Pagi ini Leon bangun lebih dulu, ia memandangi Wiska dari tempat tidurnya, Wiska pun masih tertidur sangat pulas dengan selimut menutupi hingga ke dadanya. Setelah beberapa menit kemudian Wiska membuka mata dan ia terkejut bahwa Leon sendang memandanginya sembari tersenyum, Wiska pun kemudian duduk dan menyisir rambut kusutnya dengan tangan.
"Kamu uda bagun dari tadi, Eon?" tanya Wiska, dan Leon pun mengangguk.
Kemudian setelah itu ada suster yang menghantar makanan ke kamar Leon, berbicara sesuatu namun Wiska tidak paham dengan apa yang wanita itu katakan, karena menggunakan bahasa Jerman. Leon pun sedikit berbincang dengan suster itu dan Wiska hanya mengamatinya dari sofa. Tak lama suster itu meninggalkan kamar Leon
"Ngomong apa, Eon?" sembari berjalan menuju arah Leon kemudian duduk di kursi besi.
"Katanya lo cantik." Leon tersenyum mengejek Wiska.
"Ih apaan sih, gue serius." Wiska cemberut, dan Leon pun hanya tersenyum dan mengedipkan satu matanya.Setelah itu Wiska menyuapi Leon untuk sarapan.
"Lo kan juga belom makan, cobain deh lumayan enak kok." Mengambil satu sendok bubur dan menyodorkan ke mulut Wiska, namun Wiska menolak hingga akhirnya Wiska pun membuka mulutnya.
"Ih, enak apanya? Rasanya aja hambar," Wiska cemberut.
"Manis kok, kan sambil liatin lo makannya." Leon tertawa, kemudian Wiska lanjut menyuapi Leon.
Canda tawa yang mereka ciptakan membuat orang tua Leon dan Zafran memandangi dari kaca luar jendela. Mereka memperhatikan kedekatan mereka berdua, Zafran pun entah harus ikut bahagia atau justru bersedih, mengingat Wiska yang statusnya adalah pacar Vino namun justru terlihat sangat bahagia jika didekat Leon, dan setelah Wiska selesai menyuapi Leon akhirnya mereka bertiga masuk.
"Sayang nanti sore kamu sama Zafran balik ke Indonesia kan?" Mama Leon mengelus rambut Wiska, dan Wiska mengangguk.
"Nanti biar jet pribadi keluarga kami aja yang antar kalian," ucap Papah Leon.
"Gak usah repot-repot Om, lagian Papa udah kasih uang buat tiket balik kok," tolak Zafran.
"Sekalian aja, Leon juga akan balik ke Jakarta. Tante gak tega kalo Leon naik pesawat umum, takutnya ada apa-apa," Wanita itu tersenyum memandang Leon.
"Maksud Mom?" Leon bingung.
"Mom pengen kamu bahagia, Mom and Dad sering sekali liat kamu nangis sendiri gak jelas, dan Mom khawatir sama kamu, Eon," memegang tangan Leon.
"Makasih ya, Mom." Leon pun memeluk Mamanya.
Wiska sangat senang melihat kabar itu. Entah kenapa ia begitu bahagia jika Leon akan kembali ke Indonesia bersamanya.
***
Sore itu dengan jet pribadi keluarga mereka menuju Jakarta, ditemani seorang dokter kepercayaan keluarga Wijaya, Leon pun tak perlu khawatir dengan kesehatannya, bahkan orang tua Leon pun ikut menghantar dan akan tinggal beberapa minggu di Jakarta. Zafran memilih duduk sendiri dan membiarkan Leon duduk bersama Wiska.
Sepanjang perjalanan Leon pun memegang tangan Wiska, Wiska tanpa rasa malu atau risih menerima perlakuan Leon, bahkan ia pun tertidur di pundak Leon. Zafran sesekali melihat ke arah mereka, dan ia berfikir bahwa memang Wiska sangat menyayangi Leon namun Wiska tidak pernah sadar dengan hal itu.
"Eon, kamu mau minum?" Wiska terbangun dan menawari Leon untuk minum, Leon pun mengangguk dan tersenyum. Kemudian Wiska membuka sebuah botol dan diberikan padanya.
"Makasih ya Wis,"
"Sini tangan kamu, giliran kamu yang tidur aku jagain kamu!" Wiska tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Tidak (END)
Teen FictionSeorang gadis manja yang penuh cinta dan kasih sayang. Kisah kehidupan cintanya yang begitu dramatis dan membuat orang yang menyimaknya terhanyut untuk ikut merasakan suka dan dukanya. Kisah cinta yang terbilang dini, dimulai sejak duduk di bangku S...