33

873 128 3
                                    

"Sepertinya malam ini, saya akan pulang tuan."

"Tolong jagain Bryan ya, om. Soalnya Bryan itu masih syok."

"Besok saya akan kembali pagi-pagi. Selamat malam, tuan. Selamat beristirahat."

"Om Gerald!" Aku memanggilnya lagi. Kupeluk dia erat sekali.

"Tuan Cloudy."

"Seandainya aja, Om Gerald itu cucunya kakek juga. Pasti Om Gerald makannya bisa bebas."

"Kan memang tidak ada yang membatasi saya makan, tuan."

"Yahh, itulah kenapa Om Gerald punya tubuh yang kuat dan berambisi! Aku tidur duluan ya. Om Gerald hati-hati."

"Selamat malam, Tuan Cloudy."

Aku menunggu sampai mobil Om Gerald menghilang dari pandanganku. Di sekitarku saat ini sunyi sekali. Tidak ada Om Rama yang menyambutku. Mungkin orang itu sedang ada urusan dengan calon isterinya.

Aku melompat-lompat kegirangan. Akhirnya dua masalah bisa aku selesaikan juga!!

Rasanya aku ingin pergi liburan yang jauh, dan merendam kakiku di lautan tanah liat bersama dengan Gilbert.

Lampu ruang tamu sudah temaram. Rumah besar ini hening dan sepi sekali. Aku cek kamarnya Kak Nino. Masih kosong rupanya. Aku cek juga kamarnya Om Rama. Ternyata masih kosong juga.

Yasudahlah kalau begitu. Sekarang aku mandi dan nonton aja di kamar. Saat akan melepas baju, aku teringat sama Om Panda. Aku tadi sengaja belikan cake lapis talas di jalan buat Om Panda. Sebagai ucapan terima kasih.

Tok-tok.

Aku geser pintu paviliunnya. Tidak ada siapa-siapa di dalam, kecuali kasurnya yang dalam keadaan rapih.

Kalau begini, aku jadi merasa kesepian dan sendirian lagi. Aku ingin cepat-cepat kuliah, supaya hari-hariku bisa disibukkan dengan berbagai macam kegiatan.

Tv kubiarkan saja menyala selama aku mandi. Daripada tidak ada suara lain, nanti malah tiba-tiba aku mendengar suara cekikikkan hantu lagi.

Selesai mandi aku telepon Gilbert. Tapi dia tidak menjawab. Mungkin dia sudah tidur karena kekenyangan makan bakso sama mie ayam tadi.

Srerkkss --- Srerkkss --- Gdebukkk...!

Aku berlari ke arah pintu. Aku mengintip, ternyata orang yang sedang duduk dalam kegelapan itu adalah Om Rama. Aku gak tahu, kenapa dia gak langsung masuk ke kamarnya.

Drrrttt...!

Orang aneh dan pemarah itu meneleponku.

"Halo, om."

'Kamu dimana, kok belum pulang?'

"Aku sudah pulang kok. Ini lagi ngintip dari pintu kamar. Om kenapa frustasi?"

Om Rama langsung mematikan teleponnya dan menghampiri kamarku. Wajahnya kelihatan kusut sekali.

"Om habis di-PHK ya?"

"Dari awal saya memang tidak suka dengan wanita itu."

"Om sukanya sama Om Gerald?"

Om Rama malah mencubit hidungku. Matanya merah sekali. Mungkin dia habis nangis.

"Gak papa, om. Kalau sudah harmonis juga nanti kalian akan dikaruniai anak yang lucu dan menggemaskan."

"Saya itu sebenarnya kesal tiap kali ngajak ngomong kamu, karena jawabannya pasti gak nyambung. Tapi saya tidak bisa memukul wajahmu itu."

CLOUDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang