🌻Part 36🌻 Falling Depper.

66 2 0
                                    

Handuk kecil berwarna putih yang mengalung di lehernya ia usapkan di dahinya yang berkeringat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Handuk kecil berwarna putih yang mengalung di lehernya ia usapkan di dahinya yang berkeringat. Lari pagi adalah hal yang amat sangat jarang Marsya lakukan karena sejak dulu dia memang tidak menyukai olahraga. Bahkan saat jam pelajaran olahraga saja, Marsya lebih memilih untuk tidur di UKS daripada mengikuti pembelajaran olahraga.

" Hosh... baru dua puteran aja...Hosh Hosh Hosh...udah mau mati gue," Keluh Marsya sambil membungkukkan tubuhnya, menjadikan lututnya sebagai sanggahan dua telapak tangannya.

Ia mengangkat kepalanya, melihat banyak orang yang juga sedang melakukan hal serupa dengan Marsya, bedanya mereka masih nampak bersemangat. Tidak seperti Marsya yang baru setengah jalan sudah terasa ingin pingsan.

Marsya menegakkan tubuhnya, melihat banyak yang berlari melewatinya. Ia berjalan ke samping kanan, sedikit menepi dari keramayan dan berjalan ke arah pedagang kaki lima yang memang selalu ramai di akhir pekan. Bubur ayam mang Jono. Bubur ayam kesukaan Marsya yang sudah tidak perlu di ragukan lagi cita rasanya.

" Bubur ayamnya satu yah mang. Jangan pake kacang jangan pake kerupuk," ucap Marsya lalu duduk di salah satu kursi plastik berwarna hijau tua.

" Makan di sini neng?" Mang Jono meletakkan segelas teh tawar hangat di atas meja Marsya.

" Iya mang,"

Selang beberapa menit semangkok bubur ayam sudah tersaji di atas meja, lengkap dengan kepulan asap karena bubur yang masih hangat. Bubur mang Jono memang selalu ramai tiap hari, tidak heran kedai bubur ini kini ramai oleh para pengunjung. Marsya menuangkan kecap di atas mangkoknya, ia memang suka sekali dengan bubur ayam yang penuh dengan kecap.

Setelah selesai melahap buburnya dan membayar. Marsya kini berjalan ke arah pulang. Ia sudah tidak mau melanjutkan larinya di tambah perutnya yang sudah kenyang membuat cewe itu semakin kesulitan berlari. Niat ingin kurus harus ia pendam dalam-dalam mengingat kelakuannya yang satu ini. Berangkat kesiangan, dua putaran sudah nyerah ditambah makan bubur satu porsi penuh di pagi hari. Baru membakar lemak sudah menimbunnya lagi.

" Pagi pak," Sapa Marsya saat berjalan memasuki kompleks rumahnya pada satpam.

Satpam itu mengangguk sambil tersenyum. " Abis joging yah?"

" Iya nih pak,biar langsing "

Sampainya di depan gerbang rumahnya. Bukannya masuk, cewe itu malah nampak mengendap-endap karena didalam ayahnya tengah berbincang bersama preman-preman suruhan Dodi di depan kursi samping kolam ikan kecil depan rumah. Nampaknya mereka sedang membicarakan beberapa peminjam yang belum membayar.

Marsya menghembuskan nafasnya mendengar ayahnya memerintahkan mereka untuk kembali menagihnya. " Ayah," panggil Marsya keluar dari balik gerbang.

" Kamu udah pulang sayang?" Dodi bangkit dan mengelus puncak kepala putrinya itu.

Falling Deeper[COMPLETE]✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang