Chapter 8

741 52 5
                                    

Dalam kurun waktu setengah jam lagi kelas Bia akan ada praktikum kimia di laboratorium. Untuk sekarang masing-masing murid dipersilakan bersiap dengan bahan yang dibawa dari rumah dan segera menuju ke laboratorium.

Hari ini yang melakukan praktik hanya setengah dari murid yang berada di kelas. Mereka sudah bersiap dengan jas yang melekat ditubuhnya. Selanjutnya semua murid dua belas IPA dua akan menuju ruang laboratorium.

Ruang laboratorium sudah di isi oleh kelas lain. Kemudian ketua kelas masuk dan menanyakan perihal laboratorium yang akan dipakai kelasnya. Hasil yang didapat ialah mereka akan belajar dalam satu ruangan. Beruntung sekali laboratorium ini sangat luas sehingga tidak akan pengap jika akan dihuni dua kelas.

Semua murid dipersilakan duduk terlebih dahulu. Kemudian pak Bagus mengambil alih atensi muridnya, kelas dua belas IPA dua. "Perhatian sebentar. Selamat siang anak-anak. Mohon maaf hari ini saya tidak bisa melangsungkan praktik yang seharusnya diadakan hari ini."

Satu persatu teman Bia mendesah kecewa. Ada juga yang terang-terangan berteriak tidak setuju yang berujung emosi.

"Tenang dulu, tapi tadi saya sudah berdiskusi dengan pak Alam. Kebetulan juga hari ini anak didik pak Alam akan praktik yang sama dengan kalian. Maka dari itu praktik kalian akan digabung dengan kelas pak Alam." Sambung pak Bagus.

Disisi lain, Kana memandang tak berkedip. Sepanjang yang pak Bagus jelaskan ia abaikan begitu saja. Ada objek yang lebih menarik untuk di nikmati. Sayang kalau dilewatkan, katanya.

Beribu-ribu syukur Kana ucapkan karena untuk pertama kalinya akan belajar dalam satu ruangan dengan kapten basket, Fahri. Semalam mimpi apa tak Kana pedulikan yang terpenting sekarang akan puas memandang Fahri.

Karena Bia sedari tadi tanya tidak segera dijawab Kana memilih segera menyenggolnya. Pertama sama sekali tidak sedikitpun Kana merespon. Dan untuk kedua kalinya baru Kana baru tersadar dan segera menoleh Bia.

"Ada apa?" Cicitnya pelan takut ketahuan pak Bagus.

"Itu yang di sebelah kelas berapa?"

"Itu kelasnya kak Fahri, masa lo nggak tahu Bia. Ganteng banget ya ampun. Nggak kuat gue lihatnya, pengen gue bungkus terus bawa pulang."

"Ngaco mulu omongan lo. Kata pak Bagus nanti kita praktiknya sama kelas sebelah itu dan akan dibimbing pak Alam."

"Beneran? Ah, gue pengen satu regu sama kak Fahri. Semoga aja regunya nggak per kelas, bisa gagal gue pdkt sama kak Fahri."

"Nggak mungkin, paling juga nanti perkelas dibagi lima, biasanya kan gitu." sangkal Bia. Memang sepanjang praktikum yang Bia lalui satu kelas akan dibagi menjadi lima kelompok. Dan semoga saja kali ini begitu.

Pak Bagus menuliskan sepuluh kelompok di papan tulis depan. Selain berisi alat-alat praktikum, disini juga dilengkapi bangku dan papan tulis. Fungsi lain selain untuk praktik ruangan ini juga bisa dijadikan untuk kegiatan belajar mengajar biasa. Hal itu dikarenakan zat-zat yang terletak di ruangan ini tidak terlalu berbahaya tetapi harus waspada.

Pusat laboratorium kimia yang mempunyai zat-zat yang berbahaya berada di gedung paling pojok.

"Silakan bergabung dengan kelompok masing-masing. Tetap kondisikan suara kalian, kalau begitu saya harus keluar karena ada sedikit urusan. Kalian tunggu saja pak Alam segera menuju ke sini."

Segenggam Luka (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang