INTUITION - 14

3.6K 464 91
                                    

Reporter Kim tengah duduk di kursi penumpang di sebuah taksi yang melaju kencang menuju Seoul. Pria paruh baya itu duduk dengan gelisah sembari terus menelepon seseorang.

"Heish! Kemana pria itu? Disaat seperti ini aku justru tidak dapat menghubunginya."

"Ya! Jawab panggilanku, Sialan!" makinya keras, membuat sang supir taksi tersentak dan melirik heran ke arahnya. Sejak masuk ke dalam taksi, penumpangnya itu terus menerus mengumpat.

Sial! Kenapa aku memulai hari dengan seorang penumpang sepertinya? batin sang supir taksi, nelangsa.

.
.
.

"Halo, gadis-gadis," sapa pria bertopi hitam itu ramah. Terlalu ramah hingga membuat siapapun yang mendengarnya akan berpikir, jika pria itu adalah seorang mucikari.

Gadis-gadis muda yang duduk dengan raut wajah kesal itu langsung menoleh ke sumber suara. "Jangan mengganggu kami, Ahjussi! Pergilah!" sambar salah satu gadis, yang kemudian kembali fokus pada layar ponselnya.

Sesekali gadis-gadis itu menggerutu, dan mendesis kesal, lalu setelahnya mengumpat kasar. "Tampaknya kalian sedang kecewa. Apa ini ada hubungannya dengan single baru Blackpink?"

Salah satu gadis yang rambutnya dibiarkan tergerai menatap sang pria bertopi dengan alis terangkat. "Ahjussi, bukankah tadi kami sudah menyuruhmu untuk pergi? Kenapa kau masih saja disini dan menganggu kami?" omelnya.

"Aku tidak mengganggu. Kedatanganku justru ingin mengobati rasa sakit hati para penggemar seperti kalian."

.
.
.

Reporter Kim baru saja tiba di depan kediamannya, pria paruh baya itu turun dari dalam taksi, sebelumnya ia mengatakan pada sang supir taksi untuk menunggunya sebentar.

"Aku akan kembali, jadi tunggu aku disini," perintahnya pada si supir taksi.

Hari sudah sangat siang, jam makan pun hampir lewat. Namun, Reporter Kim tidak peduli, sebab waktu benar-benar mengejarnya sekarang. Dia harus segera bertemu dengan orang itu, atau hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi.

Reporter paruh baya itu berjalan tergesa-gesa menuju kediamannya. Ia bahkan membuka pintu tanpa mengucap salam terlebih dahulu.

"Ya! Pergi tanpa pamit dan sekarang kau pulang tanpa mengucap salam?! Dimana kau letakkan sopan santunmu, huh?" omel sang istri.

"Maafkan aku, Chagi-ya. Tapi aku sedang sangat terburu-buru sekarang," ujar Reporter Kim dengan langkah kaki yang bergerak cepat menuju kamarnya dan sang istri.

Pria paruh baya itu dengan tergesa-gesa mengganti pakaiannya. Menarik tas selempang hitam, serta memakaikan ID Card ke lehernya.

"Kau mau kemana lagi?" tanya sang Istri, yang sejak kedatangan Reporter Kim yang tiba-tiba itu masih setia duduk di depan televisi dengan jarum rajut di kedua tangannya. "Kau sudah makan? Jika belum, makan dahulu sebelum pergi."

"Tidak. Aku makan diluar saja," balas Reporter Kim santai, walau kenyataannya perutnya sudah merontah-rontah agar untuk segera diisi. "Ada banyak pekerjaan hari ini. Jangan menungguku untuk makan malam, aku mungkin akan terlambat pulang," ujarnya sembari memakai sepatunya, kemudian melangkah keluar rumah.

Di dalam taksi, reporter senior itu kembali menelepon seseorang. Kali ini panggilannya terjawab. "Dimana kau sekarang?" tanya Reporter Kim, nada suaranya terdengar serius.

"Kenapa kau tidak mengucapkan salam, Reporter Kim?" tanya seseorang di sambungan telepon itu.

"Apa itu perlu?" tanyanya ketus. "Sekarang jawab pertanyaanku! Ada dimana kau saat ini?"

Intuition : I Know You Lie (JILICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang