27

17K 1K 26
                                    

Aku tuh lagi ada ide buat cerita lain. Nanti aku publish ketika cerita ini dah mau tamat. Biar sekalian sekali jalan sama yg om dokter, agar kalau ide lg nge'stuck di satu cerita, cerita satunya lagi yg nyusul. Hehehe....

S

emoga kalian terhibur bacanya. Dan jangan lupa Vote, komen, dan follow, salam sayang 😘😘😘😘

___

"Astagaa..., ap-apa yang kamu lakuin di kamar Ara sepagi ini? Dan-dan... Kenapa kamu lepas baju?"

Ahh shitt...

"Kakak ngapain kesini?" tanya Hanz gugup akan kedatangan Alea yang tiba-tiba. Baru saja ia lolos dari si kembar, sekarang ada cobaan baru untuknya.

"Jangan alihin pembicaraan, ngapain kamu ke kamar Ara?" tegas Alea menuntut dengan tajamnya.

Ara meringis mendapati tatapan tajam Alea yang menatapnya seakan ingin menghunusnya sampai tembus. Ia pun mendekati suami dan kakak iparnya itu dengan wajah menunduk. Sungguh saat ini jantungnya bertalu-talu seakan ingin meledak, sangat kuat hingga menciptakan getaran pada tubuhnya. Dan ia sangat yakin kalau kini wajahnya sudah memucat saking takutnya, karna itulah ia menunduk tak berani membalas tatapan Alea.

Jika tadi si kembar saja sudah membuatnya teramat ketakutan, apalagi sama Alea? Jelas-jelas ini lebih berbahaya lagi.

"Aku tadi nyari kecoa. Pas aku lewat kamar Ara, aku dengar dia teriak terus aku masuk dan dia tampak pucat. Trus dia bilang ada kecoa di kamarnya dan dia ketakutan, ya udah aku bantu aja dia nyari kecoa nya," jelas Hanz tampak tenang dan santai. Padahal jangan tanya bagaimana gugupnya ia kini, jika saja jantungnya di periksa, maka mereka akan terkejut dengan getarannya.

Sementara Alea, ia memincing menatap adiknya dan juga Ara secara bergantian. Siapa yang akan percaya dengan alasan konyol itu? Ia bukan anak kecil yang bisa Hanz bodoh-bodohi.

"Dengan buka baju?" tekan Alea membuat Hanz terdiam sejenak. Dalam otaknya berpikir alasan apa lagi yang cocok untuk itu.

"Ya kan nyari kecoa, tadi aku liat kecoanya, terus aku berusaha nangkap, tapi karna susah ya aku buka baju buat ngibas-ngibas kecoanya. just reflex," ucap Hanz berusaha di buat-buat senormal mungkin.

"Kamu jangan bohong Hanz, kakak gak sebodoh itu. Semalam kalian pulang jam berapa?" Cecar Alea tak puas.

"Ak-aku pulang jam 12, sementara Ara... Aku nggak tau dia pulang jam berapa. Tapi Ara pulang lebih dulu dari ku."

"Kan kamu bohongin kakak lagi, gimana aku bisa percaya sama kalian kalo kalian bohong terus seperti ini?" marah Alea membuat Hanz dan Ara terdiam dengan menelan saliva. Ekspresi keduanya kini sama seperti orang yang sedang menunggu putusan eksekusi mati.

"Tadi kakak gak sengaja dengar para pembantu di dapur lagi bicarain kalian. Katanya salah satu dari mereka gak sengaja liat kalian masuk ke rumah ngendap-ngendap pagi buta tadi. Karna itulah kakak datang kesini buat mastiin, Apa maksudnya itu?"

Degg...

Ara dan Hanz saling tatap kemudian. Tatapan mereka sama-sama menyiratkan kekhawatiran. Apakah kini mereka akan ketahuan? Tidak, Ara tak mau itu terjadi.

Sementara Hanz ia menatap Ara dengan pandangan yang susah Ara artikan. Tatapannya seperti menyiratkan seseorang yang sedang minta ijin. Apa maksudnya itu? Kenapa Hanz menatapnya seperti itu? Jangan bilang Hanz mau membongkar semuanya.

Ara menggeleng tak setuju, tidak akan. Ini bukan waktu yang tepat, hatinya belum siap. Hanz pun terlihat mendesah kecewa akan gelengan yang di berikan Ara.

Pernikahan Paksa (Istri Rahasia) ~COMPLETED~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang