Jangan heran kalau nemuin cerita yang sama di akun lain, soalnya emang itu akun aku juga. Tapi akun itu nggak bisa aku akses lagi karna lupa sandi. Jadi cerita ini aku post ulang dan lanjut disini.
Thank u all.
"Tuan, aku harus bagaimana? Aku tidak tau harus melakukan apa," ucap gadis itu sembari terus duduk dengan gelisah di tepi ranjang dimana sang tuan kini berbaring sambil meringis dan mengigau tak jelas.
Wajah sang tuan pucat dan ia bisa merasakan pria itu demam tinggi. Sementara ia tak bisa melakukan apa-apa. Hari semakin gelap dan pekatnya malam pun mulai tiba, bersamaan dengan itu suara gemuruh guntur pun turut menjadi pasangan dari turunnya hujan deras malam itu.
Sudah waktunya ia pulang, pekerjaannya sudah usai. Tapi melihat sang tuan yang kini begitu menderita sendirian membuatnya tak tega.
Padahal sebenarnya ia pun sangat takut kini, berada satu ruang kamar dengan pria dewasa yang biasa ia panggil tuan, hanya mereka berdua. Ia sangat takut itu akan menimbulkan fitnah, termelebih jika orang tuanya tau maka habislah dia.
Tapi tarikan tangan sang tuan dan genggaman pria itu yang begitu erat di pergelangan tangannya membuatnya tak bisa melakukan apa-apa bahkan hanya untuk mengambil kompres sekalipun untuk mengompres pria itu.
"Nggak perlu lakukan apa pun. Kamu cuma perlu duduk dan temani aku di sini, aku nggak bisa sendiri saat hujan. A-aku trauma pada hujan," ucap sang tuan pelan membuatnya menatap pria itu terkejut juga kasihan.
Apa hal seperti ini sering terjadi saat hujan? Ia pun jadi semakin tak tega, tak mungkin ia meninggalkan pria itu sendiri, tak ada lagi orang lain yang bisa menemani sang tuan selain dirinya. Akhirnya dengan pasrah ia pun mengangguk saja mengiyakan permintaan sang tuan, ia hanya berharap malam ini cepat berlalu dan esok ia bisa cepat kembali ke rumah diam-diam di pagi buta agar Ayah dan Ibunya tidak curiga.
"Ara, jangan pergi. Temani aku di sini," pinta pria itu lirih sementara tangannya masih di genggam erat oleh pria itu.
"Ia tuan, aku di sini. Aku nggak akan pergi," ucap gadis yang ternyata bernama Ara tersebut.
"Kamu tidur di sini," ucap sang tuan sambil menunjuk tempat di sebelahnya. Ara membola terkejut, bagaimana bisa ia tidur dalam satu ranjang dengan pria yang bukan suaminya?
Ini tidak benar dan ini sangat salah.
"Ta-tapi tuan..."
"Kemarilah, aku nggak akan melakukan apa pun. Aku cuma ingin memelukmu, aku mohon ini sangat menakutkan untuk ku."
Ara meneguk salivanya gugup. Tidur bersama? Berpelukan? Dengan sang tuan yang begitu tampan dan selalu menjadi pusat perhatian di desanya sejak pria itu datang untuk menangani pembangunan proyek wisata di desanya.
Bagaimana bisa pembantu sepertinya tidur di ranjang mahal tuannya? Bersama pria itu pula tanpa ada hubungan apa pun di antara mereka. Ia tak mungkin melakukan itu.
"Tuan, a-aku ti... Akhh." suara guntur yang tiba-tiba sangat kuat membuat Ara berteriak kaget hingga tak sadar ia pun melemparkan dirinya sendiri ke pelukan pria itu.
"Ma-maaf aku... " Ara hendak kembali beranjak, namun pria itu melingkarkan tangan di pinggangnya dan menahan tubuhnya.
"Biar seperti ini aja," ucap pria itu pelan tepat di telinganya. Wajah pria itu yang kini ada di tengkuknya membuatnya bernafas tak beraturan. Belum pernah seumur hidupnya selama 17 tahun usianya, ia berada sedekat ini dengan pria. Bisa merasakan nafas sang tuan yang berembus di tengkuknya membuatnya bergidik merinding.
Pada akhirnya tetap saja ia tak bisa berbuat apa-apa. Pada akhirnya, ia kalah dengan tenaga laki-laki ini. Dan pada akhirnya tak ada yang bisa ia lakukan lagi selain pasrah tertidur di pelukan sang tuan.
~~~
Pagi pun tiba, suara berisik dari banyak orang membuat kedua manusia yang masih tergelung tidur saling berpelukan itu pun menjadi terusik. Samar-samar Ara mendengar seperti suara tangisan dan juga suara teriakan tak percaya dari banyak orang.
Matanya berkedip-kedip seperti masih belum sadar seutuhnya. Ia masih menimbang-nimbang antara dunia nyata dan mimpi. Apakah suara-suara yang ia dengar itu mimpi atau nyata.
Namun mendengar suara tangis yang begitu nyata dan suara tangis itu sangat mirip suara ibunya, membuatnya mau tak mau dengan susah payah mencoba membuka matanya dan mencoba menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke retinanya. Dan orang pertama yang ia lihat adalah wajah terpejam sang tuan yang kini masih memeluk pinggangnya erat. Ia sangat terkejut, tapi kemudian ia pun mencoba membangunkan sang tuan juga.
"Tuan, sudah pagi. Maaf aku harus pergi," ucapnya membuat sang tuan menggeliat dalam tidurnya.
"Hmm..., baiklah." ucap pria itu masih dengan mata terpejam. Ara pun mencoba melepaskan tangan sang tuan dari pinggangnya, kemudian ia pun merapikan pakaian dan juga rambutnya. Namun ketika ia memutar tubuhnya, matanya membola sempurna.
Ia sangat terkejut melihat beberapa warga desa berdiri di pintu kamar dengan tatapan penuh kemarahan seperti ia melakukan kesalahan yang sangat fatal. Dan yah, memang ia sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal
Yang membuatnya lebih tak bisa tenang lagi adalah dimana tatapannya bertemu dengan tatapan sang ibu yang kini menatapnya penuh kekecewaan. Air mata wanita yang sangat ia cintai itu pun terus mengalir membuat dadanya seperti tersayat-sayat. Ia sudah membuat kepercayaan sang ibu padanya hancur sudah, meskipun sebenarnya ia tak melakukan sesuatu yang benar-benar salah.
"Ib-ibu, ini nggak seperti yang kalian lihat... " ucap Ara mencoba menjelaskan.
"Apa yang tidak seperti kami lihat Ara? Kau berbuat zina di vila majikanmu dengan tuan mu. Pokoknya kalian berdua harus menikah." ucap sang kades penuh wibawa namun berhasil membuat Ara bergetar ketakutan.
"A-aku tidak berzina bu, Ibu bantu aku! Katakan pada mereka kalau aku tidak mungkin melakukan itu," ucap Ara penuh permohonan pada sang ibu. Tapi yang ia lihat sang ibu malah mengalihkan pandangan darinya seperti tak percaya dengan yang ia katakan.
"Apanya yang tidak mungkin kau lakukan? Kalian tidur saling berpelukan seperti itu. Siapa yang percaya kalian tidak berzina?" ucap salah seorang warga membuat tangis Ara pun pada akhirnya pecah. Hingga beberapa saat kemudian sang tuan pun terbangun dari tidurnya. Ia merasa terusik dengan suara berisik tersebut, padahal sebenarnya matanya masih mengantuk.
"Ada apa ini?" tanyanya dengan tenang meskipun melihat betapa banyaknya warga menggerebek mereka membuatnya tak tenang. Ia rasa ia akan bermasalah sebentar lagi.
"Begini nak Hanz, tadi pagi ibu Wahida melapor ke kami kalau putrinya Ara menghilang sejak semalam. Ia belum pulang juga setelah ijin akan pergi kesini menggantikannya yang sedang sakit untuk membersihkan vila ini. Kami pun berinisiatif untuk mencari Ara bersama di sekeliling desa, hingga tibalah kami di sini. Ternyata memang Aranya ada di sini, dan kalian berduaan di dalam satu kamar. Kalian sudah berbuat zina dan kalian harus di nikahkan. Itu sudah peraturan desa dan tak ada satu pun yang dapat melanggar termasuk nak Hanz," ucap sang kepala desa yang seketika membuat kepala pria itu hampir pecah. Sakit kepalanya pun kian bertambah.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Paksa (Istri Rahasia) ~COMPLETED~
General FictionFollow sebelum baca! High rank! #15 in Romance 29 Juni 2021 #11 in Romance 7 Juli 2021 #5 in Romance 7 November 2021 Seri ke-1 Zeino Family "Tuan, aku harus bagaimana? Aku tidak tau harus melakukan apa," ucap gadis itu sembari terus duduk dengan gel...