How

91 27 6
                                    

We all hurt in different ways

 ○○○○

Ketika sedang dihadang masalah, yang susah bukanlah bangkit dan terus berlalu.

Namun, menerima.

Banyak orang yang bisa bangkit dan terus menjalani hidup tanpa menerima apa yang telah ia alami. Mereka hidup tanpa kelegaan.

Eunkyung masih mengurung diri di kamarnya. Sejak perbincangan kecil yang tidak diharapkan dengan ibunya semalam.

Beruntung hari ini hari Minggu, ia tak perlu repot-repot keluar kamar menemui ibunya yang memutuskan menginap. Bisa disebut menginap 'kah? Sedangkan faktanya rumah itu adalah rumahnya sendiri.

Sudah cukup ia diterpa perceraian orang tua yang masih tidak bisa ia terima, dan Jiwoo yang tidak lagi selalu bersamanya.

Sekarang ia harus merelakan ibunya bersama orang lain?

Dan kenapa harus Soyoung lagi? Ia bahkan telah menahan rasa kesalnya atas Jiwoo, sekarang ia juga harus menahan rasa bencinya karena Soyoung juga akan mengambil ibunya.

Gadis itu mengambil semuanya, pikirnya.

Suara ketukan kembali terdengar oleh telinga Eunkyung. Kembali ia menutup mukanya dengan bantal berharap tidak mendengarnya.

"Eunkyung-ah, kita perlu bicara," ucap Haeun lembut.

Haeun bukanlah wanita yang jahat. Ia selalu lembut pada Eunkyung, sayangnya ia jarang sekali bersama Eunkyung. Bahkan di hari perceraian itu, ketika Eunkyung benar-benar butuh dukungan. Ia sibuk menyembuhkan lukanya sendiri tanpa mengingat bahwa anaknya juga terluka.

Rasa bersalah itu terus membuatnya sedih, merasa takut anak semata wayangnya itu juga tak mau menerimanya kembali.

Secara tidak terduga, Eunkyung memutuskan membuka pintu itu.

Spontan Haeun memeluk Eunkyung, sangat erat, menepuk-nepuk punggungnya lembut.

"Eun-ah, jeongmal mianhae." 

"Wae.. Eomma?" Eunkyung menyudahi pelukan itu, menatap mata ibunya dengan sedikit berkaca-kaca.

"Dulu, aku selalu bertanya seperti itu pada diriku sendiri. Tapi kini sudah tidak lagi.. aku sudah paham."

Bagaimanapun ia sadar, hanya Haeun satu-satunya yang ia miliki sekarang. Haeun juga masih membiayai hidupnya dengan cukup setiap bulan. Salah satu dari banyak dering alarm yang berbunyi setiap pagi juga terdapat telepon dari ibunya. Merawatnya sejak kecil, memberinya kasih sayang penuh, sekaligus mengganti peran kehadiran ayah yang jarang sekali pulang.

Jadi, setidaknya ia harus membahagiakan ibunya sesekali. Karena ia tak punya apapun lagi, hanya bisa membiarkan ibunya menemukan kebahagiaan tanpa hambatan darinya.

Butuh waktu lama bagi Eunkyung benar-benar mau bertemu ibunya seperti sekarang ini.

"Eomma... aku tahu, Eomma juga cukup terluka atas perceraian itu. Kita sama-sama terluka, Eomma.. pasti kesepian kan?"

Eunkyung mengatakan setiap kata begitu pelan. Satu air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya menetes juga.

Haeun tidak memberi respon apa-apa, ingin anaknya terus bicara. Memberinya kesempatan mengutarakan apa yang ada di pikiran anak gadisnya. Karena ia tahu perkataan anaknya itu belum sampai.

"Tapi, aku juga Eomma. Aku juga kesepian. Eomma memutuskan meninggalkanku juga, dengan rumah ini. Aku selalu sendirian."

Ucapannya terjeda ketika Eunkyung mengusap air mata di pipinya yang sudah basah.

Through The Night | JJK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang