Jangan lupa vote, komen, dan follow!
Ara terbangun dengan perasaan nyaman seperti ada kehangatan yang menyelimuti tubuhnya membuatnya bergelung lebih erat dan tak iklas membuka mata saat itu karna belum siap kehilangan rasa nyaman itu.Ia mencium wangi yang tak biasa menyerbu indra penciumannya. Wangi maskulin yang amat menenangkan. Dengan perlahan akhirnya ia pun membuka mata mencoba mencari jawaban dari wangi yang ia cium saat ini.
Dan ya, matanya membola terkejut mendapati ada dada bidang berotot tanpa mengenakan baju di depan wajahnya kini. Ia pun beringsut mencoba menjauh, namun tangan kekar yang melingkari pinggangnya seakan menahan pergerakannya membuatnya tak bisa bergerak dan malah semakin menempel pada tubuh kekar di depannya kini.
Seketika sekelabat ingatan akan kejadian semalam berputar bak cuplika film di kepalanya kini. Dan itu...
Itu seperti film biru dan pemerannya di dalam adalah dirinya sendiri. Oh tidak...
Itu bukan seperti film biru lagi, itu memang kenyataannya. Semalam ia melakukan itu dengan Hanz, suaminya. Yah, mereka melakukan itu, mereka menyatu, mereka bercinta, mereka...
Ahh, wajah Ara seketika memanas mengingat setiap detil kejadian itu. Ia jelas ingat sekali bahwa ialah yang meminta Hanz melakukan itu, awalnya Hanz akan berhenti, tapi ia bersikeras akan menyerahkan dirinya seutuhnya untuk Hanz. Astagaa...
Apakah setelah ini ia masih akan mampu menatap wajah Hanz nantinya?
Dengan kecepatan kilat ia pun berusaha meloloskan diri dari kungkungan pelukan Hanz yang begitu erat. Ia harus pergi sekarang atau nanti akan lebih memalukan lagi kalau Hanz sudah bangun.
Tapi...
Mengapa setiap ia berontak untuk lepas maka pelukan itu malah akan semakin erat? Jujur ia malah jadi semakin risih menempel sangat erat seperti ini dengan Hanz dalam keadaan sama-sama tanpa pakaian. Tak ada sehelai benang pun, kulit mereka benar-benar menempel sempurna dan amat menggelikan.Ia tak bisa seperti ini terus, ia harus semakin berontak agar bisa lepas saat ini juga. Ia harus lepas.
"Sayang, kenapa kamu bergerak terus? Pergerakan mu membuat adik ku bangun di bawah," suara Hanz yang serak dan terkesan seksi itu terdengar di telinga Ara dan berhasil melumpuhkan saraf-saraf otaknya sejenak.
Ia kaku, ia meneguk salivanya paksa. Matanya melotot tegang, dan ia ingin sekali mati tenggelam di lautan saat ini.
"Kamu malu yaaa..," goda Hanz membuat Ara semakin tegang. Bila godaan Hanz masih berlanjut, ia yakin kalau sebentar lagi ia akan benaran menenggelamkan dirinya di laut nanti. Tapi sebelum ke laut, sebaiknya sekarang ia menenggelamkan dirinya di dada Hanz dulu. Ia tak mau pria itu melihat bagaimana wajahnya memerah seperti kepiting rebus saat ini.
Tapi siapa sangka? Yang ia lakukan untuk menenggelankan diri justru membuat Hanz manarik wajahnya dengan sebelah tangan dan memaksanya mendongak hingga kini mau tak mau tatapannya dan Hanz bertemu tanpa sempat ia mengelak.
"Kamu malu sama mas?" tanya Hanz dengan tatapan menggoda. Wajah Ara pun tambah semakin memerah hingga seperti mau meledak rasanya.
"Kenapa sekarang kamu malu hmm? Perasaan semalam kamu mendesah terus nggak karuan sambil manggil-manggil nama mas."
Oh astaga...
Benarkah ia seperti itu? Apakah memang ia seagresif itu? Huaaaaa...
Ia semakin malu.
"Ak-aku memangnya seperti itu mas?" tanya Ara malu-malu.
"Ya, kamu semangat banget malah," kekeh Hanz membuat Ara meringis merutuki dirinya sendiri. Bodoh... Bodoh... Bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Paksa (Istri Rahasia) ~COMPLETED~
General FictionFollow sebelum baca! High rank! #15 in Romance 29 Juni 2021 #11 in Romance 7 Juli 2021 #5 in Romance 7 November 2021 Seri ke-1 Zeino Family "Tuan, aku harus bagaimana? Aku tidak tau harus melakukan apa," ucap gadis itu sembari terus duduk dengan gel...