Pada akhirnya, malam itu Jiyong tidak jadi membicarakan perihal lirik lagu yang Lisa tulis. Keduanya justru mengobrol dan bersenda gurau di depan layar televisi yang masih menyala hingga akhirnya mereka lelah dan jatuh tertidur di sofa. Barulah di pagi hari disaat keduanya tengah menyantap sarapan- semangkuk sereal untuk Lisa dan sepiring pancake dengan madu untuk Jiyong di ruang televisi, Jiyong mengatakan jika dia telah membaca buku catatan little ponny milik tunangannya itu.
"Kenapa Oppa membacanya? Itu catatan pribadiku, Oppa," tanya Lisa, merasa kesal karena Jiyong telah membaca catatannya tanpa meminta izin terlebih dahulu. Ya, sejujurnya walaupun Jiyong meminta izin pada Lisa untuk membaca catatannya, gadis itu tetap juga tidak akan memberikan izin.
"Oppa tidak sengaja membacanya, Baby."
"Tidak sengaja, lalu membacanya hingga selesai, begitu?" cibir Lisa.
"Mianhae...."
Lisa berdecak, lalu dengan langkah panjang ia masuk ke dapur, hancur sudah selera makannya. Gadis itu mengacuhkan Jiyong yang mengekorinya sembari masih mengucapkan permintaan maaf.
"Oppa membaca tulisan dengan tinta warna-warni itu?" tanya Lisa hati-hati dan juga cemas. Dia berdiri membelakangi Jiyong dengan sebelah tangan memegang segelas air.
"Nee...."
"Juga membaca lirik lagu yang kubuat?" tanya Lisa lagi, kali ini genggaman tangannya pada gelas tiba-tiba mengerat.
"Nee..... Mianhae."
"Dan menunjukannya pada anggota grupku?"
"Nee- Bagaimana kau bisa tahu, Baby?"
"Rosè meneleponku semalam. Dia bilang Oppa baru saja menunjukkan sebuah lirik lagu pada mereka. Apa ini...." Lisa membalikkan tubuhnya, menatap Jiyong tepat di biji mata pria Kwon itu. ".... ada hubungannya dengan pembicaraan kita semalam? Tentang lagu yang Oppa temukan? Tentang pengganti untuk Ready for Love?" tanya Lisa lagi dan Jiyong mengiyakannya.
Jiyong mengajak Lisa untuk berbicara. Membahas tentang idenya yang ingin membuat demo dari lirik lagu itu, lalu menunjukannya pada Yang Sajangnim. Awalnya Lisa menolak ide Jiyong, gadis itu berpendapat jika dari liriknya saja terlihat biasa-biasa saja, bagaimana mungkin dari lirik yang biasa saja itu bisa menghasilkan demo lagu yang dapat disukai oleh Yang Sajangnim?
Oh, ayolah. Direktur Lisa itu memiliki selera sangat tinggi dalam hal musik. Akan sangat sulit untuk membuatnya puas.
Lisa terlalu pesimis, begitu pikir Jiyong. Maka dengan keahliannya dalam membujuk seseorang, Jiyong akhirnya kembali meyakinkan Lisa. "Kita tidak akan pernah mengetahui hasilnya, jika kita tidak pernah mencobanya, Baby," ucap Jiyong yang membuat Lisa luluh detik itu juga.
Di hari yang sama di jam tiga sore, keempat anggota Blackpink, Jiyong, Teddy, Twenty Four, Loren dan Bekuh Boom sudah berkumpul di studio The Black Label. Kesembilan orang itu duduk melingkari dengan saling berhadapan satu sama lain.
"Sejujurnya aku tidak begitu yakin dengan ide ini," aku Lisa. Kepala gadis itu menunduk dalam, membuat sebagian rambut panjangnya jatuh menutupi wajahnya.
"Kenapa tidak yakin, Lisa?" tanya Jisoo. "Lirik lagu yang kau tulis sangat bagus. Aku, Jennie dan Rosè bahkan sangat menyukainya," ucap Jisoo lagi, membuat Lisa mendongakkan kepalanya, menatap wajah ayu Jisoo yang sangat menyejukkan itu.
"Benarkah?" cicit Lisa dalam suara pelan. Masih ada nada keragu-raguan dalam suaranya.
"Lisa-ah dengarkan eonnie," kali ini Jennie yang berbicara. "Kau tidak bisa terus menerus membatasi dirimu seperti ini. Kau memiliki kemampuan, jangan menyembunyikannya dari orang-orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuition : I Know You Lie (JILICE)
FanfictionJiyong tidak tahu bahwa berbohong pada seorang wanita adalah sebuah kesalahan besar. Jiyong tidak tahu bahwa intuisi seorang wanita bisa begitu tajam. Jiyong tidak tahu bahwa Lisa benar-benar tahu apa yang sudah ia lakukan di belakang kekasihnya itu...