dirinya sampai bawah ketika dirinya culun sekali.

Nomor tidak kenal berasal dari negara luar memanggil video di aplikasi chat-nya, dengan jantung berdebar ia mengangkat panggilan itu. Dan terpampanglah sebuah wajah tampan di kamar yang sederhana. Wajah yang menyiratkan rasa lelah namun masih bisa tersenyum.

"Assalamu'alaikum, Thalita." Suara serak yang sangat manly di pendengarannya mengusir rasa gugup kemudian ia membalas salam tersebut.

Mereka berdua terdiam sesaat nampak canggung dan bingung memulai obrolan.

"Ini nomor baru, di save ya? Uhm, kamu di kedai?" Sakya memulai obrolan yang diangguki oleh Thalita.

"Maaf, gak ngasih kabar ke kamu," ucap Sakya pelan.

"Aku ngerti, kok." Thalita tersenyum tipis menatap layar handphone yang menampilkan laki-laki yang sebenarnya ia rindukan.

"Empat bulan lagi aku pulang, libur akhir tahun. Kamu cantik dengan tampilan yang sekarang." Iya, Sakya merasa lega dan sedikit aman melihat penampilan istri kecilnya itu sekarang.

"Makasih, Kak Taksa udah punya anak istrinya udah lahiran. Bayinya perempuan menggemaskan sekali," ucap Thalita dengan semangat.

Dan obrolan virtual itu mengalir dengan hangat saling bercerita mengenai keadaan yang mereka lalui. Sakya yang memiliki banyak teman disana tetapi menjaga pergaulannya dan Thalita yang sedang belajar giat untuk ujian akhir.

"Bagaimana kabar Gisha? Aku liat di media sosial kalian sangat romantis sebagai pasangan kekasih." Thalita sebenarnya tidak ingin mengatakan ini tetapi rasa penasaran yang mendorongnya.

Sakya terdiam. "Dia cukup baik disini, kami hanya seperti yang kamu ketahui." Lidah Sakya terasa kelu mengatakannya.

Thalita tersenyum tipis, dia mengerti posisinya. Apa yang bisa ia harapkan dari hubungannya ini?

"Kamu akan pulang saat aku kelulusan, aku ingin berlibur bersama denganmu—hanya berdua, anggap saja itu permintaan terakhirku," ucap Thalita pelan matanya sedikit menunduk.

Sakya mengernyitkan keningnya dengan kedua alisnya saling bertaut nampak tidak suka. Permintaan terakhir? Entah kenapa ia tidak suka Thalita mengatakan itu.

"Kita bisa selamanya berlibur bersama, tidak ada permintaan terakhir."

"Aku gak bisa selamanya seperti ini, aku gak bisa. Lepasin aku," ucapnya.

"Lebih baik kamu pulang sekarang, disana hampir maghrib. Aku gak mau kamu pulang malam, terlalu bahaya. Aku juga harus berangkat lagi karena jam kuliah siang. Assalamu'alaikum." Sakya merasa kesal dan mematikan panggilan secara sepihak tanpa menunggu Thalita yang ingin membalas ucapan juga salamnya.

Thalita tak habis pikir bagaimana sifat Sakya yang berubah-ubah itu. Ia menghela nafas dan memeriksa jam, benar apa kata Sakya ia harus bergegas pulang sebelum matahari terbenam. Setelah berpamitan dan mengecek bagian administrasi Thalita pulang ke apartemen.

Ia merebahkan diri di ranjang sembari memainkan handphone lagi setelah makan malam dan bersih-bersih. Satu pesan masuk dari Riki mengabarinya bahwa ia sedang satu kota bersamanya karena menghadiri suatu acara dan ia ingin jalan-jalan bersamanya.

Thalita berseru mengiyakan ajakan tersebut, ia memang butuh refreshing dari semua kekalutan yang ada. Besok Riki akan menjemputnya maka ia akan tidur secepatnya dari malam minggu biasanya.

***

Hi, Le Mariage!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang