Ridiculous

71 23 0
                                    

if I could describe happiness, I wouldn't choose words.

○○○○

Tidak ada temu sama sekali setelah saat itu, setelah hari pertama kali meresmikan hubungan.

Lucu? Tentu itu tidak lucu, aku bahkan tidak bisa tertawa dalam hati. Jangan berpikir ini masih satu dua hari.

Sudah tiga minggu!

Hubungan aneh apa yang sedang kujalani sekarang, dengan orang aneh. Bahkan pertemuan pertama kami pun terbilang aneh.

"Argh!"

Seluruh orang di study caffe ini menatap ke arahku. Membuatku tersenyum canggung sambil menunduk kecil meminta maaf.

"Sepertinya kau menggila akhir-akhir ini," ucap Hyesuh sebelum meminum kopi kalengnya.

Sudah dua jam kami berada di tempat ini, fokusku hilang karena seorang siswa lain yang duduk tak jauh dariku menonton performance video BTS, suara lelaki itu menggema di kepalaku. Meskipun volumenya sudah tergolong pelan.

Aku mengecek jam tangan yang menunjukkan pukul sembilan malam. Sedangkan rencanaku dan Hyesuh di sini hingga pukul sepuluh.

"Eunkyung-ah."

Pandanganku beralih padanya, ia tampak akan mengatakan sesuatu jadi kuputuskan diam dan mendengar.

"Aku masih temanmu, 'kan?"

Dahiku mengkerut, "Tentu saja, apa itu hal yang perlu ditanyakan lagi?"

Ia menggeleng pelan sambil tersenyum tulus, entah kenapa aku merasa bersalah padanya.

"Kau tahu? Aku akan berkuliah di luar negeri."

Spontan aku terdiam, bibirku melafalkan 'apa' pelan tanpa suara. Pikiranku sejenak mengolah kata yang jarang kudengar. Luar negeri, berpergian dengan pesawat, jauh, bahasa asing, paspor. Perpisahan.

"Kau bilang, kau ingin masuk SKY?" (Seoul, Korea, Yonsei University, tiga kampus idaman masyarakat Korea)

Anehnya, ia tertawa mendengar ucapanku, "Kau percaya? Ayolah, kau menyindir ketidakmampuanku."

Kepalaku menggeleng serius, dulu ia benar-benar mengatakan akan masuk SKY dengan ambisi yang kuat. Hingga ia tak pernah absen belajar setiap hari.

"Aku serius, nilaimu mampu untuk masuk kesana." Ujarku memastikan lagi bahwa ucapannya tentang luar negeri tadi hanya gurauan semata.

"Kau bercanda? Kau yang lebih layak pergi kesana."

"Sejak kapan? Kenapa mendadak sekali?"

Hyesuh melirik ke atas, mencoba mengingat-ingat sambil mengetukkan telunjuknya di dagu. Benar-benar seperti orang berpikir.

"Sebulan yang lalu, aku bahkan sudah memberitahu Chaeyeon, aku ingin memberitahumu, tapi kau selalu terlihat tidak ingin diganggu."

Aku terdiam, memangnya apa yang aku lakukan akhir-akhir ini? Dalam hati aku merasa bersalah terhadap Hyesuh. Temanku tidak banyak, yang terdekat hanya ia dan Chaeyeon.

Kurasa memang benar aku akhir-akhir ini hanya pergi ke sekolah untuk belajar lalu pulang. Hanya pada beberapa kesempatan aku mengobrol dengan Hyesuh.

"Mian, aku tidak bermaksud mengabaikanmu." Kupasang raut wajahku menjadi sedih, itu bukan kepalsuan, aku memang kerasa bersalah padanya.

"Tidak apa, bukankah kau memang sedang ada masalah di luar sekolah? Aku rasa Chaeyeon pun tahu hal itu, aku jadi merasa tidak berguna untukmu." Ia meletakkan pensil yang dari tadi masih ia genggam. Sepertinya kegiatan belajar kami akan usai di sini.

Through The Night | JJK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang