13

1.1K 137 9
                                    

Aku terbangun karena merasa ada sesuatu yang aneh. Rasanya begitu hangat dan berdesir-desir sekali.

"Ayo Ody, jadi ikut jalan-jalan gak?"

"Gilbert?"

Aku melihat ke sekeliling kamarku. Pak Rama sudah tidak ada. Yang semalam itu bukan mimpi kan? Dia tidur di sebelahku dan... baunya masih ada. Bau parfum Pak Rama masih tertinggal di gulingku.

"Pak Rama tadi kelihatannya buru-buru banget perginya."

"Dia mau pergi kemana ya?" tanyaku sambil mencuci muka dan berganti baju. Aku memilih kaos putih yang ada gambar anak anjingnya pemberian dari Kak Nino, untuk kupakai jogging pagi ini.

"Kamu harus ambil keputusan, Dy. Kamu suka atau tidak sama Pak Rama?"

"Gilbert, kamu jangan mulai."

"Aku baru tahu juga kabar terkini..."

"Apa?"

"Kak Nino sepertinya juga suka sama kamu."

"Kamu terlalu banyak makan bawang goreng, Gilbert. Mangkanya otakmu jadi melempem."

"Aku serius, Ody. Kalau dia tidak suka, kenapa dia menjadikan fotomu sebagai wallpaper di hapenya?"

Kutepuk lengannya Gilbert yang besar. "Karena, kalau Kak Nino pasang foto kamu -- ya jelas gak muat, Gilbert."

"Masuk di akal juga."

Pas aku sama Gilbert keluar, kakek mafia lagi minum teh di teras depan sambil baca majalah.

"Selamat pagi, kakek keren." sapaku dan Gilbert.

"Kalau masih mengantuk, gak usah dipaksakkan."

"Sayang kan kek, kalau liburan disia-siakan cuma buat tidur aja di kamar." sahutku. "Kakek tidak ikut jalan-jalan?"

"Hawanya dingin sekali, Cloudy. Kaki kakek jadi kram dan kesemutan."

"Nanti aku sama Gilbert pijitin deh ya?"

"Gak usah. Kalian bersenang-senang saja sana."

"Dahh, kakek...!"

Kak Nino sama Om Gerald kelihatannya lagi ngobrol serius banget. Tapi waktu kita berdua dateng, mereka kayak mengalihkan pembicaraan.

"Si tuan pemarah itu udah pergi. Jadi bebas deh ---" Kak Nino merangkulku. Aku jadi salah fokus sama wangi parfumnya. Jadi begini ya, bau parfum artis itu?

"Memangnya Pak Rama pergi kemana?"

"Ada urusan mendadak sama kliennya. Jadinya dia suruh pergi sama kakek. Hheehee.."

"Kak Nino kan artis ya?"

"Yap. Apa kamu mau jadi artis juga?"

"Bukan itu, kak." Aku melihat ke belakang. Gilbert memang lamban sekali. Untung saja Om Gerald sabar menemaninya. "Kak Nino punya kenalan orang yang bisa sedot lemak?"

"Sedot lemak?"

"Iya, untuk sahabatku Gilbert. Kasihan kan dia?"

"Nanti deh, coba aku tanya sama Clara. Dia kan kenalannya banyak banget. Mulai dari ahli make-up, fashion, fengshui, baca nasib, sampai cegah kesialan juga ada.."

"Keren ya, Bu Clara."

"Tapi dia masih belum bisa melakukan satu hal untukku."

"Apa itu, kak?"

"Merebut hati kamu, dari genggamannya si tuan pemarah."

"Cloudy, kamu jangan pacaran terus! Tungguin aku dong!!"

CLOUDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang