3

18K 1.2K 26
                                    

Hanz membawa Ara ke kamar yang akan ditempati oleh gadis itu. Kamar Ara tepat di sebelah kamarnya. Yah, ia sengaja membawa Ara kesana, kebetulan ada sisa satu kamar kosong di lantai atas. Tentu saja ia tak akan membiarkan istrinya jadi salah satu penghuni mess para pelayan di belakang rumah.

"Kamar ini besar sekali mas, sangat indah. Apa nggak masalah pengasuh tidur Disini?"

"Kamu kan istri ku, jadi tidak masalah. Udah seharusnya kamu berada di kamar yang nyaman."

"Tapi mas, mereka kan taunya aku pengasuh."

Hanz pun mulai tersadar, astagaa... 
Ia tak memikirkan itu, ia sudah memancing kecurigaaan keluarganya. Mampus dia.

"Aduhh, sudahlah. Semuanya sudah terlanjur, nanti aku yang cari alasan kalau mereka nanya," ucap Hanz yang saat ini tampak ragu dengan perkataannya sendiri.

"Mas, aku tidur di kamar pembantu aja gak papa."

"Nggak, kamu tetap disini. Aku nggak mau di bantah." Ara pun hanya bisa terdiam pasrah dengan keputusan suaminya yang keras kepala.

"Istirahatlah! kamu pasti lelah," ucap Hanz, kemudian entah dorongan dari mana ia mengecup kening Ara lembut. Hal yang seketika membuat gadis itu terdiam kaget dengan wajah yang lagi-lagi merona. Bahkan ketika pria itu pergi keluar dari kamarnya, ia masih saja mematung sempurna.

~~~

Setelah membersihkan diri, Ara keluar dari kamarnya. Ia rasa, sudah saatnya ia melakukan tugasnya sebagai pengasuh. Meskipun ia tidak telaten untuk mengurus anak kecil, tapi ia sangat menyukai anak-anak. Termelebih seperti si kembar yang sangat menggemaskan.

Ia pun turun kebawah dan mencari-cari keberadaan si kembar. Tapi ia tak menemukan mereka, hanya ada Anisa disana yang sedang asyik menonton televisi.

"Ara, aku ingin bicara dengan mu sebentar."

Ara yang hendak pergi berbalik kembali setelah mendengar suara Anisa.

"Ia nona?"

Anisa memperhatikan Ara dari bawah sampai ke atas. Alisnya mengernyit melihat gaun selutut yang dipakai Ara. Seingatnya tadi siang ia melihat Ara datang dengan baju kumal, memakai rok khas orang kampung. Mengapa sore ini ia memakai gaun rumah yang cantik?

"Wah, selera berpakaian mu bagus sekali. Kamu sangat cantik menggunakan gaun ini Ara. Pesona mu yang sebenarnya semakin terlihat. Kalau kamu sekolah di sekolah ku, kamu pasti jadi primadona," ucap Anisa antusias. Yah, ia merasa si kembar memang benar, pengasuh mereka kali ini sangat cantik. Wajah Ara ini tidak cocok jadi pengasuh.

"I-ini bukan saya yang pilih nona. Ma-Tuan Hanzen yang membelikannya tadi," ucap Ara canggung. Hampir saja ia keceplosan memanggil Hanz dengan panggilan mas.

"Benarkah? Wow, bahkan kakak ku yang dingin pada wanita itu membelikan pengasuh baju, dia sendiri yang pilih bahkan," ucap Anisa mangguk-mangguk dengan seringaian di wajahnya membuat Ara meringis dalam hati karna ia sudah salah bicara.

"Ara, kenapa kamu tidak sekolah?"

"Ah itu..., orang tua saya tidak sanggup lagi membiayai sekolah saya nona."

"Jangan panggil aku nona, aku kesal dengan panggilanmu itu, panggil aja aku Icha. Dan kamu nggak perlu bicara formal kayak gitu sama aku."

"Ia A-Anisa."

"Ara, kalau kamu mau aku bisa mengatakan sama papah agar kamu bersekolah di sekolahku. Sekolah itu masih milik keluarga ku jadi kamu tak perlu membayar uang sekolah, kamu akan menerima beasiswa disana, gimana?" ucap Anisa membuat ara terkejut. Ia tak menyangka Anisa sebaik ini ingin menawarinya penawaran yang dulu sangat ia harapkan. Dulu ia sangat berharap ada orang baik hati yang bisa membantunya mewujudkan mimpi, ia berjanji kalau ia sukses nanti, ia akan membalas jasa orang itu. Tapi sekarang, penawaran itu datang di saat yang tidak tepat. Ia sudah menikah, tak mungkin lagi dirinya bisa sekolah. Tak mungkin juga Hanz mengijinkanya.

Pernikahan Paksa (Istri Rahasia) ~COMPLETED~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang