Selama satu minggu ini Lisa selalu pulang ke dorm di pukul tiga dini hari. Gadis itu menghabiskan waktunya di ruang latihan dengan menari atau duduk di atap gedung agensi sembari memandang langit malam.
Seperti saat ini, gadis Thailand itu tengah duduk sembari menyandarkan punggungnya di dinding pembatas. Sebelah kakinya ia luruskan dan sebelahnya lagi ia tekuk dalam.
Jam sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Udara kota Seoul begitu dingin dan menusuk tulang. Lisa masih betah duduk disana hanya dengan jaket dan celana training yang membungkus tubuh kurusnya.
Gadis itu menengadah, menatap langit gelap di atasnya. "Aku bahkan tidak bisa menangis sekalipun aku sangat ingin melakukannya," ucapnya serak.
Lisa menjilat bibir atasnya, membasahi bibirnya yang mendadak kering. "Hubungan kita sudah sejauh ini, tapi kau masih suka bermain-main."
Jemarinya meraih sebuah kalung yang tersemat di leher jenjangnya. Sebuah kalung dengan cincin permata sebagai liontinnya.
Lisa meremas cincin itu kuat. Kedua matanya terpejam erat. "Haruskah aku mengakhirinya saja? Atau mempertahankanmu hingga aku kehilangan kewarasanku sendiri?"
"Aku tahu, jika keduanya akan menyakitiku. Melepaskan atau mempertahankanmu, keduanya tetap akan menyakitiku dengan begitu dalam."
* * *
Waktu perilisan single baru Blackpink hanya menyisahkan tujuh-belas hari lagi dan Lisa semakin sibuk di setiap harinya. Syuting untuk music video mereka akan dilaksanakan hari ini.
Lisa meringis pelan saat rasa sakit menjalar di bahu sebelah kirinya. Efek berlatih untuk koreografi YWY membuat bahunya cedera.
Gadis itu meraih botol obat pereda rasa sakit miliknya. Menelannya tanpa minum terlebih dahulu, setidaknya dengan obat ini rasa sakit di bahunya akan berkurang.
"Ayo, selesaikan satu hari ini dengan baik, Lisa!" serunya riang sebelum keluar dari dalam kamar dan bergegas pergi menuju agensi.
.
.Syuting music video itu benar-benar selesai di hari kedua. Lisa dapat bernafas lega karena besok ia bisa tidur seharian di apartemennya. Dia sungguh lelah.
Lisa sedang berada di ruang ganti sekarang. Tengah bersiap-siap untuk pulang, saat hendak meraih tas jinjingnya gadis itu meringis pelan. Rasa sakit di bahu kirinya kembali muncul.
Sial, rutuknya dalam hati.
"Lisa, kekasihmu sudah datang. Dia sedang mencarimu saat ini," ujar sang Manager sembari melangkah masuk ke dalam ruang ganti itu.
"Ada apa, Lisa?" tanya wanita itu. Dahinya mengernyit saat melihat Lisa menunduk dalam sembari memegangi bahu kirinya.
Lisa tersentak, namun dengan cepat dia dapat menguasai dirinya. Gadis itu menoleh, menatap sang Manager sembari tersenyum manis.
"Anniya. Hanya merasa lelah saja, Eonnie, " dustanya begitu lihai.
"Kau yakin? Dahimu berkeringat, Lisa."
"I'm sure, Eonnie."
"Baiklah. Sekarang cepat temui kekasihmu itu. Dia seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Seakan dunianya akan runtuh, jika tidak melihatmu satu detik saja."
Lisa terkekeh mendengarnya. Selama dua hari ini Jiyong memang sering datang untuk melihat proses syuting mereka. Pria itu tidak jarang merepotkan para crew dan Manager Blackpink karena terus saja merecoki mereka, jika kedua bola matanya tidak dapat menangkap sosok Lisa dimanapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuition : I Know You Lie (JILICE)
FanfictionJiyong tidak tahu bahwa berbohong pada seorang wanita adalah sebuah kesalahan besar. Jiyong tidak tahu bahwa intuisi seorang wanita bisa begitu tajam. Jiyong tidak tahu bahwa Lisa benar-benar tahu apa yang sudah ia lakukan di belakang kekasihnya itu...