"Chae-young-ah, kenapa kau tidak menahan dirimu?" tanya Lisa sembari menghampiri Rose yang tengah meneguk minuman isotoniknya. Mereka baru saja selesai merekam dance performance untuk single mereka How You Like That.
"Memangnya kenapa?" Rose balik bertanya, nada bicaranya terdengar menantang di telinga Lisa dan Jennie yang berdiri di dekat gadis Park itu.
"Kau membuat anggota lain tidak mendapat sorotan, Chae," jawab Lisa lembut. "Kau seharusnya bisa mengontrol gerakanmu. Kau membuat Jennie Eonnie dan Jisoo Eonnie terlihat payah tadi."
"Kita harus bisa menahan diri, Chae-young-ah. Jennie Eonnie sedang tidak dalam kondisi prima dan Jisoo Eonnie.... Kau tahu sendiri, jika Eonnie kita yang satu itu tidak ahli dalam menari? Jangan membuat mereka terlihat kesulitan," terang Lisa dengan suara halus dan lembut, berusaha sebisa mungkin agar nada bicaranya tidak menyinggung hati kecil Chae-young.
"Anggota lain? Maksudnya dirimu?" cemooh Rose, ia memandang Lisa dengan berpangku tangan.
Sikapnya saat ini benar-benar tidak mencerminkan seorang Park Chae-young. "Jangan mengatasnamakan anggota lain untuk kepentinganmu. Kau sudah sering mendapat sorotan, Manoban. Kau masih belum puas?" ujar Rose lagi.
"Mwo? Apa yang sedang kau bicarakan, Chae?" Lisa menatap gadis Park itu dengan sorot mata penuh keheranan. "Ada apa denganmu?"
"Ini masalahnya! Kau mendapatkan segalanya begitu mudah hingga kau bahkan tidak tahu apa yang kau lakukan!" bentak Rose membuat Jisoo yang baru kembali dari toilet memandang ke arahnya.
Suara keras Rose yang menggema di ruang latihan menyentak Jennie dengan keras. Gadis Kim itu tersentak dengan kedua tangan berada di dadanya. Ia tidak suka mendengar suara bentakan seperti itu.
"Ya! Kenapa kau berkata begitu keras, Chae-young?!" tanya Jisoo sembari melangkah menghampiri ketiga adik di grupnya itu.
Rose mendengus kesal, kemudian meninggalkan mereka. "Apa kau baik-baik saja, Jen?" tanya Jisoo seraya mengelus punggung Jennie lembut dan gadis itu mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa dia seperti itu sejak kemarin?" tanya Jennie pada Lisa. Gadis Thailand itu menjawab agar Jennie dan Jisoo tidak ikut campur. Mengatakan, jika ia akan mencari tahu perubahan sikap Rose itu sendiri.
.
.
.Lisa turun dari dalam mobil dan melangkah pasti menuju gedung apartemen yang memiliki dua-puluh lantai itu. Ini sudah satu minggu sejak insiden Rose membentaknya di ruang latihan, dan sejak saat itu Rose terlihat jelas menghindarinya. Sejak hari itu, Rose yang lemah lembut dan selalu bersikap baik padanya telah hilang.
Alih-alih tersenyum, Rose akan memilih diam atau menyahut dengan sinis dan ketus pada Lisa setiap kali gadis Thailand itu mengajaknya bicara.
Lisa menekan bel sembari menunggu pemilik unit apartemen itu membukakan pintu untuknya. Beberapa detik berlalu dan pintu apartemen itu terbuka.
"Aku tidak menerima tamu hari ini," ujar Rose cepat dan hendak menutup pintu apartemennya saat melihat Lisa.
"Ijikan aku masuk. Aku mohon," pinta Lisa seraya menahan pintu itu.
"Aku tidak mau. Pergilah!"
"Sebentar saja, Chae. Aku hanya ingin berbica-"
Brak!
Lisa menatap sendu pintu yang sudah tertutup itu, "apa salahku padamu, Chae-young-ah?" tanyanya lirih.
* * *
Perilisan single terbaru Blackpink meriah sukses besar. How You Like That merajai chart membuat Yang Hyunsuk tersenyum bangga pada keempat anak gadisnya itu.
"Kerja bagus, anak-anak. Kalian membuka gerbang kebangkitan YG dengan luar biasa. Aku bangga pada kalian. Karena jadwal promosi masih berjalan, aku harap kalian menjaga kesehatan, okay? Terutama kau Lisa."
"Baik, Sajangnim!"
Selepas kepergian Yang Hyunsuk, keempat gadis cantik itu juga ikut ke luar dari dalam ruangan tersebut. Tidak ada hari bersantai karena keempatnya harus pergi menuju lokasi syuting. Mereka akan syuting untuk 24/365 with Blackpink hari ini.
.
.Lisa berlari, mengejar Rose yang hendak menuju ruang ganti. Mereka baru saja selesai syuting 24/365 with Blackpink. Menurut Lisa ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara dengan sahabatnya itu.
"Chae-young?!" panggilnya seraya masih tetap mengejar gadis Park itu. Rose melangkah pelan kemudian berhenti dan menoleh. Menatap tajam ke arah Lisa.
"Apa kita bisa bicara sebentar?" Rose masih menatapnya. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat.
"Chae?" panggil Lisa. Tangan gadis Thailand itu terulur, hendak menyentuh lengan sahabatnya itu, tapi dengan kasar Rose menepisnya.
"Jangan menyentuhku, jalang!" bentak Rose.
Lisa tersentak, kaget dengan apa yang baru saja dia dengar. Chae-young, gadis yang penuh akan sopan santun itu berkata dengan begitu kasar padanya. Lisa benar-benar tidak percaya.
"Ada apa? Kenapa kau berkata begitu padaku, Chae-young?"
"Jangan menyebut namaku! Aku tidak sudi namaku disebut olehmu!"
"Sebenarnya ada apa? Kenapa kau begitu marah padaku? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Lisa bertubi-tubi.
"Kau bertanya seakan-akan kau tidak berdosa, Lisa. Aku sungguh muak padamu!"
"Dosa apa? Kesalahan apa yang kuperbuat hingga membuatmu bersikap seperti ini padaku?"
"Kau tahu, di dalam sebuah persahabatan ada perjanjian tidak terucap. Kau tidak boleh mencuri sesuatu dari sahabatmu sendiri. Apalagi sesuatu itu adalah hal yang berharga bagi sahabatmu-"
"- dan kau, Lisa! Kau sudah mengambil sesuatu yang berharga dariku. Kebahagianku. Seseorang yang berharga. Kau sudah mencurinya!"
"Chae-"
"Aku tahu kau cantik. Penggemarmu banyak dan mereka sangat loyal dan royal padamu. Kau memiliki seorang kekasih yang sangat diinginkan semua wanita di Korea. Setelah semua itu, kau masih belum puas? Serakah sekali kau, Manoban!" bentak Rose cukup keras hingga membuat Lisa berjengkit kaget karenanya. Untung saja tidak ada orang lain di sekitar koridor selain mereka berdua.
"Aku tahu, jika aku tidak sebanding denganmu. Tapi, apa kau berhak mencuri sesuatu yang berharga dariku yang tidak sebanding denganmu ini? Apa berhak seorang sahabat seperti itu?"
"Apa yang sudah kuambil darimu, Chae-young-ah?"
"Jun-hoe. Koo Jun-hoe," ujarnya lirih. "Kau merebut Jun-hoe dariku. Seseorang yang paling berharga bagiku. Cinta pertamaku! Kau merebutnya! Kau merebutnya dariku, Lisa!"
"Aku- aku tidak merebut Koo Jun-hoe," sanggah Lisa. Gadis itu mencoba meraih tubuh Rose, mencoba memeluk tubuh bergetar sahabatnya itu.
"Kedekatanmu dengannya. Kebersamaan kalian. Jun-hoe yang sering tertawa bila bersamamu. Kau yang mendapatkan perhatian lebih darinya," ucap Rose yang teringat kejadian dimana June yang panik saat Lisa mengalami cedera bahu waktu itu. Serta perlakuan manis pemuda itu yang sedang mengusap surai hitam Lisa saat mereka berdua berjalan di sepanjang lobby. Semua itu terekam jelas diingatannya. Menghantui setiap tidurnya.
"Aku tidak suka, jika kau dekat dengan Jun-hoe. Karena aku menyukainya," ucap Rose seraya menatap tajam ke arah Lisa. "Aku yang menemukannya lebih dulu, bukan kau. Aku yang menyukainya. Aku yang pertama kali mengenalnya. Jadi, yang berhak atas Jun-hoe adalah aku. Bukan kau, Lisa.
"Chae-young aku-"
"Menjauhlah. Menjauhlah darinya, jika kau memang sahabatku," Rose melangkah pergi, meninggalkan Lisa yang menatap sendu punggung gadis yang menjadi sahabatnya itu.
"Kenapa kau berpikir, jika aku memiliki perasaan romantis pada pria sengklek itu? Astaga! Koo Jun-hoe aku akan membuat perhitungan padamu."
~bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuition : I Know You Lie (JILICE)
FanfictionJiyong tidak tahu bahwa berbohong pada seorang wanita adalah sebuah kesalahan besar. Jiyong tidak tahu bahwa intuisi seorang wanita bisa begitu tajam. Jiyong tidak tahu bahwa Lisa benar-benar tahu apa yang sudah ia lakukan di belakang kekasihnya itu...