38

900 116 1
                                    

Aku sudah kembali lagi ke rumah kakek pengusaha yang besar ini. Tapi Kak Nino lagi ada pemotretan buat iklan operator seluler di Bali. Sementara Om Rama masih sama seperti biasanya, berangkat kerja pagi dan pulangnya larut malam. Om Panda pun tidak bisa menemaniku lagi. Karena sekarang Om Panda lagi berusaha keras untuk melatih Gilbert supaya bisa lincah dan memanjat pohon.

Tok-Tok.

"Kalau tuan bosan, apa mau saya antar pergi ke suatu tempat?"

Aku menggeleng. "Aku harus berhemat, karena sebentar lagi aku kuliah."

"Disini ada kolam renang dan sepeda. Apa anda mau ---"

"Enggak, Om Gerald. Aku lagi lesu sekali. Rasanya aku mau makan steak aja."

"Maaf menganggu Tuan Cloudy, Tuan Besar Rudolf baru saja tiba." si mbok memberitahuku.

Aku pun ke depan menemui kakek pengusaha itu. Kami berpelukkan seperti dua sahabat akrab yang habis kembali dari medan pertempuran.

"Kenapa wajahnya ditekuk, Cloudy?"

"Aku gak ada kerjaan disini, kakek."

"Kamu kan bisa jalan-jalan. Ke Bali, Singapura, atau bahkan ke ujung dunia sekalipun."

"Kakek bawa apa?"

"Hadiah untukmu."

"Hadiah?"

"Kakek sudah mendengar semuanya dari Gerald. Dan kakek bangga saat mengetahui Rama dan Pandawa bekerja sama dalam membekuk para pembunuh itu."

"Tapi aku gak dibolehin lihat mayat sama Om Rama, kek."

"Memang tidak boleh..!" Kakek menepuk lenganku. "Kamu belum cukup umur. Bisa-bisa nanti kepikiran terus."

Om Gerald membawakan dua cangkir teh dan tiramisu ke hadapanku dan kakek.

"Supaya kamu tidak bosan, bagaimana kalau kakek memberikanmu tugas yang kedua."

"Apa, kek?!" aku jadi semangat lagi.

"Kamu selidiki, orang-orang yang ada di dekat Nino selama ini. Karena kakek curiga, ada orang-orang jahat dan tidak beres yang ingin menjatuhkan nama Nino."

"Berarti aku harus jadi artis dulu dong, kek?"

Kakek pengusaha mengibaskan tangannya. "Besok pagi Nino akan melakukan pengambilan gambar di daerah Bandung. Kamu sama Gerald bisa langsung menyusulnya kesana."

"Tapi ---"

"Rama?" Kakek memotong. "Kamu tidak usah cemas. Rama tidak akan tahu dan menganggu perjalanan kalian."

"Tapi, kalau aku nyasar gimana kakek?"

"Kamu kan punya Gerald, Cloudy. Kalau dia tidak berguna, beritahu kakek saja, biar kakek pecat dia!"

"Jangan, kek. Bisa-bisa nanti Om Gerald malah buka restoran sendiri lagi."

"Benar dugaan saya. Kamu itu memang sudah bosan bekerja disini. Dasar anak tak tahu diuntung!"

"Tidak, tuan. Saya sama sekali tidak pernah merasa bosan untuk ---"

"Seandainya aja Om Gerald juga cucunya kakek ya. Pasti Om Gerald akan tinggal disini, dan aku gak kesepian lagi."

Kakek Rudolf berdehem seperti salah tingkah. Dia pun menghabiskan teh-nya lalu bangkit dari duduknya.

"Gerald memang lebih dewasa dan bertanggung jawab ketimbang si bodoh Rama."

"Dan juga, Om Gerald gak pernah marah-marah. Iya kan, om?"

"Kakek mau pulang dulu, Cloudy. Semoga kamu tidak menemukan kesulitan berarti pada tugas kali ini."

CLOUDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang