Pagi itu, sesampainya di sekolah Wiska langsung bercerita kepada Yana bahwa Aldi kemarin baru saja menyatakan perasaan padanya.
"Yan lo mau tau ngga?" Wiska duduk di samping Yana.
"Paling juga berita ga penting, ya kan?" Yana masih sibuk membolak-balik buku, seperti tidak tertarik dengan hal yang akan dibahas Wiska.
"Aldi kemaren nembak gue tau." Wiska tersenyum sembari mengedipkan kedua matanya.
"Seriusan lo?"
"Kalo ga percaya ya udah, yang penting gue uda jujur,"
"Cie ada yang lagi berbunga-bunga nih." Yana kini mencolek pipi Wiska, sementara Wiska masih senyum-senyum sendiri. Tak lama kemudian Leon datang dan duduk dimeja depan Wiska.
"Gue kemarin lewat di taman, ga sengaja gue liat lo. Emang kemarin lo sama siapa? jangan bilang itu pacar lo," muka Leon terlihat marah.
"E - eng - enggak kok, itu sepupu Yana, kemarin kita ber tiga, ya kan Yan?" Wiska yang gugup karena berbohong kini lengannya menyenggol lengan Yana, agar sahabatnya itu membantu bicara dengan Leon.
"Eh i - iy - a, iya kak kemaren mungkin pas lo liat gue lagi cari minum jadi mereka berdua doang," jawab Yana ketakutan.
"Sampai kapan pun gue ga bakal rela lo jadi pacar orang lain, kalaupun lo pacaran harusnya itu sama gue." Leon menatap dalam Wiska, Yana dan Wiska hanya diam karena takut Leon akan berbuat diluar nalar seperti apa yang ia lakukan selama ini, karena ia tak perduli jika harus berurusan dengan guru BP. Dan keberuntungan berpihak pada Wiska, kini Bu Tasya sudah masuk ke kelas, karna memang bel masuk sudah sedari tadi berbunyi.
"Eh kamu hadap ke depan, tidak sopan!" Bu Tasya menunjuk kearah Leon, kemudian Leon berbalik dan tersenyum pada Bu Tasya.
"Leon.... Ngapain kamu disini? kamu amnesia sampai-sampai lupa sama kelas sendiri, atau pengen saya turunin jadi kelas tujuh lagi kamu?" tegur Bu Tasya. Tak heran semua guru mengenal Leon karena memang ia biang pembuat onar.
"Tadi saya kangen sama Wiska Bu, jadi saya apel dulu sebentar." Lelaki itu tertawa tanpa rasa bersalah, kemudian serentak murid disana mentertawakan kejailan itu.
"Sudah diam semua! sekarang pilih balik ke kelas kamu atau saya seret ke ruang BP?" teriak Bu Tasya yang terlihat sangat emosi.
"Iya Bu,"
"Daaaa Wiska cantik." Leon kemudian berjalan keluar sembari melambaikan tangannya, semua murid tertawa, Bu Tasya geleng-geleng kepala melihat tingkah Leon, sedangkan Wiska hanya menunduk dan pipinya mulai merah menahan malu.
Disisi lain, di kelas Leon.
"Dari mana saja kamu Leon?" tanya Bu Dea."Dari luar Bu, ini baru mau masuk ke dalam," Leon berdiri didepan pintu, serentak murid-murid dikelasnya langsung tertawa.
"Siapa yang ijinin kamu ikut pelajaran saya?" Teriak Bu Dea yang mulai marah.
"Ya kalo tidak di ijinkan saya pulang, rumah saya deket kok Bu dari sini." Sambil menunjuk kesebuah arah, teman-teman di kelasnya menahan tawa melihat kejadian itu.
"Berdiri di depan sampai pelajaran saya selesai!" teriak Bu Dea, kemudian Leon pun berdiri di depan lalu mengedipkan satu matanya ke arah empat antek-anteknya itu, lalu Gery pun paham dengan kode Leon.
"Bu dimana-mana kita selalu ber lima susah maupun senang, jadi kalo Leon di hukum kita ber empat juga harus dihukum!" Gery berdiri dari tempat duduknya.
"Ayo!" ajak Reno kepada Rasya dan Arfan, kemudian mereka berempat maju ke arah Leon.
"Siapa yang suruh kalian maju?" Bu Dea menatap tajam mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Tidak (END)
Teen FictionSeorang gadis manja yang penuh cinta dan kasih sayang. Kisah kehidupan cintanya yang begitu dramatis dan membuat orang yang menyimaknya terhanyut untuk ikut merasakan suka dan dukanya. Kisah cinta yang terbilang dini, dimulai sejak duduk di bangku S...