BAGIAN 6

120 6 0
                                        

Happy reading!


Wedding day.

Halaman rumah yang biasa saja disulap menjadi mewah dengan tema garden. Keluarga Thalita tentu saja, kedua kakak tirinya juga turut hadir. Mereka tersenyum tanpa beban karena bebannya dialihkan padanya.

Selesai ijab qobul, Thalita dan Sakya berdiri menyalami para tamu undangan tentu saja hanya kerabat dekat dari keluarga Thalita dan Sakya yang sesekali berbisik menyayangkan Thalita kenapa menikah di usia semuda itu. Mereka tentu saja tidak tahu bagaimana nasib perusahaan ayah seperti apa.

Sejak kejadian itu, Taksa tidak muncul sama sekali di hadapan Thalita dan keluarga yang lain. Dia tidak tahu dimana sekarang, tetapi Papa pasti tahu dia berada dimana sekarang.

"Selamat ya adik kesayanganku ternyata suamimu bukan om-om yang sudah kukira. Jika saja, dia mungkin aku menerima perjodohan ini bukan kamu," ucap Indira sedikit merendahkan.

Thalita hanya tersenyum terpaksa, ia sangat muak menanggapi kakak tirinya itu.

"Pegel dan ngantuk. Aku semalam gak bisa tidur gara-gara memikirkan pernikahan ini," keluh Thalita pada Sakya disampingnya yang memakai jas dia terlihat tampan dengan pakaian seperti itu.

"Dasar cuek banget," gerutu Thalita.

"Berhenti mengeluh dan menggurutu seperti orang tua," ucap Sakya.

Thalita berdecak sebal, "Teman-temanmu gak kamu undang?" Tanya Thalita.

"Enggak, Papa ngelarangnya."

Thalita mengangguk paham. Pernikahannya sangat tertutup bahkan penjagaannya diperketat.

Setelah acara selesai mereka berkumpul di ruang keluarga, Thalita dan Sakya diberi banyak wejangan mengenai rumah tangga. Mereka berdua hanya diam dan menurut saja.

"Jadi aku sekamar sama kamu?" Tanya Thalita melongokan kepala di pintu kamar. Ia frustasi karena pertama kalinya ia harus sekamar dengan laki-laki.

"Terserah lo." Sakya mengedikan bahu merebahkan diri di kasur kamarnya setelah membersihkan diri.

"Bisa gak sih bahasanya jangan lo-gue ke aku? Kesannya kasar banget," cibir Thalita.

"Baik. Tutup pintunya, terserah kamu mau tidur dimana."

Setelah mengucapkan itu Sakya terlelap, ia sangat lelah. Thalita gusar, ia tidak bisa tidur di kamarnya karena kakak tirinya itu menguasi kamar tersebut. Ia menutup pintu kamar dan mematikan saklar lampu hingga keadaan kamar gelap, kemudian ia merebahkan diri di samping Sakya. Memeluk guling milik Sakya dan tertidur membelakanginya.

***

Pagi yang sangat ramai di meja makan dari biasanya. Setelah baca doa bersama, Thalita inisiatif melayani Sakya dengan mengambilkan nasi dan lauk-pauknya itu karena dia sempat membaca bagaimana menjadi istri yang baik.

"Hari ini kita sekeluarga harus pulang," ucap Ayah Thalita sedikit melirik pada putrinya. Ada perasaan berasalah yang selalu hinggap dibenaknya ketika melihat wajah polos putrinya tersebut.

"Hati-hati kalau begitu, aku ada meeting hari ini," ucap Papa melirik jam tangannya.

Thalita dan Sakya mengantar keluarganya sampai depan, Ayahnya sejak acara pernikahan belum berbicara dengan Thalita sedikitpun.

Saat menyalimi Ayahnya, ia terdiam sesaat dan menatap ayahnya dengan tersenyum tipis. Ayah langsung memeluk Thalita dan mengecup puncak kepala anaknya.

Kendaraan keluar dengan laju sedang melewati gerbang besar. Thalita menghela nafas. Ia melihat Sakya yang merogoh kunci motornya seperti akan pergi.

"Kamu mau kemana?" Tanya Thalita.

"Ada urusan," jawabnya singkat.

"Ya sudah, aku memang pantas sendirian dan ditinggal terus." Thalita pergi ke kamarnya dan merebahkan diri di sana.

Ia tidak memiliki kegiatan apapun di sini, semua orang meninggalkannya. Dia mengaktifkan handphonenya dan login pada akun medsosnya. Bunyi notifikasi memenuhi handphonenya, banyak pesan dari teman-temannya dahulu.

Ia memotret langit-langit kamar dengan caption 'Alone.' lalu mempostingnya. Dan tidak menunggu lama panggilan video dari Riki muncul di layarnya. Ia menganggkat panggilan tersebut.

Terlihat muka kesal Riki di layarnya tapi begitu lucu hingga Thalita tertawa.

"Jadi gitu cara main lo, Tha. Gue kesel ya sama lo!"

"Gue gak main, Rik. Tapi sembunyi dari keadaan."

"Ya ya ya, jadi gimana kabar lo? Kenapa ganti nomor? Sekarang lo ada dimana? Gimana pernikahan lo?"

"Nanyanya satu-satu dong. Gue baik, gue udah nikah. Dia baik. Gue ada di rumah mertua."

Thalita dapat melihat raut muka Riki terlihat murung.

"Syukurlah. Semenjak kepindahan lo gue mulai magang di perusahaan ayah, gue ingin ngebantu lo, Tha. Gue kangen sama lo."

Thalita tersenyum manis mendengar temannya itu berjuang keras.

"Ekhem," suara deheman terdengar di batas pintu kamarnya yang jelas itu adalah Sakya-suaminya.

Thalita mematikan panggilan secara sepihak dan terbangun dari posisi rebahannya.

"Ada apa? Kok udah balik lagi?" Thalita menatap heran pada Sakya.

Sakya merebahkan dirinya di samping Thalita tanpa berbicara. Thalita menatap datar suaminya itu dengan jengkel ia memukul pelan perut Sakya hingga mengaduh.

"Kalau aku nanya itu dijawab, sifatmu emang begitu ya? Menyebalkan," ucap Thalita.

"Bukannya kamu gak mau ditinggal sendirian?" Tanya balik Sakya.

"Eh?" Thalita mengerjapkan matanya dan semburat rona menghiasi kedua pipinya.

Ia buru-buru menetralkan ronanya karena tidak mau dianggap ke-geeran oleh makhluk mars di sampingnya.

"Kamu punya pacar?" Tanya Sakya tanpa melihat ke arah lawan bicaranya, ia hanya menatap ke langit kamar.

Thalita menggelengkan kepalanya, dia memang belum pernah pacaran.

"Aku punya pacar. Dia perempuan yang sederhana dan manis dari kelas reguler," ungkapnya.

Perasaan Thalita semakin gamang, ia merasa bersalah karena dirinya menghalangi perasaan orang lain.

"Aku gak keberatan soal itu. Aku gak bakal mencampuri urusan pribadi kamu begitupan sebaliknya," ucap Thalita dengan senyuman.

Sakya tertawa seakan mengejek tapi cukup membuat Thalita terperangah pertama kalinya dia mendengar tawa Sakya.

"Apa jika sedih pun kamu masih tetap tersenyum? Sangat menggelikan berpura-pura bahagia. Baiklah, terima kasih."

Sakya bangun dari posisinya dan meninggalkan Thalita yang terdiam di kamar. Berpura-pura bahagia? Tentu saja, karena cuma itu yang membuat dirinya kuat.

***

Hi, Le Mariage!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang