Bia membeo. "Maksudnya?"
Satu hal yang baru Bia ketahui sekarang dari Fahri. Cowok itu terlihat asik ketika sedang diajak ngobrol.
"Pikir aja sendiri. Langsung kelas apa kantin?" Tawar Fahri.
"Mau bolos?"
"Nggak-lah. Ngobrol bentar boleh kali ya?"
"Waktunya upacara kak," tolak Bia. Tak pernah sedikitpun terpikir olehnya ternyata Fahri juga salah satu siswa yang suka membolos. Contohnya sekarang, jadwalnya upacara tapi malah mengajak dirinya pergi ke kantin.
Tapi yang menjadi kekhawatiran Bia, nantinya Fahri bisa di hukum. Jika Bia tidak apa-apa karena cewek itu sudah diizinkan pihak sekolah untuk tidak mengikuti upacara tapi dengan catatan datang ke sekolah tepat waktu.
Tiba keduanya di kantin, Fahri bertanya, "mau makan atau minum aja?"
"Minum aja. Susu hangat ya yang cokelat. Makasih." Jawab Bia. Fahri bergegas pergi memesan.
Meninggalkan Bia yang sedang berpikir macam-macam, Fahri yang sudah kembali dengan membawa dua gelas itu tersenyum simpul. Membiarkan Bia menerka-nerka tentang dirinya tidak masalah kan?
"Tadi kenapa masih di gerbang padahal udah mau ditutup gerbangnya."
"Ada urusan."
"Terus kenapa sekarang nggak ikut upacara kak?"
"Ada urusan."
Kedua kalinya Fahri menjawab dengan kalimat yang sama. 'Ada urusan'. Urusan apa yang mengharuskan Fahri sampai tidak ikut upacara seperti ini. Urusan apa hingga sampai menunda mengajaknya hanya ngobrol yang tidak penting dengan dirinya.
"Gue pergi ya, ada urusan. Sepertinya udah terlalu lama kita disini. Sebaiknya lo kembali ke kelas. Upacara akan segera selesai." Fahri pergi saat Bia sudah mengangguk paham.
***
"Tadi kak Fahri terlihat keren, pakai banget. Apalagi dengan tubuh atletisnya, gue sampai menjerit kaget tadi. Untungnya bukan suara gue doang, banyak sih tadi terutama cewek-cewek." Jelas Kana dengan semangat.
Tentu Bia tidak kaget karena pagi tadi dia sudah lebih dulu menemui Fahri. Ah lebih tepatnya Fahri yang menemuinya. Ralat keadaan yang membuat keduanya bertemu.
Berdasarkan cerita dari Kana, ternyata urusan yang dimaksud Fahri ketika meninggalkannya tadi pagi adalah menerima penghargaan berupa piala di lapangan upacara tadi. Tim basket Fahri telah memenangkan popda dan akan berlanjut tingkat provinsi.
"Udah biasa kali, Na. Kan idola DHS."
"Iya, tapi gue kesel dia senyum ke semua orang tadi. Kenapa sih nggak cuek aja kak Fahri."
Kana bersedekap kesal. Perlakuan Fahri pada cewek-cewek Duranta High School sedikit berlebihan. Apalagi melihat respon cewek-cewek yang ber-make up tebal membuatnya ingin mencakar wajahnya sampai hancur.
Bia gelengkan kepalanya melihat kekesalan Kana. "Mau, idola lo dingin kayak es batu kerjaannya cuma mingkem aja?"
"Huh, ya nggak gitu juga. Senyum seperlunya aja bisa kan, tiap kali ada yang nyapa dia langsung senyum, ngangguk doang apa nggak bisa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Segenggam Luka (COMPLETED)
Документальная прозаLuana Ravabia Azada, kerap dipanggil Bia. Sesuai namanya, dalam menjalani kehidupannya sangatlah kuat dan tangguh dalam menghadapi suasana sekitar, sekalipun itu buruk. Gadis SMA yang bisa menikmati sekolahnya hanya dengan duduk di kursi roda tanpa...