4

17.2K 1.2K 27
                                    

Hari ini Ara mulai masuk sekolah bersama Anisa. Ia berada di kelas XI IPA 1. Kelas yang sama dengan Anisa. Mengapa ia loncat kelas? Karna ketika Ara lolos test akselerasi, guru-guru sangat kagum dengannya. Ara adalah gadis yang pintar, bahkan ketika mereka memberikan soal yang lebih rumit dari yang seharusnya pernah Ara pelajari sebagai tamatan SMP, gadis itu tetap bisa mengerjakannya dengan waktu yang tepat dan jawaban yang tepat. Ara itu cerdas, dan sangat sayang jika ia harus memulai dari awal kembali sementara ia sangat pintar. Mereka yakin meskipun Ara loncat kelas, pasti gadis itu bisa mengejar ketertinggalannya meskipun nanti tugas-tugas yang akan Ara hadapi tak akan se-simpel yang  akan temannya hadapi. Karna Ara akan mendapatkan tugas yang lebih banyak dan sulit.

Hari pertama ia masuk sekolah, banyak mata yang tertuju menatapnya. Terutama kaum pria yang menatapnya seperti penuh pemujaan, jujur ia risih dibuatnya. Sementara Anisa yang memang sedari awal sudah yakin jika hal ini akan terjadi hanya bisa menanggapinya dengan senyuman.

"Welcome my School primadona Ara," ucap Anisa senang membuat Ara mengernyit. Primadona? Ingin sekali ia tertawa mendengar julukan yang tidak pas itu padanya.

"Anisa jangan bilang gitu ah, aku bukan primadona. Aku itu malah upik abu," ucap Ara merendah.

"Sttt...,  Jangan bilang upik abu juga dong Ra, udah ahh, masuk kelas yuk!" ajaknya dan Ara pun mengikutinya.

~~~

Ara pulang sekolah sore pukul 17.00 wib. Anisa sudah pulang terlebih dahulu tadi siang saat jam pelajaran usai. Yah, mereka berbeda karna Ara harus mengikuti pelajaran tambahan karna statusnya sebagai siswa loncatan.

Kini ia sedang di gerbang menunggu ojek lewat, tapi sudah setengah jam tak ada juga ojek disana. Namun sebuah mobil mewah yang sangat ia kenali berhenti tepat di depannya. Itukan mobil suaminya?

Dan benar saja, sesaat kemudian Hanz keluar dari mobil tersebut yang masih lengkap dengan jas kantornya kemudian menghampirinya. Tak lupa seyuman yang melekat di wajah pria itu menambah kadar ketampanannya yang luar biasa.

Ara menatapnya heran, selama seminggu ini mereka sama sekali tidak bertegur sapa, tepatnya setelah kejadian malam itu. Sebenarnya ia selalu ingin menyapa dan berbicara pada Hanz duluan. Ia ingin berterimakasih karna Hanz sudah membayar hutang orang tuanya dan pria itu juga mengijinkannya sekolah, tapi ia takut pria itu akan marah karna merasa terganggu, ia juga lebih banyak tau diri sejak mengetahui tentang Sahara malam itu meskipun tidak secara rinci.

"Mas mau ngapain ke sekolah ku? Anisa udah pulang mas," ucap Ara polos membuat Hanz mengacak rambut panjangnya yang ter'urai dengan gemas. 

"Aku tidak mencari Anisa kemari. Aku mau menjemput istri ku," ucapnya membuat wajah Ara merona malu.

"Tapi mas, aku bisa pulang sendiri kok."

"Mana buktinya? Buktinya kamu masih disini."

"Iyaa, tapi sebentar lagi juga ojek pasti datang."

"Ojek biasa itu jarang lewat disini, karna sekarang jamannya ojek online. Makanya aku jemput kamu, takutnya kamu kemalaman nunggu ojek."

"Ojek online apa mas?"

"Ojek yang dipesan melalui aplikasi online. Karna kamu belum punya ponsel, jadi aku yakin kamu pasti nungguin ojek yang pangkalan yang lewat. Makanya aku tadi beliin kamu ponsel, biar kapan-kapan kalau aku gak sempat jemput, kamu bisa pesan ojek atau taksi online," jelas Hanz membuat Ara menatapnya tak percaya.

Pernikahan Paksa (Istri Rahasia) ~COMPLETED~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang