"Pah, aku mau cerita."
Hanz terkesiap sambil menatap Gio putranya dengan kening mengernyit heran. Pasalnya perkataan Gio tadi cukup membingungkan untuk di cerna otaknya.
Mengapa putra-nya yang sedingin kutub utara dan bukan tipe orang pencerita itu tiba-tiba mendatanginya dan mengatakan ingin bercerita padanya?
"Cerita apa?"
"Pengalaman aku main ke Kampung Mama bulan lalu."
Hanz semakin mengernyit heran. Ini benar-benar bukan Gio putranya. Gio biasanya tidak pernah mau berbagi cerita hal-hal yang menurutnya tidak penting, kata-kata yang keluar dari mulut Gio biasanya adalah sesuatu yang menurutnya sangat berguna. Tapi... Apakah memang pengalaman Gio kali ini tidak penting?
"Ceritakan!" titah Hanz sembari menatap Gio tajam. Entah mengapa tiba-tiba saja perasaannya tidak tenang.
Gio berdehem sejenak. "Kampung Mama itu unik banget Pah," ucap Gio memulai cerita-nya.
"Orang-orangnya ramah dan baik, alamnya indah banget, udaranya sejuk. Tapi mereka semua hidup banting tulang di sawah dan bekerja setiap hari sampai badan remuk."
"Cukup Gio," sela Hanz cepat.
"Jadi ini yang mau kamu ceritain sama Papah?" Kemudian Gio menggeleng dengan cepat."Cerita yang jelas makanya."
Gio pun kembali berdehem lagi dengan salah tingkah. Ada kegugupan terlihat di mata-nya dan rasa was-was di wajahnya, hal yang tak pernah Hanz lihat sebelumnya.
"Jadi tuh, sebenarnya di Desa Mama itu ada peraturan kolot. Laki-laki dan perempuan yang belum menikah nggak bisa berduaan, nanti mereka akan dituduh berbuat Zinah dan harus dipaksa nikahkan."
Hanz mengangguk setuju dengan penuturan Gio karna ia jauh lebih tau soal itu. Desa itu tidak berubah juga walau sudah bertahun-tahun berlalu, pikir Hanz.
"Terus?" tanya Hanz curiga.
"Waktu itu kan hujan lebat, anginnya kencang. Aku habis dari rumah Kakek dan Nenek mau balik ke Vila. Jalanan sepi, nggak ada tempat berteduh atau gubuk-gubuk, jadi aku terpaksa lari terus nerobos hujan. Sampai akhirnya setengah jalan, aku liat ada orang lewat pakai payung. Aku dekati orang itu dan minta tolong numpang di payung-nya."
"Orang itu perempuan?" sela Hanz, membuat Gio mengangguk kemudian menggaruk tengkuknya salah tingkah.
"Dia gadis seumuran aku, tapi dia udah nggak sekolah lagi karna di kampung itu kata-nya jarang ada yang bisa menyelesaikan pendidikannya sampai SMA, kalau ada pun itu jarang."
"Terus?"
"Terusss... Gadis itu mau menumpangkan aku di payungnya dan ngantar aku sampai di Vila. Tapi saat sampai di Vila, tiba-tiba petir datang kuat banget sampai dia takut. Katanya dia nggak berani pulang karna takut sama petir. Akhirnya karna kasihan, aku ajak dia masuk nunggu hujan berenti." Hanz masih setia mendengarkan cerita Gio.
"Ternyata setelah aku perhatiin, baju dia basah. Mungkin karna nempel sama aku yang awalnya memang sudah sempat basah. Jadi aku akhirnya menawarkan baju aku buat dia pinjam."
"Aku sebenarnya kasi dia celana juga Pah, tapi pas dia keluar dari kamar habis ganti baju, dia nggak pake celana yang aku kasi. Dia cuma pake kemeja aku yang kebesaran sama dia. Katanya celana aku nggak muat karna pinggang-nya kebesaran."
Sungguh rasa-nya Hanz ingin mengumpat saat ini juga mendengar cerita Gio yang semakin tidak jelas. Ia tau putranya itu terlihat sangat gugup sedari tadi, tapi tidak bisakah Gio bicara langsung pada intinya saja?
"Kami duduk di sofa sambil nunggu hujan reda, tapi hujannya makin lama makin deras. Sampai akhirnya kami kebosanan nunggu dan... Dan...."
Hanz mulai mengetatkan rahangnya menahan emosi. Berbagai pikiran aneh mulai menggelayuti pikirannya saat ini.
"Dan kalian berbuat zinah?" tebak Hanz dan Gio dengan cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"Nggak... Kami nggak zinah. Kami cuma ketiduran berdua, berpelukan," ucap Gio di akhiri suara yang mengecil saat menyebut kata berpelukan.
Bagaikan dejavu rasanya cerita Gio mengingatkan Hanz pada dirinya sendiri bersama Ara istrinya saat itu. Hanz mengerti.
"Jadi kalian kepergok warga desa dan akhirnya dituduh zinah dan dipaksa nikah?" tanya Hanz yang diiringi anggukan lemah dan kepala Gio yang menunduk.
"Sekarang di mana istri mu?" Seketika itu juga Gio mendongak dan menatap Hanz dengan tatapan sedih.
"Itu dia Pah. Aku nggak tau istri aku di mana sekarang, makanya aku terpaksa ngasi tau ini sama Papa supaya Papa ikut bantuin aku cari istri aku."
Hanz membelalak tak percaya.
"Maksud kamu apa?" teriaknya murka.
"Istri aku kabur dari apartemen karna habis aku marahin. Terakhir yang aku liat cuma surat yang dia tinggalkan dan bilang kalau dia pulang kampung. Aku pusing, aku nggak tau harus gimana lagi sekarang."
Hanz menggaruk kepala-nya ikut frustasi. Bisa-bisanya pasangan muda itu menikah tanpa sepengetahuan orang tua, dan sekarang setelah ada masalah dalam rumah tangganya, yang satu kabur dan yang satu baru berani cerita karna sudah tak tau harus apa.
"Pulang ke kampung dan cari istri kamu di sana. Pastikan kamu membujuk dan membawanya pulang lagi ke sini. Minta ijin dengan hormat pada orang tua-nya, dan pastikan kamu jangan buat masalah yang lebih besar lagi."
Gio mengangguk kemudian menunduk dengan wajah menyesal. Hanz tau, walau Gio terkadang jadi anak yang keras kepala dan terlalu dingin untuk ukuran anak muda, tapi Gio anak yang baik dan penurut pada orangtua.
"Tapi pah...."
"Apa?"
"Tolong jangan kasi tau ini sama Mama dulu ya, pleasee... Minimal sampai aku ketemu istri aku dan bawa dia pulang lagi. Nanti aku sendiri yang cerita sama Mama sekalian kenalin istri aku."
Hanz menggeleng tak setuju.
"Justru Papa mau pulang sekarang dan cerita sama Mama kalau dia ternyata sudah punya menantu."
"Pah...," teriak Gio memelas.
"Jangan kasi tau Mama dulu. Papa kan tau Mama gimana? Bisa-bisa Mama marah besar."
"Papa nggak peduli, pokoknya Mama harus tau sekarang kalau dia udah punya menantu. Habis itu kami akan nyusul kamu ke Desa buat ketemu sama besan."
Gio terduduk sambil menatap Papa-nya frustasi. Niat ingin meminta bantuan sang Papa malah berakhir dengan sesuatu yang mungkin akan semaki kacau untuknya. Ia pun menggaruk kepalanya asal.
💟💟💟
Akhirnya cerita ini benar-benar selesai juga sebelum tahun ini berlalu. Tahun depan aku akan fokus garap cerita2 yg lain. Thanks buat semua readers dan followers ku. Sampai jumpa di cerita-cerita berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Paksa (Istri Rahasia) ~COMPLETED~
General FictionFollow sebelum baca! High rank! #15 in Romance 29 Juni 2021 #11 in Romance 7 Juli 2021 #5 in Romance 7 November 2021 Seri ke-1 Zeino Family "Tuan, aku harus bagaimana? Aku tidak tau harus melakukan apa," ucap gadis itu sembari terus duduk dengan gel...