16

1.1K 134 2
                                    

"Kamu beli makan sama minyak telon sana. Jangan lupa, janji pijitnya."

"Oke, Pak Rama."

"Cloudy."

"Iya?"

"Saya belum belikan kamu hape baru ya?"

Aku mengangguk. "Aku masih punya satu di kosan, Pak Rama. Bukan soal susah kok."

"Jangan lupa belikan baskin robbins yang seperti kemarin."

"Pak Rama suka ya?"

Pak Rama mengangguk. "Kalau kamu suka, saya juga suka."

"Oke deh."

Meskipun sifat jeleknya itu pemarah, tapi Pak Rama itu tidak pernah ingkar janji. Habis acara pijit-pijit kemarin, tahu-tahu dia sudah membelikan obat kurus buat Gilbert sampai dua lusin!

Aku aja gak nyangka, kalau si tuan pemarah bisa sebaik itu.

Ting...!

Aku menekan tombol GF, yang ternyata sudah ditekan duluan sama cowok yang lagi mainin hapenya di pojokkan lift itu.

"Ini earphonenya." tangannya tiba-tiba menjulur.

Aku menatap tangannya. Kenapa kabel earphoneku bisa putih bersih lagi ya?

"Ambil aja. Aku udah gak punya hape. Gak percaya, nih periksa aja."

"Kamu tinggal di kamar berapa?"

"1515. Kamu?" tanyaku balik.

"2021."

"Tinggi ya, kayak orangnya."

Dia menerima telepon. Sementara itu pintu lift sudah terbuka. Rencananya malam ini aku akan beli pasta di pizza hut. Aku mau berlatih jadi orang bule. Kata Gilbert, kalau aku banyak makan pasta dan keju, aku bisa jadi tinggi dan mataku cemerlang.

Keadaan genting memang tidak bisa melihat waktu dan situasi. Contohnya saja ketika aku sedang menunggu struk pembayaran itu keluar dari mesin, tiba-tiba saja aku kebelet mau pup. Dan hal itu sudah gak bisa aku tahan lagi.

"Legaaaa...!!" Kata itu meluncur begitu saja dari mulutku. Semua beban kehidupan seolah sudah menyingkir dari tubuhku.

Selesai mencuci tangan, aku kembali ke gerai pizza hut untuk mengambil pesananku. Setelahnya aku membeli baskin robbins, dan kembali lagi ke tempat dimana --- aku hampir aja kelupaan minyak telon!

"Hai!" Cowok itu menyapaku. Dia lagi duduk sendirian rupanya. Mungkin pacarnya lagi berselingkuh dengan cowok lain. "Butuh bantuan?"

"Enggak kok. Aku sudah terbiasa. Agar stimulus otakku tetap terjaga. Kamu sendirian?"

"Lagi nunggu teman."

"Aku cuma mau beli minyak telon. Hampir aja lupa. Sudah ya. Aku duluan."

Kalau sampai aku lupa beli minyak telon lagi, bisa-bisa aku kena damprat si tuan pemarah itu. Lagian, aku kan juga gak mau pijet-pijetan di kamar mandi. Seluruh bajuku basah, dan waktu itu pantatku juga kelihatan gara-gara celana dalamku melorot.

Tok-Tok-Tok.

Biasanya, aku cukup mengetuk tiga kali saja, pintu itu sudah terbuka. Tapi kali ini, sampai aku memanggil-manggil namamya, Pak Rama enggak keluar juga.

"Pak Rama!! Ini aku datang membawa makanan dan minyak telon! Pak Rama tidur ya...?" Aku sampai harus tengkurap dan memanggil melalui sela-sela bawah pintu. "Halo, Pak Rama..."

Ini pasti karena tadi aku mengobrol dulu sama cowok itu. Pak Rama kelelahan, terus dia tertidur pulas sekali.

Kalau begitu aku akan duduk di depan pintu dan menunggunya sampai dia terbangun.

CLOUDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang