For some reason, a conflict is make us be better.
○○○○
Kami berdiam diri di dalam mobil, aku merasa canggung atas kejadian tadi tidak berani memulai percakapan. Apakah hanya aku? Karena Jungkook memang sedang fokus menyetir jadi tak banyak bicara.
Posisiku tidak nyaman, jadi aku mencoba melakukan sesuatu dengan membuka kaca mobil sebelahku, berharap mendapat udara segar. Belum sampai separuh kaca itu turun, suara Jungkook menahanku.
"Kau mau membunuhku?"
"Ah, iya aku lupa."
Ia memang tidak memakai masker dan topi, ia melepasnya setelah menjemputku tadi dan tidak pernah menggunakannya lagi. Sampai aku lupa bahwa wajahnya tidak boleh diumbar sembarangan.
"Kau marah denganku ya? Sejak turun dari atas tadi kau hanya mendiamiku," ucapnya tanpa menoleh kepadaku, dan itu berbahaya jika terjadi, ia harus tetap melihat ke depan karena jalanan yang ramai.
"Tidak."
Kuperhatikan toko dan kafe pinggir jalan yang ramai, sebenarnya hanya untuk menyembunyikan pipiku yang memanas jika mengingat kejadian tadi.
Mobil kami berhenti karena lampu merah. Aku bisa menebak Jungkook sedang meregangkan tangannya, mungkin lelah sedari tadi menyetir.
"Kau malu?"
Pertanyaan itu membuatku spontan menoleh, betapa terkejutnya aku ketika wajahnya tepat di depan wajahku. Ia memasang senyum jahilnya lalu mundur dan kembali bersandar ke kursinya.
Sepertinya ia melihat dengan jelas wajahku yang memerah, aku jadi menebak-nebak semerah apa tadi wajahku. Seperti kepiting rebus? Atau tomat? Biasanya itu menjadi patokan warna wajah orang yang sedang malu.
"Jangan membuatku menyesal melakukannya," ia kembali meregangkan tangannya karena lampu sebentar lagi akan berubah hijau.
"Tidak..." Aku tidak ingin ia menyesal, karena, ya, aku cukup senang dengan itu.
"Hm?"
Aku lantas menggeleng, "Ke-"
"Is this your first?"
Perkataanku terpotong, tapi ia tidak menyadarinya. Tapi yang jelas pernyataan darinya membuatku menutup wajah, kenapa ia harus membahas ini, huh?
"Eoh, bukan untukmu ya?" Tanyaku asal. Tapi Jungkook tidak menjawab. Kembali diam membuatku merasa diabaikan sejenak.
Rasanya aura diantara kami menjadi lebih tenang, seperti pertama kali aku bertemu dengannya. Apa aura Jungkook itu memiliki periode? Biasanya ia juga tampak menunjukkan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dari dirinya.
"Kita pulang?"
Kusadari jalan ini jalan yang kami lewati tadi sore. Ya, sebenarnya aku tidak mengharapkan apapun lagi darinya, kunjungan kecil di tempat istimewa tadi sudah cukup membuatku terbang. Tidak boleh rakus.
"Kau pikir aku apa, tidak memberi makan anak orang setelah pendakian seperti tadi."
Aku tertawa karena kata 'pendakian' yang ia sebutkan. Berarti bukan hanya aku yang merasa itu cukup menguras tenaga. Meski perjuangannya dibayar pantas dengan pemandangan yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through The Night | JJK
Fanfiction[END] Dalam malam yang sunyi, kau menemukanku. Tidak ada yang lebih menenangkan daripada malam. Di bawah cahaya bulan yang tidak kentara. Kegelapan seolah telah menjadi teman. Eunkyung dan Jungkook memiliki dunia yang berbeda ketika siang. Namun, me...