32

901 117 2
                                    

Aku mengambil uang lima juta dari atm, dan kuserahkan semuanya ke Bryan. Aku minta dia untuk meletakkan uang itu di lemari atau bawah kasurnya. Biar kesannya, kalau uang itu memang sedang disembunyikan.

Saat sedang menunggu di dalam mobil, aku lihat manusia itu lagi merokok di depan kamar kosannya Bryan. Aku tidak mungkin salah lihat. Manusia itu memang Vinz.

"Biasanya sebentar lagi dia keluar buat beli makan." kata Bryan memberitahu.

"Kunci motor, selalu kamu pegang kan?"

"Iya."

"Ayo Dy, kita ringkus aja sekarang!"

"Jangan, Gilbert. Kamu kan larinya lambat."

Benar yang dikatakan Bryan. Gak lama, Vinz keluar dari kosan dengan mengendarai motornya. Disaat itulah Bryan turun dan melakukan semua yang sudah kita rencanakan tadi.

"Kenapa tuan? Seperti ada yang mengganjal sepertinya.."

"Tadi Bryan bilang, kalau Vinz cuma bawa baju sedikit. Terus, baju-bajuku dikemanain ya, om?"

"Apa mungkin dia punya persembunyian lain?!" ujar Gilbert.

"Bisa saja, tuan."

Vinz sudah balik lagi dengan membawa sebuah tentengan kantong plastik. Makanan sepertinya.

Pintu kamar kosan Bryan tertutup. Aku sempat berfikir, kalau mereka sedang melakukan sesuatu di dalam sana.

Sepuluh menit kemudian pintu itu terbuka. Bryan keluar dengan seragam kerjanya. Memang tadi dia bilang kalau dia akan masuk shift siang, soalnya pagi-pagi ada urusan dulu di kampus.

Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi, Bryan menyerahkan kunci motornya ke Vinz. Rupanya Vinz akan mengantarkan Bryan ke tempat kerjanya.

"Sekarang kita gimana, Dy?"

"Aku laper, Gilbert."

"Kan masih ada cimol yang tadi."

"Iya juga ya. Om Gerald mau?"

"Saya ---"

"Enak kok. Udah gak usah malu. Ini kan rahasia kita bertiga."

"Hhihi, Om Gerald malu-malu tapi mau tuh.." Gilbert tertawa dari jok belakang.

Kami bertiga terus menunggu sampai Vinz kembali. Agak lama dan membosankan memang. Sampai-sampai aku kebelet mau pipis. Untungnya aku bisa numpang pipis di warung makan padang dekat kosannya Bryan.

"Ody, tadi ada orang yang turun dari grab."

"Yang jaket hijau itu?"

"Iya, tuan. Sepertinya dia lagi menunggu seseorang."

Setelah kupastikan baik-baik, sepertinya aku pernah melihat wajah orang itu sebelumnya.

"Aku juga mau pipis, Dy."

"Di botol aja emang gak bisa, Gilbert?"

"Aku kan gak punya botol kosong."

"Yasudah ke masjid aja tuh di seberang."

"Ody, aku kan kristen. Masa ke masjid cuma buat numpang pipis? Kan gak sopan."

Vinz sudah kembali lagi. Tapi yang membuat kami bertiga kaget adalah, ternyata cowok yang tadi naik grab bike dengan jaket hijaunya itu, ternyata sedang menunggu Vinz!

"Aku ingat-aku ingat!"

"Ingat apa, Dy?"

"Cowok jaket hijau itu kan, yang waktu itu aku lihat lagi sama Kak Ardan di minimarket apartemen..!"

CLOUDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang