VOTE
VOTE
VOTE
———————————————————————
"Le, ga bisa kaya gituu. Caranya salah. Lo harus pindahin dulu baru di bagi" kata Lidya yang sedang mengajarkan Leon Matematika.Ya, sejak hari itu, Leon jadi lebih sering belajar bersama Lidya, Leon terkadang meninggalkan cewe cewe sepermainan nya. Fikiran Leon sekarang masih terutuju ke Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri, sehingga jarang sekali terganggu dengan hal hal yang tidak penting...
"Oooo giniii.... gue kira di bagi duluu... Soalnya ini angka nya udah enak banget kalo di bagi" Kata Leon menanggapi Lidya. Lidya hanya menggeleng dan tersenyum singkat
"Yaudah Lanjut" Kata Lidya lantang..
Leon terdiam, sudah 6 jam mereka belajar nonstop, Lidya hanya membiarkan nya istirahat saat waktu untuk ibadah saja. Leon mengacak ngacak rambut nya, kepalanya sudah sangat panas karena di jejali dengan Matematika sedari pagi. Leon yang duduk di lantai melirik Lidya yang duduk di sofa, ia terheran bisa bisanya Lidya masih fokus dengan buku yang ada di pangkunnya setelah belajar 6 jam nonstop
Leon tersenyum singkat, Lidya sudah berubah sekarang
"Lo ga pusing apa Lid ?" Tanya Leon penasaran
"Hem?. Engga. B aja" jawab Lidya singkat. Leon kembali memandangi Lidya
"Ayo Lanjut lagi" kata Lidya, Leon tidak menanggapi, ia memejamkan matanya, lalu bersandar di paha Lidya yang terletak di samping bahu nya.
Lidya menegang, Leon pun tersenyum mengetahui respon Lidya
'still mine' kata Leon dalam hatiLeon yang masih memejamkan matanya, manarik nafas panjang..
"Lid. Temenin gue sampe akhir ya?" Kata Leon.
"Gue butuh banget support system yang kaya gini" Lanjut Leon
Lidya terdian, mencerna perkataan Leon
"Kaya gini gimana ?" Tanya Lidya bingung. Leon terkekeh mendengar Lidya kebingungan
"Ya kaya gini, kaya lo. Kalo aja dari dulu gue sama lo, pasti gue ga akan ngerasa kekurangan support" Kata Leon
Lidya terdiam. Jangan di tanyakan bagaimana perasaan, yang pasti sekarang sudah tak karuan, bahkan rona merah sudah mewarnai pipi Lidya. Lidya hanya bisa berharap Leon tidak bangun dari sandarannya lalu membuka mata dan melihat wajah merah Lidya.Tak lama Lidya mulai bisa memulihkan ekspresi nya.
"Le ayoo belajar lagii" kata Lidya sembari mengangkat kepala Leon yang bersandar di pahanya.
"Iyaa bu guru" jawab Leon
———Di Hari yang sama, namun tempat yang berbeda. Angga termenung sembari menghisap rokoknya dan menghembuskan nya perlahan. Biasanya di hari sabtu seperti ini, Lidya akan menelepon nya dan mengajak belajar. Namun kini sudah pukul 7 malam, Lidya tak kunjung mengabarinya.
Angga masih teringat kejadian 2 minggu lalu, saat Lidya bertemu Leon. Hari yang teramat sangat ia sesali, karena setelah hari itu jarak antara dirinya dan Lidya menjadi renggang. Angga tahu, dari awal itu memang salah nya, meninggalkan Lidya sendiri, namun ia tidak mengharapkan hari itu dapat mengubah hari hari selanjutnya. 2 Minggu Angga tahan untuk tidak menghubungi Lidya, Angga ingin melihat respon Lidya, apakah Lidya merindukannya, apakah Lidya masih membutuhkannya, apakah Lidya selama ini menganggapnya. Hanya pertanyaan itu yang terus berputar di fikiran Angga.
Satu dua jam berlalu. Angga memutuskan untuk pulang kerumah.. Ditengah perjalanan, Angga merasakan notifikasi masuk dari hp nya, namun Angga tidak menggubrisnya. Sesampainya di rumah barulah Angga membuka notifikasi tersebut
Lidya Jelek : AnggaLidya Jelek : Udah fitting baju buat prom belum ?. Inget lohh 1 minggu lagii
Senyuman mengembang menghiasi pipi Angga. Hanya pesan yang singkat, namun dapat memperbaiki mood Angga yang hancur selama 2 minggu.
Angga masih tersenyum melihat pesan singkat dari Lidya, hingga lupa membalasnya. Tak lama Lidya meneleponnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Ability : "It's About You and Me, Before Our Good Bye"
RomansAda sebuah fakta yang mengatakan bahwa... We Fall in love with 3 people in our lifetime. Each one for a specific reason First Love : This love often happens at a young age, you eventually grow apart or call it quits over silly things. When you get...