25

985 120 1
                                    

Satu hal yang mengganjal pikiranku adalah, kalau aku pulang sendirian -- itu artinya aku harus jalan sejauh lima ratus lima puluh meter dari gerbang depan, sampai menuju bangunan utama. Dan itu gak kebayang, kalau lagi hujan besar, gelap gulita, kanan kiri pohon besar, belum lagi aku harus melewati danau buatan yang menyeramkan itu.

"Kenapa kakek harus punya rumah besar ya, om?"

"Karena bangunan ini memang tadinya dibangun untuk kumpul-kumpul dengan ketiga cucunya."

"Ohhh ---" aku mengangguk.

Setelah menurunkanku, Om Gerald izin pamit untuk memarkirkan mobilnya dahulu. Aku juga gak tahu, dimana letak parkirannya itu.

"Selamat datang, Cloudy."

"Kakek."

Kakek pengusaha itu wajahnya kelihatan berbinar sekali. Tidak seperti wajahku yang masih mengantuk karena semalaman tadi harus bergadang dengan Pak Rama dan Om Gerald.

"Silahkan tuan ---" sesosok pria menyuruhku berdiri persis di depan sebuah pintu kaca.

"Untuk apa?"

"Tidak apa-apa, Cloudy." Jawab kakek pengusaha.

"Rumah ini punya sistem pengamanan khusus, tuan." Om Gerald sudah muncul lagi. "Yang bisa masuk ke rumah ini, hanyalah anggota keluarga yang wajah, retina mata, dan sidik jarinya sudah didaftarkan melalui sistem pusat."

"Keren!"

"Cloudy, kakek sudah mendengar semuanya. Memang kurang ajar sekali orang itu."

"Kek, kira-kira Kak Nino marah gak ya soal hadiah yang dia berikan ke aku, juga hilang diambil sama orang itu."

"Kalau Nino berani memarahimu, akan kakek pites kepalanya jadi dua!"

"Jangan, kek. Nanti kakek gak punya cucu artis terkenal lagi."

"Benar juga. Mungkin kakek akan sedikit meringankan hukumannya."

Aku dan kakek masuk ke bagian dalam rumah tak bertingkat ini. Entah apa yang harus kukatakan. Karena aku memang kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya.

"Disini ada empat kamar. Yang pertama di dekat tangga menuju ruang makan itu, adalah kamarnya Nino. Lalu kamar yang di depannya ada vas bunga besar itu adalah kamarnya Rama. Dan --- kamar yang terpisah itu adalah kamarnya Pandawa."

"Aku boleh tanya sesuatu, kek?"

"Tentu saja."

"Apa Om Pandawa itu lebih kejam dan mengerikan dari Pak Rama?"

"Tidak juga. Pasti kamu dengar dari Rama ya? Anak satu itu memang mulutnya susah diatur."

"Apa aku boleh menemuinya?"

"Tentu saja. Tugasmu nanti adalah melunakkan hati Pandawa."

"Lunak seperti agar-agar, kek?"

"Pandawa itu sebenarnya anak yang manis dan penurut. Dia lebih bisa diatur ketimbang Rama. Hanya saja, karena ia jatuh dari kuda membuat sifat dan temperamennya ikut berubah."

"Ody...?!!"

Aku menoleh ke belakang. Kulihat Kak Nino datang dengan membawa dua koper besar di tangan kanan dan kirinya.

"Kek, kok Ody bisa disini? Kakek lagi merencanakan sesuatu ya?"

"Cloudy memang akan tinggal disini dengan kalian."

"Seriusan, kek?!" Kak Nino jadi semangat banget. "Yess...!!"

"Tapi ada satu peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh setiap penghuni rumah ini!" Kakek menatapku tajam. "Tidak ada yang boleh berpacaran!"

CLOUDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang