15

1.2K 135 3
                                    

Beruntungnya minimarket 24 jam itu menyediakan makanan-makanan siap saji. Jadi, tanpa pikir panjang aku langsung aja pesan ini dan itu. Kan sebelumnya Pak Rama sudah ngomong ke aku, kalau aku lapar beli aja makanan dan uangnya silahkan ambil dari dompet.

Aku sengaja memilih tempat duduk di dalam, soalnya aku gak mau kalau tiba-tiba ada seseorang yang mengenaliku. Misalnya aja teman sekolah atau saudara tiriku itu. Aku gak mau nanti mereka jadi banyak tanya, dan jadi mau tahu segala urusanku.

Pas aku lagi nikmatin udon, ehh masuk tuh dua cowok dengan penampilan biasa aja. Yaa, sama seperti akulah. Cuma pakai kaos dan celana pendek. Yang satu, cowoknya tinggi kurus putih. Yang satu lebih pendek tapi agak cokelat sawo mateng gitu kulitnya.

Habis beli makanan, mereka duduk di luar. Aku perhatikan mereka itu kayaknya lengket banget. Pokoknya udah kayak sepasang kekasih yang lagi berbulan madu. Coba aja ada Gilbert disini, pasti dia akan kupanas-panasi.

Sebelum ke atas, aku beliin Pak Rama hydrococo, wafertango, cemcem, sama pilus. Siapa tahu aja dia mau menghilangkan kebosanannya di kamar.

"Earphonenya ketinggalan nih.."

"Iya. Punya siapa?" Aku menoleh lagi.

Si cowok kurus itu berlari mendekatiku sambil menyodorkan kabel earphoneku yang kusut. Padahal aku bawa-bawa earphone juga gak ada gunanya.

"Gak papa. Hapenya juga udah dibuang. Aku juga bingung mau nancepin dimana?"

Aku pun meninggalkan cowok itu. Siapa tahu aja dia sama pacarnya mau duduk-duduk sambil dengar lagu romantis. Kan earphoneku bisa jadi berguna buat mereka.

Saat aku kembali, Pak Rama lagi duduk dekat jendela sambil merokok.

"Darimana kamu? Pergi seenaknya aja sendirian!"

"Habis beli makan. Ini aku belikan juga buat Pak Rama."

"Ini namanya bukan makanan. Tapi cemilan."

"Itu juga bukan makanan, Pak Rama. Cuma diisep asepnya terus disemburin keluar."

Pak Rama kelihatan kesal. Dia mematikan rokoknya. "Pijetan kamu enak juga tadi. Saya jadi ketiduran."

"Iya dong. Jangan lupa ya bayarannya."

"Bagian depan belum kan?"

Aku menelan ludah mengamati dadanya yang bidang dan jiplakkan perutnya yang aneh itu.

"Kenapa? Gak lucu kan masa pijet setengah-setengah."

Aku pura-pura aja pusing dan lemas. Pasti nanti dia juga gak akan maksa aku buat mijit.

"Gini-gini saya tahu loh obat yang bisa buat kurus badan dalam sekejap."

"Pak Rama tahu?!" Aku jadi antusias. "Apa?"

"Bukan cuma tahu, kalau kamu mau --- saya juga bisa belikan."

"Keren."

"Tapi --- harganya gak murah."

"Iya. Aku juga tahu. Pasti mahal kan?"

"Atau begini saja. Kalau kamu bisa buat saya sampai tertidur lagi. Nanti saya kasih satu lusin obatnya!"

"Kalau bohong, nanti Pak Rama jadi gendut kayak Gilbert loh ya!"

"Oke. Siapa takut!"

Pak Rama tiduran terlentang di kasur. Sebelumnya dia sudah menutup tirai dan menyalakan lampu kecil di kanan kiri bagian kepala kasur. Dia menutup matanya, saat aku menuangkan minyak telon ke atas dadanya.

"Jangan bohong loh ya.."

"Hmmm..."

"Aku naik ya..."

CLOUDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang