Ara langsung masuk kedalam rumah nya dan mengganti pakaian yang basah, sesudah mengganti pakaian Ara mengambil obat yang berada di tas nya.
"Obat lagi obat lagi." ucap Ara lirih lalu menghela nafas.
"Kapan Ara sembuh?"
"Ara cape."
"Mama, papa, udah benci Ara.. Ara gak punya siapa-siapa lagi.. bahkan mereka ngehalangin semua keluarga untuk nemuin Ara, Ara kangen bang Ega.." ucap Ara meremas kotak obat yang ia pegang.
"Kenapa Ara ditakdirkan punya penyakit kayak gini? kenapa? hiks..hiks.."
"Gak ada yang dukung Ara, semua ngejauhin Ara, Ara butuh dukungan.."
"Bang ega, Ara kangen Abang hiks.."
"Ara mau sama Abang.."
Ara merasakan sesuatu yang mengalir dari hidungnya membuat nya terdiam dan melihat dirinya di pantulan kaca, ia mimisan kembali.
"Non Ar----"
"Astaga non, itu non mimisan lagi!" ucap bi Ningsih pembantu Ara, Ara hanya diam bi Ningsih menghampiri Ara.
Bi Ningsih mengambil tisu lalu membersihkan hidung Ara yang banyak mengeluarkan darah.
"Bibi jangan tinggalin Ara ya.." ucap Ara lirih.
"Bibi gak bakal ninggalin non Ara, non Ara udah bibi anggep anak bibi sendiri." ucap Bi Ningsih prihatin terhadap kondisi Ara.
"Bi kalau Ara pergi boleh gak sih? Biar bibi gak cape ngurusin Ara lagi." ucap Ara dengan pandangan kosong membuat Bu Ningsih menggeleng kuat.
"Non gak boleh kemana kemana ya, non Ara harus disini sama bibi, non Ara pasti sembuh." ucap Bu Ningsih mengelus kepala ara, Ara memeluk erat Bu Ningsih dan menumpahkan air matanya dan menangis tersedu sedu.
"Apa ara semenjijikan itu bi? hiks..hiks.."
"Engga kok, siapa bilang non Ara menjijikkan? Non Ara cantik." ucap Bk Ningsih menggeleng, ia ikut menangis.
"Tap--tapi mama, papa Ara benci Ara hiks..hiks.."
"Dengerin bibi ya, mereka enggak benci non Ara mereka sayang sama non! percaya sama bibi mau gimana pun non tetap anak kandung mama, papa non Ara,"
"Non Ara gak boleh benci sama orang tua non ya? mereka itu orang tua kandung non, yang udah ngerawat non waktu kecil." ucap Bi Ningsih menggelus rambut Ara sayang, membuat Ara mengangguk.
"Udah sekarang non Ara tidur, besok jadwal non kemoterapi kan?"
"Gak mau bi." ucap Ara menggeleng keras.
"Kenapa? Kalo non gak kemoterapi gimana non mau sembuh?"
"Sakit bi.." ucap Ara lirih.
"Non Ara kan wanita yang kuat, non harus ngelawan rasa sakit non. Biar non bisa kumpul lagi sama keluarga non Ara! iya kan?" ucap bi Ningsih serak membuat Ara mengangguk.
"Non Ara minum obat dulu, habis itu tidur." ucap bi Ningsih membantu membuka obat Ara, setelah Ara meminum obatnya ia langsung merebahkan diri diatas kasur
"Bibi keluar ya, non istirahat." ucap Bi Ningsih membuat Ara mengangguk.
"Terimakasih bibi, Ara sayang bibi." ucap Ara tersenyum.
"Bibi juga sayang non Ara." ucap Bi Ningsih lalu menutup pintu Ara, tepat di balik pintu Bi Ningsih meneteskan air mata lagi.
"Kasian non Ara, kenapa Bu Dina dan pak Bram sangat jahat sama non Ara? mereka memang tidak punya hati.." ucap bi Ningsih lalu menghapus air mata dan berlalu menuju kamar nya.
🥀🥀🥀
Pagi hari.
"Non Ara bangun, ayo siap siap kita berangkat kemoterapi." ucap Bi ningsih membangunkan Ara.
"Iya bi." ucap Ara.
"Bi, Ara pergi sendiri aja." ucap Ara duduk dikasur nya.
"Tapi non Ara harus janji gak boleh gak, kemoterapi."
"Iya bibi."
"Iyaudah bibi Bikin sarapan dulu ya." ucap Bi Ningsih lalu beranjak pergi.
Setelah makan Ara langsung berangkat menuju rumah sakit, sesampainya di rumah sakit Ara menghela nafas, bau obat obatan menyeruak di hidung nya.
Tok
Tok
Tok
Ara mengetuk ruangan dokter pribadi nya."Masuk!" Suara dari dalam membuat Ara masuk kedalam ruangan nya.
"Ara, saya kira kamu akan melewati jadwal kemo kamu kembali." ucap dokter Arga membuat Ara terdiam.
"Niat nya si gitu." gumam Ara.
"Kamu ini gimana mau sembuh?" tanya dokter arga membuat Ara menunduk.
"Ya sudah ayo keruang kemo." ucap dokter Arga.
"Lagi lagi dan lagi.." ucap Ara lirih lalu mengikuti dokter.
----------
Disekolah.
Saat jam istirahat Vino menghampiri kelas Ara untuk melihat Ara.
"Ara?" tanya Vino saat memasuki kelasnya membuat kelas tersebut hening.
"Ara?" tanya Vino lagi.
"Gak masuk." sahut Reno membuat Vino terdiam lalu berjalan menuju parkiran.
Apa dia sakit gara gara kehujanan kemarin? Batin Vino, Vino masuk kedalam mobil nya hari ini ia membawa mobil, kenapa gak kemaren aja!
"Eh, eh kamu mau kemana ini jam pelajaran." ucap pak satpam, Vino menyodorkan 3 buah lembar uang berwarna merah membuat satpam tersebut diam.
"Kamu nyogok saya?" tanya pak satpam marah.
"Hm."
"Boleh deh." ucap pak satpam Tersebut lalu mengambil uang yang disodorkan Vino dan membukakan gerbang membuat Vino menggeleng heran, mobil Vino melaju dengan kecepatan rata rata.
Sesampainya di rumah Ara, Vino memencet bel rumah namun tidak ada sahutan.
"Iya sebentar!" sahut orang dari dalam membuat Vino terdiam.
"Siapa ya? Temannya non Ara?" tanya bi Ningsih membuat Vino mengangguk.
"Ara mana?"
"Non Ara nya lagi ke rumah sakit den."
"Kenapa?"
"Non Ara sakit," ucap Bi Ningsih membuat Vino mengangguk lalu pergi membuat Bi Ningsih bingung.
"Oalah, anak jaman sekarang attitude nya ilang kemana toh?" gumam bi Ningsih menutup pintu.
Vino melajukan mobilnya menuju rumahnya, sesampainya di rumah ia masuk dengan santai dan beranjak menuju kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vinra [TERBIT]
Teen FictionTELAH TERBIT DI WORLD MEDIA PUBLISHER ⚠️ DON'T COPY MY STORY! ⚠️ Menceritakan tentang pasangan kutub, yang irit bicara dan gengsi(?) "ya, oke, hmm" adalah kata andalan mereka, tawa dan canda menghiasi lingkungan kehidupan pasangan tersebut. Ingin t...