Chapter 1

8.8K 543 33
                                    

Happy Reading, and relax while listening to music☝️

.

.

.

Halo, saya bawa stories nih, sebenernya cerita ini sudah kuketik lumayan lama, tapi belum kupublish karena gak tahu mau kasih judul apa, dan karena aku sudah menemukan judul yang tepat, jadi kupublish, semoga kalian berkenan membaca.

.

.

Tanggal 1 January 2010 lalu adalah hari yang tidak akan pernah ia lupakan. Tragedi mencekam, menakutkan, sekaligus menyakitkan untuk diingat. Tepat sepuluh tahun setelah kejadian itu berlalu, rasanya masih sesak untuk diingat dan tidak kuasa menahan untuk marah.

Sepuluh tahun ia lalui sendirian sebagai seorang gadis biasa yang kini tinggal di sebuah rumah susun, mencoba mempertahankan hidupnya yang hancur dan melanjutkan waktunya.

Apa, apa yang terjadi dimasa lalu? Mengapa kejadian itu bertanggung jawab atas kemalangan yang beruntun dialaminya? Lalu, bagaimana ia bisa kembali tersenyum?.

.

.

.

Namanya adalah Jung Hana. Wanita berusia dua puluh lima tahun, seorang pembuat lagu, ahli dalam memainkan gitar, dan juga guru sukarelawan untuk anak-anak jalanan. Ia adalah wanita berparas cantik yang memiliku senyum manis, rambut panjang, kulit putih bersih, bibir tipis, hidung mancung, tubuh yang langsing, wajah yang sempurna, gigi yang rapi, lesung pipi yang indah. Semua tampak sempurna kecuali, matanya.

Matanya indah, pandanganya teduh dan juga memberi kedamaian. Segelintir orang selalu kagum jika melihat mata cantiknya, tapi tidak semua orang tahu berapa banyak air mata yang pernah tercurah dari mata itu. Matanya yang indah, membuat semua orang terlena, tapi semua pandangan orang akan berubah ketika gadis itu membawa tongkat sambil meraba disekitarnya. Dia memang gadis yang sangat cantik, tapi dia telah buta sejak sepuluh tahun silam.

"Aku mau bayar sarapanku," ujar Hana sambil merogoh beberapa lembar uang dari sakunya. "Ini uangnya," lanjut Hana sembari memberi uang dengan nominal cukup besar. Ia pun masih berdiri menunggu di depan kasir sambil tersenyum dengan wajah yang teduh.

"Tunggu apalagi? Cepat pergi!" pekik karyawan kasir tersebut.

"Aku menunggu kembalian uangku tadi," sambung Hana.

"Tidak ada kembalian uangmu pas!" elaknya.

"Tidak mungkin, aku sangat teliti dalam mengingat uang itu, mohon berikan kembaliannya, uang segitu untukku sangat berharga," sambung Hana.

"Jadi kau menuduhku tidak jujur? Apa kau bisa membuktikan ucapanmu?"

Plaaak

Sebuah tamparan mendarat di pipi halus Hana, hal itu seketika membuatnya terjatuh dengan bibir yang berdarah.

Semua orang memusatkan perhatiannya pada Hana ketika itu. Gadis itu masih menangis diposisinya yang duduk di lantai tanpa ada rasa penyesalan, petugas kasir itu kembali ketempatnya dengan wajah acuh.

"Aku mau bayar sarapanku," ujar seorang pelanggan sambil memberikan nominal uang yang sama seperti yang diberikan Hana tadi.

"Ini kembaliannya, Tuan."

"Kembalian? Kenapa kau memberiku kembalian?" cecar pria itu.

"Karena nominal uangmu lebih banyak dari harga sarapannya," sambung karyawan kasir tersebut.

"Lalu, kenapa kau tidak memberikan kembalian pada gadis ini?"

"Uang yang dia berikan jumlahnya pas," elak karyawan itu.

Your Eyes Tell - [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang